_hanya.penumpang©_
...
"Hanya ingin berkunjung saja gyuie, yang lain kemana? Kenapa rumah terasa sepi?" Berbalik bertanya.
-----__________-----
"Buna dan bibi BoA sedang di belakang kak Jaem, kalau bibi Taeyeon, dia sedang pergi ke toko dan sekalian belanja bulanan. Seperti itu dia bilang pada gyuie!" Ujarnya dengan jujur.
"Baiklah, gyuie" dengan terkekeh, ia mengusap pipi Beomgyu karena gemas.
"Kak Jaem, masuk dulu sini! Aku akan ambilkan minum untuk kak Jaem, sebentar ya kak!" Bergegas lari ke dapur.
"Lalu, kakak-kakak mu mana gyuie?" Tanya lagi sembari menghampiri Beomgyu di dapur.
"Mereka pergi kata Buna kak, katanya lagi ada urusan jadinya pergi pagi-pagi sekali" ucapnya yang sedang menuangkan jus dan mengeluarkan cemilan untuk Jaemin.
"Oh, ngomong-ngomong gyuie mau tidak ikut kak Jaem jalan-jalan?" ajaknya dengan tersenyum simpul.
Beomgyu menoleh ke Jaemin dan menghampiri Jaemin yang bersandar di dinding dapur lalu wajahnya berubah senang mendengar ajakan jalan-jalan dari orang lain, meski begitu Beomgyu sangat senang diajak keluar lagi.
"Serius kak!"
"Serius lah gyuie, kapan sih kak Jaem bohong sama gyuie, hehehe!" Sembari
"Horeeee!! Jalan-jalan hooreeee!!" Dengan loncat-loncat kecil kegirangan.
"Ya sudah sana, ganti bajumu gyuie. Lalu kau minta ijin dulu ke Buna dan bibimu, oke!" Ujarnya dengan mencubit pipi chubby Beomgyu. Dan dibalas anggukan kecil dengan berlari kecil ke kamarnya.
Jaemin terkekeh melihat tingkah kegemasaan Beomgyu di pagi hari.
***
Sementara itu.
Jeno dan Sungchan sudah sampai tujuan mereka.
Yaitu tempat pemakaman umum, pantas saja Jeno menyuruh Sungchan berpakaian rapi dan tak berlebihan.
Sebelum ke makam, Jeno sudah membeli sepuket bunga mawar putih dan Sungchan juga memegang bunga hanya beberapa tangkai.
Sengaja Sungchan membeli bunga tanpa di bungkus dengan buket, wajahnya pun langsung berubah terdiam semenjak ia dan Jeno sudah di tiba di sana.
Sungchan ingat betul, kenangannya dengan almarhum ayahnya itu hanya sedikit tak banyak. Meski begitu ia bersyukur mengenal sosok ayah yang hebat dan baik, terbilang terbalik dengan Beomgyu yang hanya baru mengenal wajah ayahnya.
Cukup membuat air mata Sungchan runtuh dengan mengingat itu, ia memang anak laki-laki ayah yang hebat dan pintar.
Jeno yang di depan Sungchan hanya bisa terdiam mendengar deru nafas Sungchan dan isak tangis Sungchan yang begitu lirih.
Memang adik keduanya memang hebat dan pintar jika menyembunyikan kesedihannya di depan semua orang termasuk Jeno.
Sejenak Jeno diam lalu menoleh ke Sungchan yang sudah menunduk dengan berjalan dengan pelan, seketika Jeno menarik lengan Sungchan dengan membawa kedekapannya.
"Aku tahu apa yang sedang kau tangisi Sungchan! Sudah ya, sekarang ayah sedang menunggu kita di makamnya" ujarnya lembut dengan menarik lengan Sungchan pelan.
Mereka berdua berjalan dengan hening, meski tempat pemakaman tak begitu sepi ada beberapa yang berziarah ke makam sanak saudaranya, termasuk Jeno dan Sungchan.
Setapak jalan sudah terlihat makam sang ayah yang sedang beristirahat tenang di bawah tanah sana. Jeno pun mengambil langkah besar-besar dan sampai di depan makam ayahnya lalu disusul oleh Sungchan.
"Sungchan, kau ngapain di belakangku. Sini sapa ayah dulu" tegur Jeno dengan menarik tangan Sungchan.
"Halo ayah, lama tak jumpa. Terakhir kali aku kemarin kan sendiri, sekarang aku bawa seseorang yang pasti ayah kenal" ujarnya dengan tersenyum menatap makam ayahnya.
Sungchan menoleh ke Jeno dengan tatapan sendunya. "Kak, aku engga bisa" sendunya tak berani menatap makam sang ayah.
"Ayolah, Sungchan. Berikan sapaan hangat pada ayah, apa kau tak ingin menyapa ayah, kemarin beliau mencari dirimu, Beomgyu dan bubu. Tapi aku bawa dirimu saja, ayo sapa!" Pintanya.
Dengan mengambil nafas, Sungchan memejamkan matanya untuk tak menangis lagi. "Hai ayah, ini Sungchan, anak ayah yang paling hebat dan pintar. Maaf ya ayah baru kali ini uchan mengunjungi ayah, ayah pasti marah kan sama uchan. Maafin uchan ya yah!" Dengan kepala menunduk karena tak kuasa menahan air matanya.
Jeno yang dibelakang memberikan kekuatan untuk adiknya. Bukan hanya Jeno saja yang merasakan kehilangan sosok ayah, Sungchan juga merasakan kehilangan begitu juga Beomgyu dan Taeyong yang sudah menangis histeris di pemakaman.
Saat itu Jeno dan Sungchan begitu banyak diam di pemakaman dengan sekali air mata mengalir deras di pipi mereka, begitu juga Taeyong yang menangis tak henti memanggil nama suaminya.
Untungnya Beomgyu masih berusia 7-8 tahun saat itu belum tahu apa-apa hanya bisa memerhatikan orang-orang yang mengangkat peti yang ada ayahnya berbaring di dalamnya, sempat Beomgyu mengoceh tak jelas pada orang-orang yang membawa pergi peti mati yang berisi ayahnya.
Jeno yang mengingat kembali masa-masa kelam itu hanya bisa menghela nafas berat.
Meski berat memberitahu keberadaan sang ayah yang seringkali Beomgyu lontarkan pada Jeno, Sungchan ataupun Taeyong.
--oo0O0oo--
To be continued...
![](https://img.wattpad.com/cover/307615811-288-k732757.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rainbow | Jaemjen
Fanfic[Completed] "karena aku hujannya, kamu mau tidak menjadi pelangi setelah aku turun?" -Njm Hanya menceritakan tentang seorang pemuda pengagum hujan dan pemuda manis dengan segala kesederhanaannya. Yang ingin membaca Bonchap My Rainbow, bisa dicek lin...