Jaemin pamit kepada kedua teman nya untuk pergi ke toilet sebelum memasuki mata pelajaran ketiga. Banyak siswi yang menatap Jaemin kagum, yah mau bagaimana pun Jaemin itu seorang anak laki-laki yang paling tidak, ada perempuan yang menyukainya selain laki-laki dominan. Atau mungkin submisiv sepertinya juga bisa menyukai Jaemin.
Ia mencuci tangan nya di wastafel sambil memandangi diri sendiri dari pantulan cermin yang berada di depannya. Kemudian pintu kembali terbuka, Jaemin sempat terkejut melihat kedatangan Minhee yang langsung memamerkan senyuman nya kepada orang yang dia temui, termasuk Jaemin.
"Hai, kau dari kelas sebelah ya?" Anak itu berdiri di samping Jaemin. Mengeluarkan sabun pencuci muka.
Jaemin mengangguk sebagai respon.
"Sudah lama tidak berjumpa, sepupu gila ku~" Minhee makin tersenyum lebar. Ada rasa terkejut, tapi Jaemin selalu dapat mengontrol ekspresi wajahnya.
Anak itu balas tersenyum, mengering kan tangan nya dengan beberapa lembar tisu. "Ya, senang bertemu denganmu"
Minhee terkekeh. "Kau itu memang pengkhianat ya? Kau tega menghancurkan keluarga mu sendiri dan memilih tinggal bersama musuh bubuyutan keluarga sendiri"
"Oh ya? Memangnya itu keluargaku?" Jaemin bersandar di tembok. Memandangi Minhee yang tengah mencuci muka di depannya. "Lalu apa kabar dengan keluarga sendiri yang tega membuang cucu mereka? Bukan kah itu perbuatan yang tak patut di contoh bagi seorang pengusaha terpandang seperti kakek?"
"Kau itu tidak tau apa-apa! Kau pantas di buang karena mental mu yang sangat jauh dari kata normal"
Jaemin terkekeh sinis, lalu mengusap rambut Minhee yang kenyataan nya lebih pendek dari Jaemin. "Mulut mu terlalu banyak mengoceh ya? Bagaimana jika suatu saat aku merobeknya?" Tatapan netra coklat milik Jaemin mampu membuat orang di depannya meneguk ludah dan pandangan nya berubah ketakutan.
"Jangan macam-macam!" Minhee menyentak tangan Jaemin kasar. Anak itu malah bersiul dengan santainya. "Ayah tidak akan membiarkan mu semena-mena padaku"
"Ayah, ya?" Jaemin makin terkekeh. Dia menggeleng heran.
'Ayah mana sih yang senang menikmati anak kandungnya sendiri?
"Pengadu" Jaemin berlalu tanpa menoleh lagi ke arah Minhee yang menghentakkan kaki nya sebal ke lantai kamar mandi.
"Kau benar-benar menyebalkan!" Minhee menggerutu. Dia memandangi dirinya dari pantulan cermin. "Bisa-bisa nya kau mendapatkan posisi kedua dari urutan submisiv paling cantik di sekolah! Yang harusnya mendapat kan posisi itu aku!"
-
Jaemin sampai di dalam kelas, dia duduk di samping Haechan yang terlihat tengah mengobrol dengan teman sekelas lainnya. Gadis itu bernama Somi.
"Lama sekali" desis Haechan.
"Kebelet" Jaemin nyengir kemudian bergabung bersama keduanya. Membicarakan materi bocoran soal ujian dua hari lagi.
"Kelas kita nanti di campur sama kelas kakak tingkat loh" Somi berujar penuh antusias.
Haechan menimpali dengan penuh semangat. "whoaahhh pasti bakalan seru banget, hihi. Bisa deketin kakel ganteng dong!" Ia mengangkat tangan nya tinggi-tinggi. Haechan itu memang suka heboh sendiri.
"Oh" Jaemin menanggapi seadanya.
-
Sepulang sekolah kali ini Jeno yang menjemputnya, Jaemin sangat senang ketika pacar nya itu yang menjemputnya. Errr.. uncle. Tapi, ah sudah lah. Intinya dia Jeno!
"Udah lama nunggu?" Jeno mengusap rambut Jaemin penuh sayang. Jaemin menggeleng kecil di sertai senyuman manis nya.
"Enggak kok. Ini kan masih jam kerja, kok bisa Dateng buat jemput ke sekolahku?"
Jeno menggerakkan alisnya naik turun. Lalu menjawil hidung bangir submisiv nya. "Kalo aku masih seusiamu, mungkin aku bakalan 'apasih yang nggak buat kamu Na' haha!"
Pipi Jaemin memanas, dengan cepat dia memalingkan wajahnya karena malu. Belum lagi, beberapa orang melihat ke arah mereka. Jaemin jadi mau mengubur diri sendiri karena ulah Jeno. "Uncle, ingat umur" Jaemin mencibir.
Jeno kembali terkekeh. "Aku masih muda loh haha. Yasudah, ayo pulang sebelum hujan. Langitnya sudah mendung"
Mendengar itu Jaemin ikut menoleh ke atas dan mengangguk semangat, keduanya masuk kedalam mobil. "Aku pikir tadi Luke yang akan datang" Ia berseru setelah memasang sabuk pengaman nya.
"Biasa, aku yang melarangnya"
"Haiss"
-
Di rumah, seluruh penghuni rumah di hebohkan dengan kabar Jeno yang meninggal. Jaemin berteriak heboh sambil menangis histeris di taman belakang kediaman Lee itu.
"HUAAAAAA JENO KU MENINGGAL!!!!" Jaemin menangis sesenggukan.
Semua asisten bertanya keheranan, ada yang mencoba menenangkan tapi mereka jelas melihat tadi siang bahwa atasan nya itu pergi ke kantor.
Lalu kabar menghebohkan itu terdengar dari mulut Jaemin sendiri.
"Hiks Jeno" Jaemin menangis.
Salah satu pelayan menghampiri Jaemin. "Nana, kami melihat jelas kalau pak Jeno tadi pagi berangkat ke kantor sama Nana. Orang rumah juga tidak memberi kabar soal itu.. saya jadi bingung"
Jaemin menunjuk ikan di aquarium yang mengambang, "Bibi nggak liat??? Jeno mati!" Tangisnya semakin pecah.
Pelayan yang lain berhasil memanggil Lucas untuk menghampiri Jaemin di taman. Lucas akhirnya menghampiri anak itu, pelayan tadi mundur dan pamit untuk kembali melakukan aktivitas mereka.
"LUKE!!! JENO KU MATI!!" Jaemin berhambur memeluk tubuh Lucas. Air ingus nya sudah di pastikan telah mengotori jas hitam yang di kenakan pria berbadan besar itu.
Lucas menghembuskan napasnya panjang. Mengusap punggung sempit anak itu. "tabahkan hati mu Na, nanti kita beli ikan yang baru oke?"
"NGGAK MAU!! NANA MAU JENO!"
'astaga
Lucas tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Bagaimana ya ... Tapi kau tidak memberinya makan, jadi ya mati"
"YA MATI?!! LUKE!! KAU!! HUAAAAA" Jaemin memeluk aquarium berisi ikan emas nya yang sudah mati. "jahat! Kejam! Bagaimana mulut mu dengan mudahnya mengatakan itu kepada ikan yang sudah mati?!"
"Astaga, tenang dulu" Lucas kebingungan. "Ikan emas tidak akan bertahan lama di dalam aquarium yang tidak di aliri dengan air pasti akan mati Nana"
Jaemin menyedot ingusnya. Memandangi ikan itu dengan tatapan bersalah. "begitu ya?" Lucas mengangguk. Matanya masih berkaca-kaca, jangan lupakan bibir nya yang mengerucut sempurna membuat Lucas mati-matian menahan kegemasan itu. Kalau sampai kalap, nanti kepalanya bisa bocor gegara atasan nya.
"Tapi ini hadiah dari uncle Jeno huhuu~" Jaemin menurunkan aquarium nya lagi. "yang tenang ya disana? Semoga Jeno di tempatkan di sisi Tuhan" Jaemin mengepalkan tangan nya, berlagak berdoa atas duka cita yang menimpa ikan nya.
Lucas terkekeh kecil. "ada-ada saja"
"Huft"
"Oh iya Jaemin, nanti kekasihku akan datang kesini untuk menemanimu belajar les privat sebelum ujian"
Mata Jaemin berubah cerah. Dia berdiri dengan penuh semangat. "Eyyyy!! Sejak kapan kau punya kekasih???!"
Lucas nyengir kuda. "Hehe baru seminggu ini sih"
Jaemin mengangguk. "apa profesinya??"
"Guru les privat, namanya Kim Jungwoo"
"Uh, pasti kau sangat beruntung memiliki kekasih yang profesinya seorang guru les"
Pria itu mengkerut kan keningnya."memangnya kenapa dengan profesi itu?"
Anak di depannya menunjukkan senyuman konyol sambil bersiul santai seolah melupakan kejadian tadi. "Kak Jungwoo bisa mengajarimu cara berpikir, biar otakmu sedikit encer haha"
"Sialan"
- tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Teen FictionJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...