Banyak yang minta bonus kan? Nih aku kasih. Harus di ramein tuhh.
Vote sama komen nya jangan lupa ya meskipun udah tamat~
-
Tangan lebarnya menuntun langkah submisiv mungil yang matanya tertutup oleh kain berwarna hitam. Perbedaan tangan mereka sangat jauh berbeda, seperti orang dewasa yang tengah menuntun tangan anak kecil.
Jemari lentik itu bertautan dengan jari-jari panjang milik Jeno. "Sampai kapan mataku akan terus di tutup?" Tanyanya.
Ia sudah pegal sejak tadi hanya berjalan dengan mata tertutup mengikuti arahan dari suaminya itu. Jeno mengusap punggung tangan nya. "Sebentar lagi."
"Huft, lama." Pipinya mengembang seperti balon.
Jeno terkekeh. Ia melepaskan tangan Jaemin kemudian berdiri di belakang lelaki manis itu, perlahan Jeno mulai membuka kain hitam yang menutupi mata Jaemin.
Manik rusa itu mengerjap beberapa kali untuk mencari fokus pada penglihatannya. Matanya membelalak sempurna melihat rumah minimalis yang berada di depannya, rumah elegan dengan warna abu tua yang di padukan dengan warna hitam itu sangat terlihat mewah walaupun ukurannya minimalis.
Jaemin menolehkan kepalanya ke arah Jeno. "I-ini?"
"Rumah kita." Ujar nya.
Jaemin melompat kedalam pelukan suaminya, memeluk Jeno dengan sangat erat. "S-serius?"
"Serius bunny." Jeno balas memeluk tubuh mungil istrinya. Menggendongnya selayaknya bayi seperti waktu itu, Jaemin pun pasrah-pasrah saja tubuhnya di gendong seperti koala.
Mereka masuk kedalam rumah baru yang sekarang sudah menjadi milik mereka. Jaemin terus mengoceh berapa takjubnya dia dengan desain furniture minimalis modern yang ada di dalam rumah ini. Juga ada kolam renang yang berada di dalam ruangan. Jaemin terperangah.
"Hebat... Kamu serius beli rumah ini?"
"Memangnya aku terlihat seperti pembohong?"
Keduanya bertatapan beberapa saat sebelum Jaemin mengecup hidung mancung suaminya itu gemas. "Enggak ada. Turunin aku dong~" katanya.
Jeno menggeleng. Membuat submisiv itu mengerutkan keningnya samar. "Kenapa?"
"Capek?"
"Sedikit" jawab Jaemin.
"Tidur siang dulu ya? Sambil cuddle."
Jaemin merona, mengeratkan pelukannya pada sang dominan sebelum di susul dengan anggukan kecil. "uhm.. iya.."
Senyuman melekat di wajah Jeno, dia membawa tubuh mungil yang berada dalam gendongannya itu menuju ke kamar mereka. Luasnya hampir sama dengan luas kamar milik Jeno yang sebelumnya, hanya saja disini ada tambahan beberapa barang baru.
Seperti meja rias untuk Jaemin, rak buku tinggi, juga jendela besar yang langsung mengarah ke balkon yang menyajikan langsung halaman belakang rumah mereka.
Rumah dengan satu tingkat itu terdiri dari dua kamar, kamar utama dan juga kamar tamu yang terletak di lantai bawah.
Jeno menidurkan tubuh Jaemin dengan hati-hati, sebelum dia ikut membaringkan tubuhnya di samping Jaemin. "Aku masih bingung deh" celotehnya.
Tangan Jeno sudah melingkar sempurna pada pinggang ramping submisiv nya. "Bingung?"
"Iyaaa!!"
"Apa yang kamu pikirin?"
"Aku beneran di nikahi pedofil." Jawabnya ngawur yang membuat Jeno memasang ekspresi senyuman palsu. Kemudian Jaemin memainkan jemarinya di atas rambut milik Jeno. "Bisa-bisa nya."

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Ficção AdolescenteJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...