Jaemin melotot ketika dirinya tertangkap basah tengah memergoki orang tak waras yang lagi coli itu. Ada perasaan was-was, panik, takut, kaget campur jadi satu. Jaemin harusnya pergi aja daripada berurusan sama pria jangkung yang lagi melakukan hal tak senonoh itu.
"Hi cantik" katanya dengan pandangan innocent seperti pedofil. Yah mirip-mirip sama Jeno kalau lagi sange.
"Hiiihhhh!" Jaemin merinding. Belum lagi jam dinding milik pria itu yang masih gontang gantung di udara, bikin Jaemin ngibrit aja langsung keluar dari toilet.
"Sayang!" Teriak Jaemin dengan napas terengah. Jeno yang daritadi sibuk main ponsel, langsung menoleh ke arah si manis. "A-ayo cepetan pergi ke hotel!"
"Nggak mau nyantai dulu?" Tanyanya.
Dia menggelengkan kepalanya cepat, kemudian menarik Jeno untuk keluar dari restoran itu. Beruntung Jeno udah bayar tadi.
Sekarang mereka berlibur cuman berdua, ya maksudnya bener-bener quality time berdua, tanpa adanya Lucas atau bawahan Jeno yang lain. Gila aja kalau honeymoon sambil bawa-bawa antek macam gitu.
Mereka masuk kedalam taksi yang baru saja Jaemin hentikan. Jeno memerhatikan ekspresi wajah Jaemin yang terlihat sangat ketakutan, padahal tadi anak itu sangat ceria.
"Kamu kenapa?" Jeno mengusap lembut pipi tembam istrinya.
"Nanti aku cerita di hotel." Pungkas Jaemin.
Sesampainya di hotel pesanan mereka, Jaemin langsung mendaratkan bokong nya pada kasur empuk yang tersedia disana. Jeno berlutut di depannya sambil terus bertanya dan menunggu Jaemin bercerita.
"Tadi aku..."
Jeno masih setia menunggu kelanjutan kalimat si manis, namun sepertinya Jaemin pun ragu Jeno bakalan percaya atau tidak. Sampai pada akhirnya Jaemin memilih mengalihkan topik daripada membahas hal yang tidak berguna seperti itu.
"Enggak ada deh."
Ekspresi Jeno berubah datar, dia mencubit gemas pipi itu. "Kirain kamu liat setan."
"Dih? Setan siang bolong begini mana ada!"
Yang lebih tua terkekeh geli, kemudian mengecup bibir plum miliknya. "Mandi dulu apa tidur siang?"
"Hng... Capek sih, tidur dulu aja kali? Nanti habis itu baru mandi."
"Yaudah."
Mata rusanya mulai terpejam, tapi Jaemin belum tidur, dia masih teringat jelas tentang kejadian tadi siang di toilet. Bagaimana kalau orang itu tiba-tiba datang terus mengatakan hal yang tidak-tidak? Pikirannya sekarang di penuhi dengan kesialan yang menimpanya hari ini.
Jeno yang menyadari istri mungilnya belum tidur, mulai menepuk-nepuk bokong Jaemin layaknya menidurkan bayi. "Istirahat." Bisiknya. Yang di balas dengan anggukkan pelan oleh Jaemin.
Ia sembunyikan wajah nya pada dada bidang milik Jeno, dan jujur saja Jeno itu selalu tau apa yang di butuhkan Jaemin. Jaemin sangat bersyukur bisa mempunyai suami pengertian seperti Jeno.
-
"Oh gila, jadi dia melihatmu yang sedang melakukan itu?"
"Iya."
Dua orang yang tengah berlibur itu menatap ombak di laut Jeju, bibirnya terangkat, seringai nampak di wajahnya ketika mengingat ekspresi orang yang di lihatnya beberapa jam yang lalu. "Manis."
"Wanita?" Tebak temannya.
"Laki-laki."
"Hah? Gila." Dia tercengang, menatap temannya tidak percaya. Padahal sejauh ini mereka berteman dan bisa di bilang saling mengenal satu sama lain itu, dia orang yang normal.

KAMU SEDANG MEMBACA
[ ✔ ] Petrictor - nomin
Novela JuvenilJaemin itu ponakan Jeno, iya ponakan yang Jeno angkut dari jalanan dan otw menuju pelaminan. Tentang Jaemin yang memiliki gangguan kesehatan mental, bocah itu selalu bertingkah selayaknya anak kecil seperti usianya, namun ada sisi gelap yang Jaemin...