_hanya.penumpang©_
...
POV Jaemin
Setelah mandi dan sebagainya, aku memutuskan bersantai di balkon kamarku dengan ditemani minuman bersoda, sesekali ku teguk sambil melihat langit malam yang begitu terang dengan bintang yang mengintip dibalik awan.
Namun, pikiran ku dipenuh oleh pemuda manis itu. Ah, kenapa dirinya selalu terbayang-bayang dibenak ku, tak bisa dipungkiri jika aku terpesona dengan pertama kali melihat Jeno dari jarak dekat.
Oh iya, ngomong-ngomong soal itu. Bukankah aku mengambil gambarnya saat dikelas dan taman belakang kampus. ku buka benda pipih yang sering kali mulut ini tersungging karena melihat wajah si manis tertera di depan layar yang menjadi kan wallpaper di handphone ku.
Meski kesannya sedikit seperti penguntit atau seperti seseorang yang menyukai orang lain dalam diam dengan obsesinya. Namun, aku bukan begitu, maksudnya hanya mengabadikan satu momen yang sangat manis ini.
Diriku disibukkan oleh beberapa materi yang harus aku pelajari lebih lanjut karena ketinggalan pelajaran.
Saat aku sedang fokus mencerna materi dari dosen Na alias Paman ku sendiri, aku dikejutkan oleh deringan handphone. Untung jantungku tak lepas dari tempatnya.
Ku lihat siapa yang menganggu konsentrasi belajar ku, ternyata tidak lain dan tidak bukan adalah teman dekat namun, tak begitu dekat semenjak aku ikut serta dengan keluarga pergi ke Amerika dan tak pernah last kontak dengannya.
Aku menutup buku dan mengangkat telepon dari seberang sana.
"..."
"Iya, dimana? Berapa jarak kau darinya?"
"..."
"Huft, pujaan hati katanya!. Baiklah aku akan ke sana, iyaa!"
Pipp..
Aku melirik buku-buku yang ku buka lalu aku rapikan kembali ke tempatnya. setelah semua sudah, aku bergegas mengambil jaket kulit dan kunci motor agar lebih cepat sampai disana.
Aku tinggal terpisah dengan keluarga ku. sengaja aku jauh dari mereka karena selalu berdebatkan hal yang sepele, membuat kepalaku pusing saja setiap hari mendengar suara meninggi di ruang tengah.
Untung diriku anak kedua dan kakak ku juga jarang pulang ke rumah, ku putuskan juga untuk jauh dari kedua orang tua ku agar mereka bisa leluasa melakukan lebih dari berdebat.
Tidak! Aku hanya bercanda. Agar mereka bisa berpikir jernih untuk mereka dan aku sebagai anak mereka dan benar efeknya berkerja, satu Minggu lalu aku dibanjiri ribuan pesan dari ibu dan juga ayah meski sesekali.
Aku pulang ke rumah hanya ingin melihat kedua orang tua ku yang lumayan sedikit ada perubahan pada mereka. Sepertinya jika aku atau kakak juga akan melakukan ini jika mereka kambuh lagi.
Sekarang hanya tinggal belok dan.. sampai ditujuan.
Dengan memarkir motor kesayangan ku lalu turun dengan merapikan rambut yang semula rapi menjadi berantakan karena aku pakai helm. Selesai dengan urusan rambut aku langsung pergi ke tempat dimana Eric menelpon ku tadi.
Setengah jalan, aku melihat badan Eric dari belakang dan aku percepat jalanku.
"Oy ric!" Sapaku setelah sampai.
"Oh, baru sampai tuan!" Ujarnya yang seperti mengejek.
"ck! terus Jeno dimana sekarang?!" Bertanya dengan melihat sekeliling.
"Disana! dia sedang bersama Sunwoo. sepertinya kau disini saja dulu, Sunwoo sedang mencoba menenangkan Jeno yang histeris, entah masalah apa yang pasti kau harus memberinya ruang dulu" timpalnya yang setia menatap ke punggung Sunwoo.
Aku hanya diam saja jika manusia disebelah ku ini ternyata bucin.
Tak mau lepas pandangannya dari Sunwoo, sampai aku juga ikut menatap punggung Jeno yang bergetar, apa ia menangis dalam diam. aku tak tega melihatnya menangis seperti itu.
Aku mulai berjalan menghampiri mereka dan tidak memperdulikan Eric yang memanggil diriku. Aku hanya ingin mencoba menenangkannya, apa masalahnya?
Setelah tiba di belakang bangku yang mereka duduki, aku mendengar suara Sunwoo yang lirih memcoba menguat Jeno.
Memangnya apa yang sedang Jeno hadapi selama ini? Kenapa tiba-tiba aku ingin tahu kebenaran dari Jeno, sepertinya ia menanggung beban yang sangat berat.
Ku tepuk pelan pundak Sunwoo dan ia menoleh ke arah ku. aku memberikan sinyal padanya untuk melepaskan pelukannya pada Jeno dan aku yang akan menggantikan Sunwoo.
Sunwoo melepaskan rangkulannya dan membisikan sesuatu, entahlah aku juga tak mendengar ia bicara apa pada Jeno.
Dan, Sunwoo sudah benar-benar menjauhkan dirinya dari bangku sebelah Jeno. Saat ingin duduk disamping Jeno, aku ditepuk oleh Sunwoo dan ia membisikan sesuatu padaku.
"Jaga Jeno untukku Jaem, aku tahu kamu suka dengan Jeno. kau akan bertanya bukan dari mana aku tahu, aku hanya melihatmu memandangi Jeno dengan pandangan yang berbeda. Aku tahu orang yang jatuh cinta dan sedang suka dengan seseorang hanya melihat dari matanya saja, dan juga kau tulus kan menyayanginya. Aku tahu itu, Semoga berhasil!" Jelasnya, aku sedikit tertegun atas ucapannya barusan.
Setelah Sunwoo berlalu dan menghampiri Eric.
Aku juga langsung duduk didekat Jeno yang masih menunduk, meski ia menunduk pun aku bisa melihat air matanya jatuh ke pangkuannya.
Lalu aku peluk tubuhnya dari samping. Namun tangisnya bertambah, aku sedikit mulai panik namun aku mencoba mengusap lembut punggung Jeno dan aku bawa ia kedalam dekapanku.
Kurasa ia akan mendengar jantungku yang sedang bermaraton, karena wajah Jeno tepat di dada bidangku. Lalu mencoba membisikan kata-kata pemenang untuknya.
"hey baby, everything will be fine, ok!" ucapku tepat di telinganya.
Badan Jeno bergetar lagi, membuat hati ku juga ikut bergetar merasakan kesedihan yang mendalam.
"Jen, aku bisa jadi pohonmu. Jadi tempat sandaran dan ceritamu akan ku tampung dalam pohon itu sampai dari daun dan akar akan penuh dengan cerita-cerita keluh kesah mu. Tak usah khawatir, aku pohonmu yang bisa menjaga rahasiamu. Maka kau harus berbagi keluh kesahmu pada pohonmu ini, ok!" Lalu ku usap rambut Jeno yang lepek, sepertinya baru selesai bekerja dia.
Aku akan berusaha untuk menjadi seseorang yang jeno inginkan.
aku sungguh-sungguh akan tekad ku yang satu ini. Mulai besok aku akan mencari uang dengan hasil keringat ku sendiri, tak lagi uang dari ayah maupun ibu setiap bulan mengirimkan pada rekeningku.
--oo0O0oo--
To be continued...
![](https://img.wattpad.com/cover/307615811-288-k732757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rainbow | Jaemjen
Fiksi Penggemar[Completed] "karena aku hujannya, kamu mau tidak menjadi pelangi setelah aku turun?" -Njm Hanya menceritakan tentang seorang pemuda pengagum hujan dan pemuda manis dengan segala kesederhanaannya. Yang ingin membaca Bonchap My Rainbow, bisa dicek lin...