heir to the throne - part 2

507 34 0
                                    

Dua hari setelah perbincangannya dengan Edmar dan Rakhine, mereka telah mencapai sebuah konsensus dimana ketiganya sepakat akan menikahkan Einar dan Anne. Oleh karenanya, malam ini Marc mengajak wanita itu bertemu di sebuah restoran fine dining. Pria itu bahkan menyewanya untuk satu malam demi menjaga privasi.

"Maaf membuatmu menunggu, Anne. Ada hal darurat yang tiba-tiba harus ku urus."

"Tidak masalah, Tuan. Lagipula saya tidak ada agenda lain setelah ini."

Marc tersenyum mendengarnya. Entah bagaimana pembawaan Anne sedikit menyerupai Fransiska. Darah Purnama sepertinya mengalir dominan pada diri Anne, walaupun Daniel menyangkal kehadirannya.

Pria itu bertemu Anne pertama kali pada jamuan akbar yang diadakan keluarga Purnama. Kehadiran Marc tak lain adalah sebagai pengganti Edmar karena pria itu harus menjaga Einar yang pada saat itu tiba-tiba collapse. Rakhine ada juga ada disana, tapi dia terlalu sibuk berbincang dengan rekanannya yang lain.

Pembawaan Daniel yang terlihat berbeda membuat Marc berasumsi jika ada sesuatu yang tak beres hari itu. Biasanya Daniel getol mendekati siapapun rekanan bisnis yang sekiranya dia anggap menguntungkan, tak terkecuali Marc. Namun hari itu Daniel justru lebih banyak menyendiri, tak berbincang pada tamu kecuali ketika mereka mendekatinya terlebih dahulu.

Bisa dikatakan Marc sedikit lancang karena mengikuti setiap gerak-gerik Daniel pada jamuan malam itu. Matanya selalu memandang pada seorang pelayan muda yang mondar-mandir menghidangkan makanan. Sebuah pemikiran buruk tiba-tiba terlintas di kepala Marc.

Sejak dulu Daniel memang dikenal sebagai seorang cassanova. Kebiasaannya adalah bergonta-ganti pasangan setiap trisemester sebelum menambatkan hatinya pada Gianna Cho—istrinya sekarang. Namun Marc tidak menyangka dia akan tertarik pada seorang wanita yang mungkin seumuran dengan anaknya.

Kecurigaan Marc ternyata membawanya pada temuan lain. Alih-alih Daniel membawa wanita itu menuju kamar, pria itu justru membawanya ke taman belakang dekat paviliun. Daniel terlihat memarahi wanita di depannya sedangkan sang perempuan hanya tertunduk. Pada akhirnya pria itu mengeluarkan kertas yang Marc asumsikan sebagai sebuah check dan melemparnya ke arah sang gadis kemudian berlalu pergi.

Kali ini Marc tak lagi berkeinginan mengikuti Daniel. Dia justru melangkah menghampiri sang gadis yang menangis sesenggukan. Kehadiran Marc tentu membuat gadis itu buru-buru mengusap air mata dan pergi begitu saja. Gadis itu tidak menghiraukan check yang baru saja dilempar oleh Daniel.

Yang dia inginkan bukan uang, pikir Marc.

"Hei, Nona. Anda meninggalkan sesuatu disini."

"Itu hanya sampah, Tuan. Anda boleh membuangnya."

"Sayang sekali. Padahal Anda bisa menuliskan sejumlah uang disini dan menggunakannya untuk melakukan tes DNA. Atau sedikit untuk bertahan hidup."

Kepala sang gadis kemudian menoleh ke arah Marc. Merasa terkejut dengan apa yang disampaikan olehnya. Marc tersenyum tipis. Sebuah rencana muncul di kepalanya kala itu.

"Bagaimana Anda tahu?"

"Well, ini sedikit lancang. Tapi aku mendengar konfrontasi kalian tadi. Anda putri dari Daniel Purnama, kan?"

"Seorang putri yang tidak diakui lebih tepatnya."

"Anda tidak punya bukti, bagaimana bisa dia mempercayai Anda?"

"Anda benar, Tuan. Lalu saya harus bagaimana?"

Gadis ini kelewat polos atau bodoh sebenarnya? Bertanya saran pada seseorang yang baru saja dia ketahui eksistensinya 3 menit lalu dan terlihat terlalu ikut campur dengan masalah pribadinya. Apa tak terpikirkan olehnya bahwa Marc bisa saja mengancam posisi Daniel dengan mengetahui rahasia terbesarnya?

Unfinished StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang