~★30★~

98 4 0
                                    

_hanya.penumpang©_


...

"Dengan segenap hati gua, gua bakal ungkapin rasa suka gua ke satu orang yang gua sayang yaitu...

Lee Jeno!"

Deg

Seseorang itu yang gugup dengan menahan senyum, namun seketika berubah datar dan dingin setelah mendengar ucapan Jaemin yang bergema di telinganya itu hingga terus berputar-putar ucapan Jaemin di telinga dan pikirannya.

***

Ia langsung meremat telapak tangannya dengan kuat mendengar ucapan itu terlontarkan begitu saja dari mulut orang yang ia suka.

Ia pun memutuskan pergi dari sana sebelum mendengar kelanjutan ucapan Jaemin yang confes pada Jeno.

Sementara Jeno membeku di tempat mendengar namanya di panggil oleh Jaemin dari mic yang ia pegang, lalu sorak riuh berubah menjadi sorakan untuk membalas jawaban Jaemin.


"Jen, ngomong Jen!" Pekik Chenle.

"Le.. gua udah ga tahan lagi nih." Ia pun pergi meninggalkan aula kampus yang penuh dengan para mahasiswa.

"Yaah! Sayang sekali permiza, pentolan kampus kita ditolak secara halus. Si doi pergi begitu saja tanpa membalas perasaan pentolan kampus yang kalian banggakan." Ucap Lucas dengan tiba-tiba berbicara.

Boomin yang prihatin dengan Jaemin hanya bisa menepuk pundak pemuda itu. "Udah, lain kali dicoba lagi. Siapa tahu berhasil, mungkin Jeno malu buat balas perasaan lo Jaem. Semangat bro!" Dengan langsung mereka membubarkan diri dari stage.

Jaemin yang melihat Jeno pergi langsung saja ia menyusulnya tanpa ragu.

Saat melewati lorong pemuda itu tersenyum melihat Jaemin yang akan lewat dan ia akan mencegatnya.

Tanpa diduga lengannya ditarik dari belakang dan mencegat Jaemin pun gagal, ia berdecak kesal.

"Lepaskan tanganmu dari lenganku." Ucap Renjun kesal.

"Mau sampai kapan kamu mengejar orang lain sehingga orang di dekatmu kamu abaikan kehadiran. Sudahi apa yang kamu lakukan sekarang sebelum terlambat." Ujarnya dengan pergi begitu saja.

Renjun mematung mendengar ucapan dari Mark, keningnya berkerut berpikir keras apa yang dimaksud Mark tadi. "Maksudnya apa?" Gumamnya.

"Ah, terserahlah. Aku harus bisa membuat Jaemin menoleh padaku dan tersenyum kepadaku juga." Monolognya dengan pergi dari sana.

Sementara itu, Jaemin yang mengejar Jeno pun sampai ditempat sang pujaan berada.

Jeno tak tahu kalau dirinya sedang dikejar oleh Jaemin namun karena ia tidak tahu hal itu, ia terus saja berjalan menjauhi aula kampus dengan acara yang telah selesai.

Ia terengah-engah mengejar Jeno dan ia melihat salah satu temannya yang tengah berjalan sembari memegang botol minuman dingin ditangannya tersebut.

Jaemin tersenyum dengan menghampiri temannya itu.

"Min, minumannya buat gua aja ya. Tapi dua-duanya, nih gua ganti buat lo beli lagi." Ucap Jaemin pada Boomin yang melongo.

Boomin, pemuda berambut Dark Brown itu hanya mengedipkan mata merasa heran. "Belom juga ngomong, udah dibanjut aja bocah! Dahlah, lumayan diganti sama uang biru. Hehehe." Monolognya dengan pergi dari sana sembari menatap uang yang diberikan oleh Jaemin.

Jaemin pun menghampiri Jeno yang tengah duduk sendirian di atas rumput bukan di bangku taman.

Ia pun duduk dan menyodorkan minuman dingin itu pada Jeno, namun Jeno hanya menatap minuman yang disodori oleh Jaemin.

Kening Jaemin berkerut bingung. "Ada apa? Ambillah, ini untukmu." Ujar Jaemin dengan menatap intens pada Jeno.

Jeno menoleh sebentar pada Jaemin lalu berpaling lagi dan tangannya meraih minuman dingin yang dipegang oleh Jaemin.

"Terimakasih." Balasnya singkat.

Jaemin bernafas lega dan melempar senyumannya pada Jeno.

"Berhenti menatapku dan tersenyum aneh seperti itu, sebelumku mengusirmu dari sini." Ancam Jeno dengan sembari meminum botol minuman dingin perasa stroberi.

"Baiklah-baiklah. Tapi.. kenapa tadi kamu tidak menjawab soal perasaanku dan pergi begitu saja." Ucapnya dengan sesekali menoleh pada Jeno sembari bertanya perihal ia mengungkapkan perasaannya pada Jeno.

"Apa kamu itu tidak sempat berpikir akan mengatakan hal itu di sana?" Jeno bertanya balik pada Jaemin.

"Berpikir soal apa? Aku sudah benar dan sungguh-sungguh untuk mengatakan itu padamu Jen, lalu jawabanmu apa Jen? Aku butuh jawabanmu itu." Ucapnya bertanya kembali.

"Hufft.. aku duluan." Ujarnya pergi dari sana meninggalkan Jaemin yang masih disana menatap punggung Jeno.

"Mungkin seharusnya mendekatinya secara perlahan dan pasti." Monolognya dengan mengepalkan tangan semangat untuk dirinya.

Ia pun pergi dari taman kampus dan kembali ke teman-temannya berada sekarang.

"Cinta adalah perihal yang rumit untuk menaklukkan hati seseorang atau mengungkapkan rasa cinta kita kepada seseorang, tapi bagaimana jika perihal cinta itu membuat kita buta dan tuli seakan yang mencintaimu dan menyukaimu itu hanyalah dia. Tengoklah sedikit pada sekitarmu, mungkin saja cinta yang sesungguhnya itu telah lama menunggu namun dia masih saja sibuk dengan dunia indah buatannya sendiri di dalam pikirannya." Pemuda manis itu memutar badannya menghadap belakang.

"Oh, hai. Aku Haechan, anak sastra. Kebetulan aku hanya lewat saja tadi, maaf mengganggumu." Sapanya dengan mengenalkan dirinya pada pemuda manis tersebut.

"Oh, tak apa." Balasnya singkat.

"Eh, Btw, kamu tahu cowo yang namanya Mark Lee? Aku sedang mencarinya." Ucapnya dengan bertanya sembari tersenyum cerah pada Renjun.

"Oh, Mark. Tadi aku hanya bertemu sebentar, sepertinya dia-"

"Oy, Chan!" Terpotong dengan suara panggilan dari belakang mereka.

Keduanya pun menoleh pada sumber suara yang menggelegar barusan, lalu pemuda itu menghampiri dua pemuda manis tersebut. "Ya ampun Chan, aku sudah mengirim pesan padamu apa kamu tidak lihat ponselmu itu." Ujarnya menatap kesal pada Haechan.

Renjun yang melihat pemandangan seperti ini di depannya merasa tak biasa, entah kenapa hatinya gelisah melihat tatapan Mark pada Haechan begitu intens.

Lalu Mark pun menoleh pada Renjun dan tersenyum. "Hai njun, oh ya, kamu tadi dicariin sama Felix tuh di aula. Ayok Chan." Ucapnya lalu menarik tangan Haechan untuk langsung pergi.

Renjun tertegun melihat senyuman Mark yang seperti tidak biasanya. "Eh- aku duluan ya!" Pamit Haechan pada Renjun yang sudah ditarik-tarik oleh Mark.

Renjun yang melihat keduanya pergi menjauh dan tetap berinteraksi satu sama lain, entah kenapa hati kecilnya diremas oleh tangan yang tak kasat mata.

"Gua kenapa sih? Dari tadi dada gua sesak mulu." Gumamnya dengan masih menatap punggung Mark yang sudah menjauh.

--oo0O0oo--

To be continued...

My Rainbow | JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang