"hello manis" Mark menyapa satu di antara dua orang yang tengah berjalan menghampiri mereka. Iya, Haechan dan Renjun baru saja datang ke rumah sakit karena baru mendapat kabar dari Jaemin kalau uncle nya itu masuk rumah sakit. Itu juga alasan mengapa Jaemin tidak masuk hari ini.
Haechan mengernyitkan dahinya ke arah Mark yang tengah memamerkan senyuman ke arahnya. Anak itu menunduk menahan malu.
"Nana!! Kau tidak apa-apa kan? Tidak ada yang terluka kan??" Renjun langsung menyerbu Jaemin.
"Kita berdua sangat khawatir padamu! Kau akhir-akhir ini juga jarang menghubungi kami!" Haechan ikut-ikutan.
Anak itu nyengir kuda dan malah memainkan jari telunjuknya di dagu. "Kalian cepat sekali datang nya" ia membeo.
"Heyy! Kami khawatir!" Renjun mencengkram dagu nya lalu menekan pipi Jaemin membuat bibir anak itu mengerucut.
"Hwwaa sakit"
"Kau ini benar-benar! Kau menganggap kami teman mu kan?" Tanya Haechan. Jaemin mengangguk.
Mereka bertiga bahkan sampai melupakan keberadaan Mark Lee yang sedari tadi melihat pemandangan manis di depan nya. Ketiga submisiv cantik yang di pertemukan.
"Kalau begitu ceritakan pada kami dengan jelas!" Sentak Renjun, lalu melepaskan tangan nya dari pipi Jaemin.
Ia mendesis pelan sembari mengusap dagu dan pipi nya yang terasa kebas. "Renjun tenaga mu boleh juga" ujarnya di sertai kekehan.
"Yaya baikk aku akan ceritakan nanti, tapi sekarang tolong temani aku makan ya ya?? Aku belum makan apapun" rengek Jaemin sembari mengusap perutnya.
"Ayo" ketiga orang itu kemudian pamit untuk pergi.
"Mark, apa yang terjadi dengan boss?" Tanya Karina yang baru saja sampai disana.
"Ah dia hanya terkena empat tembakan, hal ringan"
"Ringan katanya" seseorang yang berdiri di belakang Karina menyahut.
Dia adalah Hyunjin. "Siapa?"
"Oh ini sepupu ku, namanya Hwang Hyunjin. Dia juga yang mencari tahu perihal kejadian intim di belakang gudang acara pesta ulang tahun waktu itu" jelas Karina.
Tidak ada yang salah dengan Hyunjin kalau dia juga handal untuk mencari tahu informasi. Mark mengulurkan tangan nya. "Terimakasih atas bantuan mu, nama ku Mark"
Keduanya saling menjabat tangan. "Hyunjin"
Karina memberikan data-data mengenai pemakaman yang akan di adakan sore nanti. "Aku sudah mengurusnya, apa media tidak akan mempermasalahkan ini? Minhee..."
"Tenang saja" Mark menyahut. "Kami sudah mengurusnya, lakukan saja dengan cepat. Dan ah aku sampai lupa, ada saksi mata yang berhasil kabur dari lokasi itu"
"Siapa?"
"Jeon Luhan, entah dia berada dimana tapi aku yakin dia tidak mungkin diam saja. Ya walaupun dia tidak berpengaruh sama sekali, tapi tolong Carikan informasi tentang nya" titah Mark.
Karina mengangguk, Hyunjin mencari-cari ke segala arah dan baru saja melihat Jaemin tengah berjalan di ujung lobi bersamaan dengan Renjun dan juga Haechan.
Mata bulatnya mengerjap beberapa kali. "Bagaimana kau bisa ada disini??" Tanya Jaemin dengan penuh kecurigaan.
"Kangen"
"Sinting" maki anak itu sambil menyedot susu kotak di tangan nya. Hyunjin tertawa kecil.
"Loh kalian saling kenal?" Tanya Mark.
Keempat orang itu mengangguk. "Kami satu sekolah, dan dia ini senior kami" jawab Jaemin.
"Wow dunia sempit sekali"
-
"Aku merindukan mu" Mark menyeru, menatap Haechan yang duduk di samping nya.
Tidak ada siapapun selain mereka karena Mark sengaja mengajak Haechan untuk mengobrol berdua. "Kakak bercanda nya nggak lucu"
Pemilik alis camar itu semakin tersenyum lebar ke arah nya. "Aku serius, ayo kencan lagi setelah ini"
Wajah Haechan merah padam. Ya mereka sudah memutuskan untuk mengobrol dengan bahasa yang santai dia kaku seperti dulu. Tapi tetap saja, Mark selalu berhasil membuatnya mati kutu dengan rona yang memancar di wajahnya.
Kepalanya menunduk, membuat pria di depan nya mengernyit bingung. "Kau tidak menyukai ku ya?"
"Bukan!" Sahut Haechan cepat. "aku... Justru aku yang merasa begitu, memangnya aku ini siapa sampai di sukai oleh pria sepertimu. Aku insecure saat bersama kak Mark" bibirnya sedikit mengerucut.
"Tidak boleh mengatakan hal buruk tentang diri sendiri" ia usap kepala Haechan lembut lalu tersenyum. "Kakak suka Haechan"
Damn.
-
Suara alat monitor masih berbunyi dengan nyaring, Jaemin menatap lelaki yang terbaring di depan nya. Ah ya, Jeno masih belum sadarkan diri efek obat yang di berikan uncle Doyoung saat operasi kemarin.
Ia memainkan jemari panjang milik Jeno lalu menenggelamkan wajahnya disana. "Cepat sembuh, Nana enggak suka lihat Jeno begini"
Kriett.
Pintu ruangan terbuka, disana terlihat ada Doyoung yang tengah membawa cup makanan di plastik. "Dia masih belum sadar juga ya?"
Jaemin mengangguk.
"Heum, pasti membutuhkan waktu satu atau dua jam lagi. Kau belum makan siang kan hari ini? Uncle bawain Nana bubur kesukaan Nana nih" katanya seraya memberikan bungkus plastik tersebut kepada Jaemin.
"Terimakasih Uncle Doyiiee, tapi Nana pengen cepat-cepat lihat Uncle sembuh huaaa"
"Astaga, sini aku peluk" Jaemin berhambur untuk memeluk Doyoung. "Jeno itu adik ku yang keras kepala, tidak mungkin dia mati dengan cara seperti itu. Tidak elit"
Jaemin mendongak. "Kalau begitu, yang bagus untuk kematian uncle apa?"
"Di gigit vampir" celetuk Doyoung di sertai candaan yang berhasil membuat Jaemin kembali tertawa. "Nah gitu dong ketawa lagi, kalau sudah selesai kunjungi aku di di lantai bawah, kita berdoa disana. Oke?"
"Oke!"
Doyoung berlalu untuk pergi lagi karena tugasnya masih belum selesai. Jaemin memakan bubur itu perlahan sambil terus memerhatikan wajah pucat Jeno. Lalu menatap kedua tangan nya yang tengah memegang sendok.
"Aku... Pembunuh" gumam nya pelan.
"Apa saat bangun nanti Jeno akan mengatakan kalau dia sudah tidak mau dengan ku? Haaaaa, aku tidak mau itu terjadi" Jaemin mengulum sendok di dalam mulutnya.
"Tidak apa tidak apa-apa, aku sudah menjadi super Hero untuk uncle. Nanti saat uncle bangun pasti aku akan mendapat pelukan yang sangat erat"
Ia terkikik geli.
"Nana, terimakasih banyak sayang, kau telah menyelamatkan nyawaku" ucap Jaemin sembari memperagakan bahwa dirinya itu adalah Jeno.
"Eh tidak-tidak, pasti begini"
"Karena kau sudah menjadi pahlawan ku, mau kah kau menikah dengan ku??"
Jaemin sumringah sambil menjentikkan jarinya ke udara.
"Ya, bagaimana? Kau mau menikah dengan ku?"
glek
"E-EHHHHH?!!!!!!"
"UNCLE KAPAN BANGUN?!!!"
Jaemin menyimpan cup bubur nya ke atas nakas, lalu duduk dengan benar. "K-kau... Mendengarkan ucapan ku tadi?!!!"
"TIDAK ADIL! KAU MENGUPING PEMBICARAAN ORANG LAIN!!!"
- TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Teen FictionJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...