Jaemin terpaksa harus tinggal di kamar Jeno, selagi kamarnya masih di persiapkan oleh Taeyong. Huhh, Jaemin merindukan angin korea. Tapi tidak dengan masa lalu nya.
Pikir Jaemin, mereka bodoh karena menyebut Jaemin anak buangan dan anak gila sakit mental. Namun rupanya, Jaemin mempunyai segudang bakat atas kecerdasan yang ia miliki.
Ia bersandar pada ayunan yang berada di balkon nya. Wajahnya sedikit bersemu karena memikirkan hal bodoh yang kemarin dia lakukan. Mengatai Jeno pak tua, sinting, dan hal buruk lain nya.
Kekehan kecil terdengar. Seharusnya Jaemin bangga karena di culik oleh pria tampan dan gagah seperti Jeno. Bukan malah mengatainya mesum.
"Ohhh ayolah, siapa yang akan tidak takut jika bangun dari tidur langsung di suguhi sugar daddy seperti Lee Jeno?"
Jaemin mengacak rambutnya. Mungkin dia bisa gila beneran sekarang. "Kau tampan!!"
"Siapa yang kau bilang tampan?" suara berat itu menginterupsi Jaemin untuk menoleh. Matanya melebar ketika melihat orang yang tengah berada di pikirannya.
*glek
"Yahahahaha tetangga kita, tampan!!" tunjuk Jaemin ngasal. Dia tertawa canggung.
Jeno yang penasaran mendekat ke arah Jaemin dan berdiri di sampingnya. "Hm? Siapa namanya?"
Menaikan bahunya. "Uncle, tidak boleh ikut campur soal urusan anak muda" sanggah Jaemin, mengayunkan kembali ayunan yang tengah di duduki nya. Jaemin masih canggung soal hal kemarin, dia sudah minta maaf kepada Jeno, tapi Jeno malah menjawab dengan dehaman saja.
Jeno berdecih. Memberikan secangkir teh hangat kepada Jaemin. "Udara sedang dingin, minum lah"
"Umm, uncle" panggilnya pelan setelah menerima cangkir teh dari tangan Jeno. "Kapan kau menikah? Atau sudah mempunyai istri?"
Helaan napas kasar terdengar. "Uncle tidak tertarik"
"Uncle, ayolah bahkan aku saja sudah lelah karna tidak punya pacar. Kau ini sudah tua tapi malas menikah" dumel anak itu seraya menyeruput teh hangat pemberian Jeno.
Jeno mendekat ke arah nya. Mengusak surai coklat madu milik Jaemin. "Bukan malas Jaemin"
"Lalu?"
"Belum ada yang bisa membuatku tertarik apalagi jatuh cinta" sambung Jeno. Dia memerhatikan wajah cemberut keponakan nya. Ya, anggap saja Jaemin adalah keponakannya.
Hidung nya memerah, karena cuaca memang sangat dingin dan tidak baik berlama-lama berada di luar ruangan. "Sekolah mu bagaimana?"
Mendengar itu wajah Jaemin kembali berseri. Dia berdiri di hadapan Jeno. "Besok aku mulai sekolah, dan MOS hari pertama. Aaaa pasti banyak perempuan cantik"
"Kau cantik"
"Hah?"
Jeno terdiam, menggigit pipi dalam nya sebentar. "Kau jelek" ralat Jeno yang malah mendapat pukulan di bahu.
"Uncle!!"
"Kenapa denganku?" Jeno menaikkan sebelah alisnya. Sedang Jaemin menggembungkan kedua pipi nya kesal.
"Kau tampan, tapi masih tampan diriku"
'Kau manis, sadar diri Nana
"Terserah. Masuk, di luar dingin" ujar Jeno seraya menggiring Jaemin untuk masuk kedalam. Jaemin cemberut, merebahkan dirinya di kasur king size milik Jeno. Yang mempunyai kamar sedang duduk di sofa sambil membaca koran nya.
'Benar-benar pak tua yang menyebalkan
Hening menyeliputi keduanya. Jaemin benar-benar bosan sekarang. Mengubah posisi nya menjadi duduk bersila. "Uncle"

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Novela JuvenilJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...