40 end.

8.4K 469 24
                                    

Menjelang sore, Jaemin pergi dari rumah yang ia tinggali berdua dengan Jeno. Sebelumnya dia pun sudah ijin pada sang suami melalu chat, dan Jeno juga bilang kalau hari ini ia akan pulang terlambat karena ada meeting bersama client, mungkin suaminya akan pulang lebih malam dari biasanya.

Jaemin berinisiatif untuk membeli bahan-bahan makanan di minimarket depan, ia senyum senyum sendiri di sepanjang jalan. Membayangkan betapa Jeno dengan bangga memakan masakan buatannya. "Ih apasih." Tepos Jaemin mengenai pikirannya yang terbilang begitu bodoh. Tapi bibirnya tak lepas untuk berhenti tersenyum.

Dia memilih bahan-bahan makanan, Jaemin sejujurnya kebingungan dalam hal memilih, toh saat pergi belanja ke mall pun dia malah duduk di troli dan asik meluncur bermain mobil-mobilan, sedangkan Jeno di belakang bertugas untuk memilih makanan dan juga mendorong troli yang di tumpanginya.

Alhasil Jaemin keluar minimarket dengan bahan seadanya, cukup yang ia tau. Lainnya, lewat.

Seperti anak kecil yang terbiasa membeli ice cream setelah keluar dari minimarket, Jaemin pun melakukan hal itu. Dia kini tengah mengemuti ice cream vanila di tangannya seperti anak kecil. Jarak minimarket ke rumahnya memang lumayan jauh, tapi tak apa. Itung-itung dia berolahraga dengan cara jalan kaki kesini.

Terdengar beberapa langkah kaki seorang di belakangnya, Jaemin pikir mereka cuma orang-orang yang lewat sama sepertinya. Namun semakin kesini mereka semakin mendekat, hingga sampai pada akhirnya dia menolehkan kepalanya kebelakang, sapu tangan yang sudah di bius itu membekap mulutnya.

Matanya terbelalak, ia sempat memberontak, namun kedua tangannya sudah terlebih dahulu di kunci kebelakang. "Ummph-!!!!!"

"Cepat bawa dia ke mobil!" Perintah salah satu dari mereka.

Napasnya mulai tersengal, pandangannya pun ikut memburam. Dia jatuh pingsan, mempermudah orang-orang itu membawanya masuk kedalam mobil. Dari dalam sana, seseorang nampak berbangga hati karena berhasil membawa orang sombong itu bersamanya.

"Kerja bagus." Katanya.

-

Jaemin mengernyitkan keningnya dengan raut bingung, meminimalisir cahaya remang-remang yang hanya berasal dari lampu saklar berwarna kuning di tempat gelap itu. Mulutnya di ikat kain, dengan kedua tangan dan kaki di ikat oleh tali kasar yang menyakiti tangan dan kakinya.

Suara decak kagum seseorang, dengan langkah teratur terdengar menghampiri Jaemin. Seorang wanita berdiri dengan senyum yang ia tunjukan secantik mungkin, namun di mata Jaemin itu hanya senyuman licik dari seorang iblis yang berada di depannya.

Jaemin menghela napas panjang, ketika Yiren melepas kain yang membekap mulutnya. "Sudah main-main nya." Keluh Jaemin dengan nada datar.

"Kau itu bodoh ya? Kau tau kenapa aku menculikmu?"

"Karena kau di pecat, dan di tolak. Belum cukupkah penolakan dari suamiku?" Jaemin berujar dengan senyum di bibirnya. Membuat Yiren mendecih tak suka.

Ia cengkram dagu anak itu kuat, menancapkan kuku-kuku tajamnya ke kulit wajah Jaemin yang terasa begitu halus. "Ini kah wajah yang membuat Jeno sampai menggilaimu?" Hembusan napas Yiren terasa begitu dekat, Jaemin malah tersenyum makin lebar.

"Iri? I know, aku lebih cantik darimu untuk ukuran laki-laki." Ucapnya dengan percaya diri.

Yiren menggertakkan giginya kesal. "Yah untuk sekarang, kau memang cantik. Tapi tidak lagi untuk nanti." Katanya, menghempaskan wajah Jaemin begitu saja. "Habisi bocah ingusan ini!" Titahnya, kepada dua orang pria berbadan besar.

Jaemin malah tersenyum bangga. "Jangan sentuh aku, aku belum persiapan. Pose apa yang kalian inginkan? Capung terbang? Anjing pipis? Atau..."

Brakkk.

[ ✔ ] Petrictor - nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang