~★14★~

200 16 0
                                    

_hanya.penumpang©_


...

POV Jaemin

Entah setan mana yang merasuki ku tadi. Tadi itu hanya di luar pikiran ku, tak bermaksud untuk menciumnya.

Sekarang suasana malam yang dingin menambah menjadi awkward, dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Itu sungguh, aku tak bermaksud mencari kesempitan dalam kesempatan? Ah, intinya aku malu sudah terbawa oleh pikiran ku dengan semua yang Jeno punya. Itu kelemahan ku sekarang.

Dan untungnya tangisnya Jeno sudah reda. Dan ku bawa ia kembali ke dekapanku sembari mengusap punggungnya.

Dengan ditemani oleh angin malam yang dingin, ku eratkan pelukan ku pada Jeno.

Dan terdengar jelas suara dengkuran halus menyapa telinga ku, ternyata bayi ku sudah tertidur dipelukan pangerannya ya, hihih. lucu dan gembil jika melihat pemandangan didepannya ini.

Karena tak mau lama-lama diluar, ku angkat tubuhnya yang sekarang semakin kurus. Sepertinya ia terlalu memaksa dirinya bekerja keras, namun besok tak ada lagi yang bekerja keras sampai tubuhmu itu habis manis.

Sungguh, Jen. Aku ingin sekali melindungimu dan menjagamu di dekapan ku seperti ini.

Dengan berjalan menuju mobil yang ku parkirkan tak jauh dari sini. Saat aku tengah asik menatap wajah manisnya, ia menggeliat dalam tidurnya. Ku percepat jalannya menuju mobil.

Setelah sampai, kubuka pintu mobil depan dengan cepat dan menaruh Jeno disana, aku sedikit turunkan kusri mobil yang Jeno duduki. Lalu aku tutup dan pergi ke kursi pengemudi.

Aku sudah duduk dan melirik ke Jeno yang tertidur nyenyak, ku ambilkan bantal kecil lalu ku angkat kepala Jeno dengan pelan-pelan agar tak menganggu tidurnya.

Dan selimut kecil yang selalu ada di dalam mobil, ku selimuti tubuhnya agar merasa hangat.

Tak lupa juga untuk mengusap wajah dan matanya bekas air mata yang sudah mengering. Sekarang mata sabitnya ini bengkak karena terlalu banyak menangis tadi.

Ku kecup kedua mata sabit yang manis saat tersenyum.

Tak lama aku jalankan mobil ini dengan mulai menjauh dari area sungai Han.

Sepanjang perjalanan, aku ditemani oleh suara dengkuran halus dari Jeno dan deru mobil.

Sesekali Jeno menggeliat dan meraba-raba mencari sesuatu, ku ulurkan tangan ku untuk menepuk pahanya agar kembali tertidur.

Tapi ia memegang tangan ku dengan kedua tangan, sesekali ia mengigau memanggil ayahnya.

Aku paham sekarang, apa yang telah Jeno tanggung sendiri di bahunya yang kecil. Perlahan ku elus tangan Jeno.

***

Sampai sudah di rumah Jeno. Dengan sedikit kesulitan karena membawa belanjaan yang sengaja aku beli saat sebelum kemari, ku ketuk pintu dengan sebisa mungkin meski paper bag yang ku bawa hampir ingin jatuh.

Untungnya tak lama pintu di buka dari dalam.

"Hyung! kak Jeno!" Terkejut melihat Jeno di gendongan Jaemin.

"Yak! Jangan terus didepan pintu, ini bawakan paper bag ini ke dapur. Aku ingin membaringkan Jeno dulu di kamar."

"Ah, baiklah!"

Sungchan langsung pergi ke dapur dan aku pergi ke kamar Jeno dengan bersebelahan kamar Taeyong.

Saat ingin membuka kamar Jeno, dikagetkan dengan sang ibu Jeno yang menyapa ku.

"Jaemin! Ini kamu nak?"

"Ah, ini aku bubu"

"Ya ampun, Jeno tertidur ya. Sebentar bubu bukakan dulu pintunya."

Setelah terbuka pintu kamar Jeno, aku langsung membaringkan tubuhnya ke kasur empuknya.

Dan ku tarik selimut bergambar kucing itu dengan menyelimuti Jeno.

Taeyong pun sudah masuk ke dalam kamar Jeno. Yang aku lihat, beliau sekarang berada di kusri roda.

"Nak Jaem, kamu apa kabarnya?" tanyanya.

"Baik bubu, Buna juga sering titip salam jika tahu aku kemari!"

"Baik juga, soal Jeno. Apakah kau yang sering memperhatikannya?"

"Iya Bu, sering aku perhatikan jika ia tak menyadarinya."

--oo0O0oo--

To be continued...

My Rainbow | JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang