Sejak semalam gara-gara Jaemin berpenampilan dengan memakai dress ibu hamil selutut, membuat Jeno enggan beranjak dari manapun. Dia mengekori kemanapun Jaemin pergi, bahkan mengosongkan jadwalnya di kantor khusus untuk menemani si manis di rumah.
Jaemin berkacak pinggang waktu Jeno mencomot pie blueberry buatannya.
Plak.
Jaemin memukul lengan Jeno, menatapnya serius. "Masih panas!"
"Enak sih." Katanya.
Jaemin menggeleng heran, sedangkan pria dewasa itu malah menunjukkan cengiran di wajahnya. Jeno yang melihat Jaemin hendak menuangkan cairan caramel ke atas pie itu, dia dengan cepat menahannya. "Nggak boleh di tambahin lagi."
"Kenapa?"
"Aku mau yang begini saja."
"Tapi kurang man—"
Jeno dengan gerakan cepat menyelamatkan pie itu dari Jaemin, memeluk piring tersebut dalam kukungan tangan besarnya. Jaemin yang melihatnya cuman bisa membola sambil menatap pria itu penuh selidik. "Ihh, balikin!"
"Nggak."
"Balikin Jeno! Kalau mau buat sendiri saja sana!"
Ancaman Jaemin tidak berlaku, Jeno malah langsung menyuapkan pie blueberry itu kedalam mulutnya dengan potongan besar. Jaemin melotot. "hey!"
"Ck, yasudah lah." Si manis mendecih pelan, mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada tepat di depan Jeno.
Melihat suaminya yang rakus entah kenapa membuat Jaemin merasa kenyang meskipun tidak menyentuh pie itu sama sekali karena Jeno dengan cepat langsung menghabiskannya hingga serpihan terakhir.
"Hehe." Jeno nyengir tanpa dosa, membuat si manis membuang muka. "Eh kenapa?"
"Masih tanya kenapa?????"
"Enggak-enggak, aku bercanda." Dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, kemudian beranjak dari duduknya. Jaemin hanya memerhatikan gelagat pria itu yang kini bersimpuh di lantai sambil menghadap ke perutnya.
"Bunny."
"Hemm?"
"Jalan-jalan yu?"
"Tumben, kemana emang??"
"Kemana aja tempat yang kamu mau."
Jaemin berpikir sejenak, membiarkan Jeno menduselkan kepalanya di perut Jaemin yang masih rata itu. "Oke! Rumah hantu."
"Nggak."
"Loh kenapa?? Katanya ke tempat yang aku mau."
"Nggak rumah hantu juga."
Mata rusanya memicing memperhatikan wajah sang suami. "Takut?"
"Enggak."
"Lalu???"
"S-e-r-a-m." Tukas Jeno yang kini sudah memeluk perut Jaemin. Membenamkan permukaan wajahnya disana.
Rahang Jaemin jatuh dengan ekspresi yang tidak elit, dia menunduk melihat Jeno yang masih bermanja dengan perutnya. "Kau suami ku kan?? Ngaku! Kau pasti orang jahat yang menyamar kan?"
"Apaan sih sayang? Ini aku."
"Bohong!"
"Jaemin."
"Apa??!" Sungut si manis yang membuat nyali Jeno ciut untuk melanjutkan ucapannya.
"Enggak deh."
"Bilang!" Sentaknya.
Jeno terdiam beberapa saat sebelum mengatakan keinginan nya. "Buatin aku mie."
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Fiksi RemajaJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...