Loka berjalan keluar kamarnya dengan semangat setelah membalas pesan kakaknya di grup keluarga. Dia sempat sedikit agak kecewa ketika ayahnya tidak membelikan pesanan martabaknya. Tapi satu tawaran dari Nev membuat mood-nya membaik.
Laki-laki 17 tahun itu setengah berlari ketika menuruni tangga membuat ibunya yang berada di ruang keluarga memperingatkannya untuk hati-hati. Loka menghampiri wanita itu sebentar sebelum masuk ke kamar kakaknya. Dia lapar.
"Ibu masak apa?"
"Ngga masak, ini mau pesan makanan."
"Mau chinese food dong, Bu. Kwetiaw rebus pedes, kasi cabe." Pinta Loka.
"Dih, emang Ibu mau beli Chinese Food?"
"Emangnya engga?"
"Yaudah Chinese Food." Loka kegirangan ketika ibunya mengatakan demikian. Dengan spontan dia peluk wanita yang telah melahirkannya itu.
"Makasih ibuku yang paling cantik."
"Kalo gini aja dipuji mulu Ibu. Kamu mau kemana?"
"Ke kamar Kak Nev doang, ngga keluar rumah kok, kan motorku lagi disita." Jawab Loka dengan wajah muram.
"Ambilin oat kakaknya sekalian di kulkas tuh, belum makan dia. Kamu kalo doyan ambil aja satu."
"Oke." Loka langsung beranjak mengambil overnight oats yang memang disiapkan setiap malam oleh ibunya. Dia mengambil dua jar overnight oats bertopping strawberry lalu menuju kamar kakaknya.
Kamar Nev berada persis di bawah kamarnya. Tapi, setelah turun tangga Loka harus melewati ruang TV yang menjadi satu dengan ruang makan untuk menuju kamar Nev.
Loka langsung masuk ke kamar kakaknya begitu saja tanpa mengetuk pintu. Pintunya tidak tertutup, dan tangannya sudah terisi penuh karena membawa oats. Televisi di kamar kakaknya menyala, tapi kakaknya sibuk bermain ponsel.
Loka meletakkan oats-nya begitu saja di nakas membuat Nev menolehkan kepalanya.
"Ibu bawain makan. Mau disuapin ngga?" Loka menawari kakaknya itu. Pasalnya posisi tubuh Nev sedang miring, tangan kanannya berada di bawah tubuhnya. Akan sulit untuk kakaknya itu makan sendiri.
"Ngga usah. Bantuin gue ubah posisi aja."
Loka dengan cekatan memindahkan bantal-bantal yang menopang tubuh kakaknya. Dia kemudian memposisikan tubuh Nev untuk telentang. Loka juga mengambilkan meja yang biasa kakaknya gunakan ketika beraktivitas dari tempat tidur. Nev mengatur bed-nya sendiri, sementara Loka mengambil oat yang dia letakkan tadi.
Mereka menikmati oat masing-masing dalam keheningan. Loka menghabiskan oat-nya terlebih dahulu. Dia kemudian meletakkan bekasnya begitu saja diatas meja.
"Snacknya mana?" Tagih Loka.
Nev menunjuk dua kantung belanja yang masih terletak diatas sofa dengan kepalanya. Loka membukanya dengan semangat.
"Lo mau ambil apa kak?" Tanya Loka sedikit merasa tidak enak karena kakaknya belum membuka kantung itu sama sekali.
"Buka semua aja, ntar gue milih sendiri."
"Oke, gue ambil Pringles sama Doritos kalo gitu."
Loka kemudian ikut naik ke ranjang milik Nev. Ranjang Nev yang berukuran single itu dipenuhi oleh tubuh mereka berdua yang walaupun mereka berdua tergolong kurus tapi tetap saja terasa penuh.
Loka dengan posisi tengkurap mengamati kakaknya yang sedang makan. Oat-nya masih tersisa seperempat.
"Loka, I know that I'm pretty handsome, but you don't have to looking at me like that."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfinished Stories
Short Storya brain dumps contains of one shot and few ⚠️TW/CW : sickmale, paralysis, graphic stories. Mention of disease and sickness.⚠️ [Random updates] rahma Copyright 2022