"serius, Kim Minju anak angkat dokter Moon?"
Doyoung mengangguk membenarkan ucapan adiknya. Jeno tergelak keras melihat ekspresi saudara kandungnya yang malah mencelos menunjukkan ekspresi penuh tanya.
"Kenapa ketawa????"
"Karena ingin."
"Dih." Doyoung mendecih kesal. "Apaan sih?"
"Yakin sama Minju, atau sama Pak Taeil nya?"
"Diem Jeno!" Bentak Doyoung tak terima, dia siap melayangkan pukulannya kalau saja pintu ruangannya tidak terbuka yang menampakkan orang yang tengah menjadi bulan-bulanan pembicaraan mereka.
Moon Taeil.
Doyoung meneguk salivanya susah payah, sedangkan Jeno dengan usil menggerakkan alisnya naik turun. "Ahh, urusan ku sudah selesai. Saya permisi." Jeno berlangsung pergi dari sana meninggalkan Doyoung yang di penuhi emosi, dan Taeil yang mengerutkan keningnya bingung.
Jeno terlambat, dia sudah melihat si manis tengah berdiri sambil menggigit kuku-kuku jari nya.
"Sayang?" Panggil Jeno dengan suara pelan.
Wajah bingung anak itu langsung mendongak melihat Jeno yang sudah berada tepat di hadapannya. "Gimana hasilnya?"
"Enggak tau tuh." Dia mengangkat bahunya acuh kemudian menunjuk perut ratanya. "Katanya ada bayi disini."
"H-hah?!"
"Iyaa, tadi kata Dokter Wendy, Nana punya bayi. Kok bisa ya?" Tanyanya dengan wajah polos di sertai kerutan di keningnya. "Padahal kan Nana enggak pernah makan bayi."
Jeno tersenyum lebar, menarik tubuh mungil itu kedalam pelukannya. Di usapnya pelan punggung sempit sang istri sambil sesekali mengucapkan kata terimakasih padanya.
Jaemin menatap suaminya itu dengan lamat-lamat. "Ihhh jawab dong, kok bisa ada bayi disini??"
"Nana kan hamil, jadi tentu aja ada bayi disini." Jelas Jeno seraya mengelus perut rata Jaemin.
Wajah anak itu mencelos dengan bibir yang sedikit terbuka. Dia menunduk merasakan sentuhan halus di perutnya karena tangan Jeno, kemudian kembali mendongak. "Aku... Bakalan jadi Buna??"
Jeno mengangguk. "Iya." Tangannya terangkat naik untuk mengusap puncak kepala si manis. Mengusaknya pelan lalu mengecup kening itu penuh sayang. "Nana bakalan jadi Buna, dan aku bakalan menjadi Daddy."
"Ewwhh." Jaemin menatap lelaki itu dengan pandangan memicing. "Daddy itu aku!"
"Mana bisa begitu?"
"Bisa lah! Kan aku yang bilang." Ucapnya sebagai finally.
Jeno merotasikan bola matanya jengah, meskipun ia tak dapat memungkiri bahwa kabar ini adalah kabar paling membahagiakan dalam hidupnya.
Menjadi orang tua? Itu adalah impian Jeno. Apalagi bersama Jaemin.
Sepulangnya dari rumah sakit, Jaemin meminta Jeno untuk tak membawanya langsung ke rumah. Dia ingin makan eskrim coklat dengan banyak taburan choco chips di dalamnya. Dan tentu saja Jeno langsung mengiyakan hal itu tanpa ada penolakan sekalipun.
Tangannya terulur untuk membersihkan sisa eskrim di sudut bibir sang istri. "Cantik."
"Tampan." Koreksi Jaemin. "Aku kan Daddy."
Jeno membuang napasnya kasar. Menatap Jaemin dengan pandangan malas. "Terserah mu deh."
"Pfffttt becanda!" Jaemin terkikik geli. Kemudian mengalungkan tangan yang satunya di leher Jeno, karena sejak tadi dia duduk di pangkuan suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Fiksi RemajaJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...