Jaemin duduk di antara hamparan pasir dengan alas kaki sebagai tempat duduknya. Menatap gemintang yang bertaburan di atas sana, sementara Jeno sedang pergi sebentar untuk membelikan Jaemin camilan dan juga teh hangat untuknya.
Semuanya baik-baik saja, sebelum orang yang tadi siang di temui Jaemin, menghampiri dirinya.
"Hai cantik." Sapa lelaki itu.
Jaemin tak menggubris dan asik memainkan ujung ranting di atas pasir.
"Dia mengabaikan mu, beraninya." Bisik orang yang satunya.
"Boleh kami ikut duduk?" Tanyanya.
Wajah mungilnya mendongak dengan raut wajah yang tak bersahabat. "Coba saja duduk, akan ku buat bokongmu karatan." Ancam si manis yang tidak ada kesan menyeramkan sama sekali di mata keduanya.
Jake, lelaki itu tertawa keras. Sedangkan Jay malah merasa tertantang dengan submisiv cantik di depan nya. Dengan sembrono, dia duduk di samping Jaemin, kemudian merangkul bahu nya. "Hey, kami kan kesini hanya ingin menemanimu tau."
"Aku tidak minta untuk di temani olehmu." Sanggahnya.
Jay membuang napasnya kasar. "Kalau begitu, anggap saja aku memaksa." Ia tersenyum. Jake yang melihatnya menahan tawa. hey siapa yang tidak geli melihat ini? Orientasi seksualnya masih lurus, tidak menyimpang seperti Jay saat ini.
"Banyak omong." Jaemin mengarahkan ranting di tangannya tepat kehadapan mata Jay, anak itu menggeram pelan. "Aku tidak suka orang jelek. Jelekphobia, kau paham?"
Dia meneguk ludahnya dengan kasar, bahkan orang di belakangnya yang melihat itu langsung menghampiri mereka. "Sayang." Panggil Jeno.
Ketiga orang itu menoleh secara bersamaan ke arahnya. Jaemin tersenyum lebar, kemudian berlari untuk memeluk suaminya. "Kemana saja!"
"Ada masalah?" Tanya Jeno seraya membalas pelukan di manis.
"Mampus, keluarganya datang." Celetuk Jake yang tak habis pikir dengan teman nya yang malah menggoda anak di bawah umur.
"Tuh mereka, mencoba menggoda ku!" Jaemin menunjuk kedua orang itu telak.
Jay bangun dari duduknya. "Ah maaf pak, kami hanya ingin mengajaknya bersenang-senang. Memangnya tidak boleh?"
Sudut bibirnya sedikit terangkat, mengusap puncak kepala si manis yang masih memeluknya erat. "Sayangnya, kalian salah pilih orang. Dia istriku." Serunya, membuat kedua orang itu menatap ke arah mereka tidak percaya.
"Sungguh? Hahaha. Jangan berbohong pak, umur kalian jelas berbeda."
"Banyak omong banget!" Jaemin melempar pasir ke arah Jay, alhasil membuat orang itu kesakitan karena pandangannya menjadi kabur.
"Akhh sial!" Umpat nya kesakitan.
"Maaf, tolong bawa teman mu ke klinik terdekat, ini uang sebagai gantinya." Jeno memberikan beberapa lembar uang dengan nominal yang lumayan besar kepada Jake.
Jake yang linglung hanya menerima uang itu kemudian menyeret teman nya untuk meninggalkan mereka.
"Huft." Jaemin mengerucutkan bibirnya sebal.
Jeno menyimpan gelas cup serta plastik berisi camilan di pasir. Meraih tangan kecil Jaemin, dan mulai membersihkannya dari jejak pasir yang berada dalam genggaman Jaemin. "Lain kali jangan melakukan hal berbahaya sayang."
"Kau lama sekali datangnya." Omel yang lebih muda dengan wajah cemberut. Mendengar itu Jeno malah terkekeh mengingat nasib sial dua pemuda tadi.
Dasar, ada-ada saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Teen FictionJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...