Komen nya kira" bisa tembus 30 gak?
Kalo tembus langsung update deh.-
Malam itu tengah di guyur hujan yang lumayan deras, setelah sekiranya hampir dua jam akhirnya hujan pun agak sedikit reda. Menjadi gerimis yang menambah kesan horror di malam hari. Jeno keluar dari rumahnya mengenakan jaket kulit untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin yang menusuk tubuhnya. Bukan tanpa alasan dirinya pergi keluar di jam seperti ini, kalau di pikir-pikir Jeno sangat malas.
Tapi ini demi tujuan nya. Dia masuk kedalam salah satu kedai pinggir jalan yang berada di dalam gang, posisinya agak kumuh sehingga jarang di kunjungi orang-orang. Beruntung kedai itu masih buka. Jeno masuk dan duduk pada salah satu kursi yang berada di sudut kanan ruangan itu.
Seorang pria menunduk seraya memberikan amplop coklat kepadanya. Entah, yang pasti ada beberapa orang yang menjadi suruhan Jeno untuk memata-matai keluarga licik itu. Puncak emosinya sekarang sudah tidak bisa di batasi. Jaemin terluka.
"Tugas mu sudah selesai" kata Jeno. Pria itu mengangguk dan berlangsung pergi setelah memberi salam kepada sang atasan.
Jeno membuka amplop di tangan nya dan melihat jasad guru yang tadi siang sempat menganiaya kesayangan nya. Bukan nya mereka cocok? Yang satu gila sejak dini, dan yang satu lagi menjadi gila karena mencintai yang lebih gila.
Satu tegukan berhasil membuat teh hangat yang di pesan nya tandas karena ukuran gelasnya yang lumayan kecil. Jeno menghela napas panjang. Dia tinggal menunggu Sehun yang bergerak setelahnya hal ini akan selesai dengan cepat.
-
Pukul dua dini hari Jeno kembali ke rumahnya, Jaemin masih tertidur pulas setelah di beri obat oleh Doyoung walaupun anak itu harus sedikit di paksa karena tidak menyukai rasa dan bau obat-obatan.
Lelaki dominan itu membersihkan dirinya sebelum membaringkan tubuhnya di samping si manis. Menatap lamat-lamat pahatan wajah bak boneka itu. Jeno meremang, dia masih kesal melihat lebam kebiruan di kepala anak itu. Tapi yang terpenting pelaku nya sudah tewas, dan sudah di pecat. Lucas juga sudah ia suruh untuk memanipulasi keadaan sehingga kabar yang esok akan beredar adalah keberangkatan guru itu keluar negeri.
-
"Sshhhh..."
"Shit! Terus sayang nghh" kepalanya mendongak ke atas menikmati kenikmatan yang di berikan oleh sang anak. Minhee mengulum penis miliknya, terlihat bahwa ini bukan kali pertama mereka melakukan hubungan badan antara ayah dan anak kandung.
Sehun telah mencapai puncaknya, sperma nya keluar di dalam mulut Minhee membuat anak itu dengan cepat menghisap dan menjilat cairan putih kental itu seperti memakan mayonaise sebagai toping sosis terenaknya.
Wajahnya memerah, "cepat lakukan sesuatu, aku tidak mau satu sekolah dengan Jaemin. Dia mempermalukan ku Daddy" dia beranjak kemudian duduk di pangkuan Sehun, keduanya sama-sama toples tidak ada sehelai benangpun yang menghalangi tubuh mereka.
Jemari lentik Minhee menari di atas tengkuk Ayah nya. Sehun tersenyum remeh. "Akan ku lakukan sayang" lalu keduanya saling berciuman dengan ganas.
-
Sang kepala keluarga sekaligus CEO di perusahaan miliknya bergegas memasuki ruangan kerja nya. Betapa terkejutnya Sehun mendapati surat pemberitahuan tentang menurunnya saham perusahaan miliknya. Dan rata-rata dari mereka adalah para kolega besar dan kepercayaan perusahaan miliknya.
"Apa maksudnyan ini?!" Rahangnya menegas. Asisten pribadinya, Karina menggeleng pelan.
"Saya menerima laporan ini tadi pagi pak" katanya. Padahal Karina jelas sudah tau ini ulah atasan nya yang lain. Siapa lagi kalau bukan Jeno yang melakukan semua ini.
Sehun mengumpat kesal, beberapa karyawan juga mengeluh tentang gaji mereka.
"Pak, banyak wartawan yang mengerumuni pintu masuk" ucap petugas keamanan. Sehun menghela napas panjang.
"Iya"
Kemudian petugas itu pamit, di ruangan itu masih tersisa Sehun dan juga Karina yang sejak tadi merekam semua ucapan mereka untuk mengirimnya kepada Jeno atau tidak Mark Lee.
Dengan tersulut emosi Sehun pergi dari ruangan nya untuk menghampiri para wartawan yang mendadak datang ke kantornya. Padahal kabar ini baru saja dirinya dapatkan, kenapa orang luar seperti wartawan bisa langsung mengetahui kabar buruk yang menimpa bisnis nya?
Sehun yakin bahwa ada seseorang yang tengah mempermainkan nya.
"Pak bagaimana tanggapan bapak mengenai perusahaan ini yang tadinya menduduki posisi puncak kedua malah turun drastis ke posisi lima belas di Korea" tanya salah seorang wartawan.
"Kabar ini baru saya dapat dari bawahan saya, dan soal posisi puncak saya bisa mengatasinya dengan cepat" yakin Sehun.
"Tapi Pak, kabarnya beberapa perusahaan menarik saham mereka dari perusahaan ini"
"Ya itu memang benar" jawab nya. Setelah di rasa cukup, Sehun menyuruh petugas keamanan untuk menyuruh para wartawan itu membubarkan diri walaupun beberapa orang dari mereka masih keras kepala untuk mendapat informasi terbaru.
—
Jeno yang tengah duduk di sofa yang tersedia di balkon kamarnya tersenyum penuh kemenangan. Ini baru hal kecil baginya, menarik saham adalah keahlian nya. Mengatasi orang licik seperti Sehun juga harus menggunakan cara licik.
"Kenapa senyum-senyum?" Tanya Jaemin yang menghampirinya sembari membawa secangkir kopi untuk Jeno. "Baru melihat wanita cantik??" Matanya memicing. gemas.
"Tidak, sayang." Jeno menepuk pahanya dan membawa Jaemin untuk duduk di pangkuannya. Jaemin menurut. "Aku baru saja bermain dengan keluarga palsu mu"
Mata rusanya mengerjap sesekali, kemudian menatap Jeno lurus. "Serius?? Kenapa tidak mengajakku?"
"Nanti" sahut Jeno kemudian tersenyum lagi. Ia menunjuk bibirnya sendiri. "Morning kiss?"
Semburat kemerahan langsung tercipta di wajah Jaemin. Anak itu menggeleng sambil melipat tangan nya di depan dada. "Tidak mau, Uncle tidak mengajakku"
"Astaga.." suara kekehan Jeno terdengar menenangkan. "Biar anak buahku yang turun tangan, nanti sisa nya kita yang urus bunny. Lagian kau mau melakukan apa hm?" Jeno menangkup wajah si manis sambil terus tersenyum.
Giliran Jaemin yang tersenyum, ia menepuk dagu nya dengan telunjuk. "Mata"
Satu kata itu cukup membuat Jeno paham dengan apa yang di inginkan oleh Jaemin. "Baik, aku akan memberikan semuanya untukmu"
Ia mengangguk. "Lalu bagaimana caramu?"
"Besok, saat jumpa pers beberapa perusahaan akan berkumpul disana. Dan aku akan membongkar kebusukan Paman mu itu"
Jaemin memang tidak paham dengan apa yang di katakan oleh Jeno, dia hanya mengangguk saja. Pura-pura mengerti. "Aku boleh ikut?"
"Tentu"
Jaemin tersenyum lebar kemudian mengecup bibir Jeno beberapa kali. "Yeayy!" Serunya antusias. Jeno terkekeh, mengacak surai lembut anak itu.
"Sarapan?"
"Uncle ayo kencan! Nanti kita bisa sarapan di luar, makan siang di luar, lalu makan malam di luar"
Jeno menahan tawa nya agar tidak pecah, tidak bisa. Ini terlalu menggemaskan. "Dan berakhir di atas ranjang sambil mendesahkan nama ku, iya?"
Tukk!
Jaemin memukul kepalanya sambil cemberut. "M-mesum!"
"Kau lebih" ejek Jeno, sambil menyeringai. Jaemin membuang muka nya ke arah lain.
"Tidak."
-tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Teen FictionJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...