Sinar matahari menerobos masuk melalui gorden kamar Lee Jeno yang jendelanya berukuran sangat besar. Jaemin merasa terusik dengan biasa cahaya itu, dia terbangun dari tidurnya.
Ini hari kedua Jaemin tinggal bersama uncle Jeno. Pria itu masih tertidur sambil membelakangi dirinya. Jaemin cemberut. "Ugh uncle!! Bangun!!" rengek Jaemin sembari mengguncang tubuh besar Jeno.
Jeno membuka matanya perlahan. "Astaga. Ada apa? Ini masih pagi bunny" Jeno memiringkan tubuhnya menghadap Jaemin.
"Tidak tidak. Kau harus bangun uncle, kita sudah membuat janji"
"Janji?"
Anak di depannya mengangguk lucu. Bahkan Jeno melupakan janjinya hari ini, menemani Jaemin berkunjung ke rumah sakit. Jeno jadi bingung sendiri, menyisir helaian poni Jaemin. "Sebenarnya kau sakit apa?"
"Kata Kakek aku gila"
"What?!"
Jaemin menunjukan cengiran khas nya. Jeno diam sejenak. "Ada-ada saja. Tidur sebentar lagi ya? Uncle mengantuk"
"Tidak tidak!" Jaemin menatap Jeno tajam, membuat pria yang sepuluh tahun lebih tua dari nya itu meneguk ludah kasar. "Uncle, aku bisa menyeretmu dari sini. Kalau menolak lagi, aku akan menjahit bibir mu. Bagaimana?"
Damn.
Jeno mengubah posisinya menjadi duduk. Menjentikkan jari di kening Jaemin. "Dasar psikopat kecil"
Jaemin tertawa karena perkataan Jeno. Dia senang Jeno menggendongnya seperti ini. Jeno seperti Papa? Tapi dia menolak di panggil Papa dan menyarankan Jaemin agar memanggilnya Uncle. Jaemin ingin Papa!!
*byurrr
Jeno mengguyur tubuh kecil Jaemin dengan air dingin. Anak itu malah kegirangan dan berlarian di sepanjang kamar mandi. Jeno mengaduh nyilu ketika Jaemin terjatuh di lantai, namun anak kecil itu malah tertawa.
'Kepribadian yang aneh. Siwon menyebutnya gila? Bagaimana bisa anak menggemaskan ini di bilang gila! Ada-ada saja.
Pagi ini mereka melakukan aktivitas mandi bersama. Jeno mendudukkan Jaemin di antara kaki nya. Dan lihat sekarang, Jeno seperti orang mesum yang tengah memandikan bocah berumur 12 tahun yang sama sekali tidak ada kata menarik bagi yang melihat.
Namun hal itu malah menjadi kebahagiaan tersendiri bagi Jeno. "Bunny, kau tidak takut dengan ku hm?"
Jaemin mendongak dengan pipi memerah. "Hunn? Uncle tidak menakutiku, lalu untuk apa aku takut?" Jaemin sibuk membuat gelembung dari sabun. Jeno terkekeh.
"Bagaimana jika aku macam-macam dengan mu?"
—hah tidak. Gila Jeno.
Yang muda malah mengangguk saja. "Cobalah"
"Tidak jadi. Kau rata"
Dan itu berhasil membuat Jaemin menatapnya bingung. Mungkin di pikiran anak itu 'rata' dalam artian apa?
-
-
-
Doyoung menghela napas panjang, lalu menyuapi Jaemin makan siang. "Perutmu terbuat dari apa sih? Makan mu banyak padahal kau anak kecil Nana"
"Hehehehe" hanya itu yang Jaemin respon ketika mulutnya di penuhi makanan.
"Jeno! Anak mu akan menjadi kantung beras kalau ia makan terus!" teriak Doyoung ketika melihat adik bungsu nya itu hendak bersiap untuk pergi ke kantor.
Jeno sih hanya merespon dengan mengangkat bahunya saja. "Morning Bunny. Hari ini aku akan bekerja, kau di temani Doyoung ya untuk pergi ke rumah sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Fiksi RemajaJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...