~★08★~

354 20 18
                                        

🌧️My Rainbow🌈



...

Jaemin keluar sebentar dari rumah kecil nan sempit itu. Namun, tak sengaja melihat Sungchan yang sedang duduk santai di kursi kayu tua milik kesayangan sang ayah dekat tanaman-tanaman milik ibunda tercinta, ia sedang memejamkan matanya tapi ia sengaja saat Jaemin keluar dari dalam rumah.


"Kak Jaem!" Panggilnya yang masih memejamkan mata.

Jaemin mengerutkan keningnya bingung, dipanggil oleh pemuda lebih darinya. "Kau tahu namaku dari mana?" Bingung.

"Kurasa kau melupakan seseorang ya Hyung!" Dengan membuka matanya lalu menatap Jaemin.

Jaemin masih bingung dengan adik Jeno bernama Sungchan ini.

"Kau benar-benar melupakan ku Hyung!! Astagaaa, Hyung ini akuu! Chanchan, yang seringkali Hyung panggil aku Sinchan, huhuu!!" Jelasnya dengan dibuat dramatis.

Sejenak Jaemin mengingat satu hal yang terlupakan. "Ooh. jangan bilang ibumu Lee Taeyong!" Dibalas anggukan dari Sungchan.

"Kau benar si Sinchan kecil yang suka memalaki ku kan?" Ujarnya lagi dengan anggukan antusias dari Sungchan.

Sudah diduga, Jaemin sedari tadi melirik Sungchan karena seperti pernah bertemu atau orang yang ia kenal waktu lampau. Mungkin, karena asing dengan wajahnya belum lagi melihat Beomgyu sangat mirip dengan ibunya.

"Kau kemana saja Hyung? aku mencarimu karena kak Jeno menanyakan pemuda yang waktu itu memberikan payungnya sukarela, itu dirimu kan Hyung?" Tanyanya tiba-tiba.

Seketika Jaemin bernostalgia dengan masa lalunya sebelum pertemuan ini.

___________________
« Flashback on »

Seorang anak laki-laki sekitar berusia 6 tahun, ia sedang asiknya bermain dengan layangan di lapangan berumput dekat pemukiman warga.

Ia sedang beradu dengan layangan milik anak lain, namun ia kalah dan layangannya sudah di ambil oleh anak tersebut. Lalu setelah itu anak laki-laki tersebut berlari ke arah pemuda yang sedang berbaring di atas rerumputan itu.

"Kak! Kak Jaem!" Pekiknya memanggil pemuda tersebut.

Pemuda itu langsung bangun dari acara rebahan santainya.

"Ada apa?" Ucapnya yang setengah memejamkan matanya.

"Aku kalah lagi Hyung! Aku tak mau main layangan lagi!!" Kesalnya karena sudah kalah lima kali dan selalu saja layangannya diambil oleh anak lain atau tersangkut di atas pohon.

"Hmm.. bagaimana jika kita memainkan permainan lain, di rumah aku ada bola kau mau main?" Ujarnya dengan menawarkan permainan lain agak anak itu tak kesal.

"Waaahh!! Mauu kak, let's gooo!!" Dengan menarik tangan yang lebih tua.


***


"Chan!" Panggilnya.

"Iya Hyung, kenapa?" Bertanya sembari memakan es krimnya.

"Jika Hyung tidak lagi bisa bermain denganmu, kau harus bisa mandiri dan tak boleh memalaki yang lebih tua kau tahu!" Ujarnya dengan menatap ke depan.

"Iyaaa Hyung!!" Jawabnya lantang.

Jaemin terkekeh kecil melihat Sungchan yang sangat menurut baginya lalu ia mengusap lembut rambut yang lebih muda.

"Memangnya Hyung mau kemana? Kenapa berbicara seperti itu?" Tanya tiba-tiba dengan menoleh penuh ke Jaemin.

"Kau akan tahu jika kau belajar dengan rajin! Ayook, kita pulang hari sudah gelap." Ajaknya dengan sudah berdiri.

***

Hari Sabtu pagi begitu dipenuhi oleh awan hitam dan sepertinya akan segera turun air dari awan-awan hitam itu.

Pemuda manis yang sedang sibuk kesana-kemari mencari bahan makanan, setelah semua sudah selesai ia pergi ke kasir untuk membayar semua belanjaannya itu.

Sementara pemuda Agustus itu masih berjalan-jalan mengelilingi rak-rak berisi cemilan dan minuman dingin. Tak lama ia hanya mengambil lima bungkus ramen, cemilan dan minuman dingin lalu menuju ke kasir.

Lalu ia menoleh ke luar, ternyata hujan sudah turun.

Namun, atensinya melihat seorang pemuda manis yang sedang berdiri di depan sana menatap hujan turun.

Selesai transaksi ia pun keluar dari toserba lalu mengeluarkan payung lipat dari saku Hoodienya dan membuka payungnya untuk ia pakai, mungkin.

Pemuda yang malang itu harus menunggu hujan reda karena lupa membawa payung, ia hanya bisa menunggu sampai hujan reda baru ia bisa pulang.

Namun, tak lama diatas kepalanya menjadi sepeti gelap lalu ia menoleh ke atas dan menoleh pula ke belakang.

Terkejut? Tentu saja, ia kira pemuda itu akan segera pergi dengan payung abu-abu itu. tetapi tidak, ia memberikan payungnya pada pemuda manis.

"Pakailah payungnya, sepertinya kau ingin cepat-cepat pulang. Saya tak apa, saya tak masalah basah-basahan oleh air hujan, aku menyukai hujan. Sebelum pelangi muncul." Tidak lupa dengan senyuman simpulnya.

Pemuda manis- Lee Jeno. Ia hanya bisa terdiam mendengar ucapan dari pemuda itu dan berlalu pergi menerobos hujan yang deras itu, ia hanya bisa melangkah pergi sembari bergumam ke arah pemuda itu.

"Terimakasih! Aku harap, aku bisa mengembalikan payungmu jika kita bertemu lagi." Lalu pergi ke arah yang berbeda dengan Jaemin.

***

Namun, setelah 2 bulan Jaemin tak pernah pergi ke lapangan berumput itu dan Sungchan juga menjadi lebih pendiam semenjak tak melihat Hyung kesayangan itu.

Sang ibu dan kakaknya sedikit terheran perubahan sikap Sungchan selama 2 bulan terakhir ini, tak biasa Sungchan menjadi lebih pendiam yang sebelumnya selalu bersemangat bermain di lapangan berumput atau jika Jaemin yang mengantarnya pulang bersama karena sekolah Jaemin dengan taman kanak-kanak hanya beberapa menit jika berjalan kesana.

Jeno? Ia bersekolah di sekolah yang cukup jauh dari rumah karena Taeyon dan BoA yang memasukkan Jeno ke sekolah tersebut meski beribu-ribu penolakan dari Taeyong- atau Jeno sendiri tak ditanggapi oleh kedua bibinya itu.

Sebelum sang ayah Jeno dan Sungchan pergi dari dunia, mereka hidup dengan kesederhanaan meski sang suami memiliki harta yang melimpah dan ia juga diangkat menjadi manager utama.

Mereka pindah ke kota untuk menemani sang ayah bekerja di sana namun, Jaemin sudah pulang dari Amerika karena ia harus ikut kemanapun orangtuanya pergi dan ia kembali ke tempat dimana ia tumbuh. Namun saat ingin berkunjung kediaman keluarga Lee ternyata mereka sudah pindah ke Seoul.

« Flashback off »
___________________

Jaemin dan Sungchan sudah tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing. Tak sadar pemuda manis melihat kedekatan mereka di teras rumah, ia belum melihat Sungchan yang lebih banyak berbicara meski sang adik tengahnya itu sedikit cerewet jika tak mau mengalah dengan adik kecilnya.

Lalu ia kembali masuk dan mengurungkan niatnya untuk mengajak Sungchan masuk kedalam karena dikira anak itu akan menyendiri di luar dengan angin malam yang dingin.

--oo0O0oo--

To be continued...

My Rainbow | JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang