all for nothing

936 44 0
                                    

Yvonne menatap satu drawer penuh dengan suntikan. Itu suntikan hCG, salah satu penambah hormon untuk program kehamilan. Sudah 2 tahun wanita itu menjalani program ini tiap hari. Tak heran suntikan itu sudah memenuhi isi lacinya.

Wanita itu sengaja menyimpannya sebagai pengingat bahwa dia memang sangat menginginkan seorang anak. Entah apa yang akan terjadi kedepannya, Yvonne tetap menginginkan anaknya lahir ke dunia.

Tak peduli pada bentuk tubuhnya yang mulai melebar, atau jerawat yang bermunculan di wajahnya. Rambutnya pun sudah gampang rontok. Belum lagi rasa pegal yang menjalar dari pinggang hingga kakinya tiap kali Yvonne berdiri terlalu lama. Seperti sekarang.

Jadi dia memutuskan untuk duduk. Tubuhnya dia sandarkan ke kepala ranjang. Bagian pinggangnya diganjal menggunakan bantal untuk mengurangi pegal. Yvonne melihat pada kakinya yang mulai bengkak. Pantas saja terasa sakit.

Yvonne akan mengambil krim untuk memijat kakinya saat pintu kamar tiba-tiba dibuka. Suaminya–Kai–muncul sambil masih menenteng backpack hitam. Penampilannya cukup berantakan.

"Welcome home."

"Mau ngapain?"

"Ambil itu." Yvonne berkata sambil menunjuk pada tabung krim pereda nyeri yang ada di meja. Kai melepas tasnya, kemudian menghampiri Yvonne dengan krim pereda nyeri di tangannya.

Kai lalu ikut duduk di tepi ranjang. Kaki Yvonne dia pangku diatas pahanya. Pria itu kemudian mengoleskan krim pereda nyeri di kedua tungkai Yvonne yang membengkak.

"Sakit?" Kai bertanya sambil masih memijat telapak kaki istrinya. Yvonne menggeleng. Rasanya sudah lebih baik ketika Kai memijatnya.

Pria itu meletakkan kaki istrinya ke posisi semula selepas memijatnya. Kai lalu mendekat ke arah Yvonne untuk mengelus perut wanita itu yang telah membesar. Kehamilan Yvonne sudah memasuki trisemester terakhir, jadi mereka harus selalu siaga.

"Hei, kiddo. Be nice to Mama." Kata pria itu sambil mengelus perut istrinya. Yvonne hanya tertawa mendengarnya.

"He's a good kid. Don't scold him. Bisa-bisa dia takut duluan sama kamu."

Mereka lalu berpandangan saat merasakan tendangan dari perut Yvonne. Hanya sebentar dan tidak terlalu kuat, namun mampu membuat Kai dan Yvonne terdiam karena takjub.

"He's just kicking?" Kai bertanya pada sang istri. Yvonne mengangguk pelan, masih tidak percaya. Ini adalah kali pertama anak mereka menendang. Pelupuk mata Yvonne telah dipenuhi air. Sebentar lagi wanita itu bisa meledakkan tangis. Kai buru-buru berdiri dan memeluk sang istri.

"No, don't cry." Kata Kai sambil terus mendekap sang istri. Yvonne bisa jadi sangat sensitif ketika hamil, maka dari itu Kai berusaha memvalidasi setiap perasaannya.

"Dimsum titipan aku mana?" Tanya Yvonne tiba-tiba. Perempuan dan mood swing-nya. Kai hanya tertawa kemudian mengeluarkan satu bungkus dimsum mentai dari dalam tasnya.

"Kamu makan sini aja. Aku mau mandi dulu." Kai berkata sambil membukakan bungkusan dimsum. Yvonne mengangguk, lupa kalau dia belum memasak untuk makan malam nanti.

✨✨✨

"Papa, anan yepas."

"Lepas ya? Katanya mau nyoba jalan sendiri?"

"Noo!"

"Pelan-pelan aja, okay? Papa lepas ya?"

Dengan begitu Kai melepaskan tangannya dari pinggang sang anak, Syai. Bocah laki-laki itu kemudian melangkahkan kakinya pelan menapaki rumput yang basah akibat embun.

Unfinished StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang