6

16.9K 1.2K 21
                                        

Genap sepuluh menit yang lalu, hujan kembali menyapa hari yang temaram. Matahari telah berpamitan, menghilang di tempat persembunyian terakhirnya. Entah sudah yang ke berapa kali nya Jaemin menggumamkan celotehan kecil pada bibir nya yang mengerucut lucu.

Nilai jelek. Itu yang Jaemin dapatkan pada nilai mata pelajaran sosiologi, kalau bisa Jaemin ingin sekali memusnahkan mata pelajaran yang satu itu. Namun kelas Ilmu pengetahuan Sosial tidak akan komplit tanpa mata pelajaran sosiologi.

Ia merengut, sesekali menatap langit gelap yang kosong tanpa bintang ataupun bulan. Hanya ada gemerincik hujan yang menyapa malam nya. Ia tersenyum kecut, menutup gorden kamarnya.

Jeno, uncle nya itu pergi dengan keputusan yang ia buat tadi sore. Menemui seorang perempuan masa sekolah menengah atas nya. Mengusak hidung gatal nya dengan jari, Jaemin kembali bersin.

Dia tidak terserang flu lagi kan? Untuk berjaga, Jaemin mencari vitamin yang di berikan Doyoung tempo hari. Lalu mengonsumsinya saat itu juga. Jaemin sudah makan, tidak ada yang perlu di khawatirkan.

Jujur saja, Jaemin masih kesal tentang peringkat pada laman situs web sekolah, memasukkan Jaemin pada kategori submisif sexy seantero sekolah.

Huhh, memang mereka pikir hal semacam itu baik?

Dering ponsel membuyarkan lamunan nya, telpon dari Jeno. Netra coklatnya sedikit berbinar, walau senyum nya luntur saat Jeno mengatakan dia tidak akan pulang dan akan menginap di hotel.

Jaemin mematikan sambungan itu secara sepihak. "Aku tidak bisa bohong, bukan orang polos yang akan menyembunyikan perasaan nya. Aku cemburu, sialan!" desis anak itu sambil mengacak surai coklatnya frustasi.

-

-

-

Matahari terbit begitu indah dan bersemangat menyambut hari-hari baru yang akan datang. Cahaya nya tembus melalui jendela dengan gorden warna putih itu. Jaemin terusik dari tidurnya, mata rusanya mengedip lamban.

Dia akan pergi ke sekolah saat siang nanti karena jam masuk telah di ubah menjadi siang. Dan pekan nanti, Jaemin kembali bangun pagi sekali.

Melelahkan.

Mengubah posisinya menjadi duduk, pipi berisinya terlihat mengkilat, rambut nya mengambang seperti singa atau mirip permen kapas yang kusut.

Di bawah, Taeyong tengah mempersiapkan sarapan untuk penghuni rumah, di bantu dengan dua asisten rumah tangga yang membantu mempersiapkan segala kebutuhan Taeyong.

Jaemin berjalan menuruni tangga untuk menghampiri submisif cantik itu. Memeluk pinggang Taeyong manja. "Bubuu" rengeknya seperti bayi. Atau ia memang seorang bayi?

Mengacak surai coklat milik Jaemin. "Nana sudah bangun hum? Dimana uncle?"

Dengusan pelan terdengar. "Bubu kenapa tanya uncle sama Nana sih?? Kan Nana tidak tau"

Melihat ada yang salah dengan bayi kelincinya, Taeyong segera menyuruh Jaemin duduk di kursi. Membiarkan kedua asisten mengambil alih pekerjaannya. "Kenapa sayang?"

"Uncle pergi dari semalam, uncle bilang menemui teman lama nya" ia merengut, sambil memainkan sendok dan garpu yang ada disana.

Terkekeh, Taeyong mengacak kembali surai coklat itu. "Begitu ya, kenapa Nana tidak minta ikut?" tanyanya yang di balas oleh gelengan.

"Tchh, nanti Nana kena omel uncle karna terlalu manja" keluhnya setengah merengek. Taeyong kembali terkekeh.

"Hm kalau begitu Nana harus bersikap baik pada uncle" ada jeda sebelum ia melanjutkan. "Coba kalau Nana belajar menyiapkan makanan buat uncle, pasti uncle suka" ujarnya memberi saran.

[ ✔ ] Petrictor - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang