Hujan turun bersamaan dengan angin yang menerpa dedaunan. Tetesan air hujan menjadi sebuah genangan air di sekitar jalanan. Jaemin melirik jam di tangan nya, sudah hampir setengah jam dia menunggu Jeno. Namun uncle nya itu belum saja datang.
"Hey, kau sedang menunggu seseorang?" tanya Renjun di sertai senyuman, tangan nya yang tengah memegang payung bening di tangan nya. Jaemin mengangguk dan balas tersenyum padanya.
Merapikan poni nya yang sedikit basah. "Ahh ya, aku sedang menunggu uncle ku"
Renjun mengerjap beberapa kali. "Heum begitu ya. Ku pikir sedang menunggu jemputan dari pacarmu" yang lebih pendek dari nya terkekeh pelan. Renjun menunjuk ke arah jalanan. "Aku duluan ya Jaemin, bus sebentar lagi akan sampai"
"Iya Njun, hati-hati"
Renjun melambaikan tangan nya. Bahu Jaemin merosot disertai helaan napas nya yang panjang. "Huhh . . Renjun pasti sangat beruntung bisa memiliki kulit putih selembut sutra itu"
Tangan Jaemin menyentuh beberapa tetes air hujan, sebelum kehadiran Lucas membuatnya terkejut.
"Maaf Jaemin aku datang terlambat. Sebelum kesini nyonya meminta saya untuk mengantarnya ke butik" jelas Lucas panjang lebar. Jaemin mengerutkan keningnya.
"Heum, bagaimana dengan uncle? Kenapa bukan dia yang menjemputku?"
Menggaruk tengkuk nya tidak terasa gatal. "Tuan Lee mengatakan padaku ada pekerjaan tambahan di kantor. Jadi dia tidak menjemputmu"
"Haisssh, dasar pak tua itu" cibir Jaemin sebelum menerima jaket pemberian Lucas. Itu jaket Jaemin, bukan milik Lucas. Kalian jangan salah paham. "Yasudah, aku ingin pulang. Hari ini sangat melelahkan bagiku"
Keduanya sudah tidak segan ataupun canggung seperti saat pertama kali Lucas di tugaskan untuk menjadi asisten pribadi Jaemin. Lagi pula Jaemin tidak benar-benar menganggap Lucas sebagai asisten maupun sopir nya. Dia lebih suka menganggap Lucas sebagai teman atau pun Kakak laki-laki nya.
Interaksi mereka berdua tak luput dari pandangan beberapa senior dan juga siswa angkatan tahun ini. Mereka membicarakan soal kedekatan Jaemin dan orang yang lebih tua itu.
Mungkin besok akan menjadi topik hangat.
-
-
-
Doyoung menjitak kepala Lucas karena membuat Jaemin terserang flu. Lucas sudah meminta maaf begitupun Jaemin yang mengatakan kalau ini bukan kesalahan Lucas. Dia yang lupa membawa jaket saat menunggu kedatangan Lucas. Jadi masuk angin.
"Sudah Uncle, Nana tidak apa hehe" hidung bangir nya memerah. Beruntung Doyoung adalah seorang dokter dan langsung memberikan obat pereda bagi Jaemin. "Terimakasih uncle"
"Nana mau makan sesuatu dulu? Bubu sudah memasak sebelum pergi ke butik" ujar Doyoung, seraya mengelus puncak rambut Jaemin.
Jaemin mengangguk pelan sambil menyedot ingusnya. "Hum, Nana akan makan sebentar lagi" ia tersenyum lebar di sertai kekehan pelan.
"Anak pintar" Doyoung duduk di samping Jaemin. "Oh! Bagaimana dengan sekolah mu? Apa menyenangkan?"
Pria berusia 30 tahun itu memang terlihat sangat manis dan tentu nya cantik dalam pandangan Jaemin. Ralat, sejauh ini Jaemin memang sudah memasuki dunia pelangi yang penuh warna itu. Namun gengsi mengatakan kalau dia berada di pihak penerima.
"Sekolah ku? Sangat ramai, aku kesulitan makan di kantin. harus mengantri panjang dulu baru bisa makan" dumel Jaemin sambil memeluk boneka kelinci miliknya. "Tapi menyenangkan!" mata rusanya berbinar, dan air muka wajahnya menjadi ceria kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Teen FictionJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...