~★10★~

226 17 2
                                    

_hanya.penumpang©_

🌧️My Rainbow🌈


...

Hari ini hujan turun membasahi bumi, sedari pagi buta hujan masih awet menurunkan airnya dari awan hitam di atas sana, apa ia tak bosan menurunkan air sebanyak itu ke bumi dan sementara itu ada satu manusia mengeluh pada hujan yang tak berhenti reda.

Jeno hanya menghela napas panjang melihat rintikan air hujan di atas langit yang masih mendung, karena ia tak mau telat berangkat ke kampus, ia memutuskan memakai payung yang ia simpan dari beberapa tahun lalu.

Ya, karena ia tak tahu siapa pemuda yang memberikan payung lipat warna abu-abu yang ia pegang sekarang.

"Sudah tiga tahun lamanya, kenapa tak bisa mencari atau menemukanmu di ribuan manusia. Jika saja saat itu ia tak memakai masker dan tudung Hoodienya, maka aku akan cepat mengenali wajahnya, ya. Siapa tahu ia berada disekitar ku" dengan membuka payung itu dan tersenyum simpul melihat rintikan hujan.

"Aku ingat betul, ia mengatakan bahwa ia menyukai hujan. Kali-kali aku akan merasakan air hujan membasahi tubuhku, sudah lama juga tak main air hujan sebelum kena marah oleh buna" terlintas sosok sang bunda yang tengah berbaring di bangsal rumah sakit, tak lama Jeno tersenyum kecut.

Jeno langsung melangkahkan kakinya menuju halte bus yang ia naiki, hanya memakan waktu sekitar 3-4 menitan sampai halte bus.

Ya, maklum rumahnya memang sangat jauh dari jalan besar dan juga lingkungan sekitarnya sangat tak mendukung.

Sampai di halte bus Jeno duduk di bangku halte yang sedikit basah karena terkena cipratan air hujan, namun tak lama bus- bukan, sebuah mobil berhenti di depan halte bus.

Sang pemilik turun dari mobil dan berjalan ke arah Jeno yang sedang asik menunduk membaca buku bacaannya. novel!

"Jen!"

Tiba-tiba ada suara yang memanggil dirinya, lalu ia mendongak, menatap seseorang itu yang ternyata sudah di depan mata.

"Ayoo!"

Jeno mengangkat alisnya, bingung. Tiba-tiba ia bicara seperti itu.

"Ayoo, Lee Jeno! Kita berangkat mau sampai kapan kau melihat ku seperti itu, tampan kan aku!" Ucapnya narsis, sampai Jeno menutup mulutnya. Ingin muntah saja!

Karena Jeno diam saja, lantas pemuda Na itu mengandeng tangannya lalu menyeretnya masuk ke mobil. Jaemin tak peduli amukan dari Jeno nanti, ia pun berlari kecil menuju bangku pengemudi.

"Hey!! Seenaknya lo narik-narik tangan gua, dikira tangan gua tali tambang yang buat agustusan! Gua mau berangkat naik bus, bukan bareng lo Na nyebelin Jaemin!! gua mau turun." lalu ia bergegas turun dari mobil Jaemin.

Tak!

"Kaga bisa, lo udah masuk ke mobil gua, berarti lo kaga bisa lagi turun dari mobil. Ngerti kan! Jadi lo diem, duduk manis, udah kelar. Nyampe sampe di kampus dengan selamat, gitu aja repot" ujarnya dengan menjauh dari halte bus.

Tck!

'dikira gua seneng apa, kaga yee! Kok nih orang datang-datang bikin gua kesel aje, semoga aja, bakal kaga ketemu terus sama nih manusia nyebelin!'

Dengan bergumam dan mengumpat yang Jeno keluarkan di dalam hati untuk Jaemin yang sedang fokus membawa mobilnya, namun sesekali ia melirik ke sampingnya dengan senyum khas Na Jaemin.

Keheningan yang tercipta dalam mobil beberapa menit, tak lama dipecahkan oleh Jaemin yang melemparkan beberapa pertanyaan kepada Jeno. Pikirnya, agar suasana di mobil tidak awkward.

Namun nyatanya, Jeno hanya menanggapi dengan ketus. Memang sepertinya manusia imut disebelah Jaemin ini memang benar-benar kesal dengannya.

Oke, Jaemin pusing cari topik pembicaraan dan juga bagaimana caranya membujuk si manis ini kembali tersenyum. Tak mungkin juga ia menanyakan pada Sungchan, kalau dia saja tak memegang handphone.

Beberapa menit setelah itu, sampai juga di halaman kampus dan saat itu juga pintu mobil Jaemin sudah tak dikunci.

Jeno menggunakan kesempatan ini untuk kabur dari Jaemin, ia melepaskan seatbelt dan membuka pintu mobil, tak butuh lama lagi ia lari sekencang-kencangnya meninggalkan Jaemin sendiri di dalam mobil dengan wajah bingungnya menatap Jeno turun dengan berlari kencang.


***



Dan juga ia berlari di koridor kampus sampai kelas. Untungnya waktu masuk masih sisa beberapa menit lagi, dan salah satu teman yang dekat dengan Jeno menatap heran ke arahnya.


"Jen! Lo kenapa? Lari-larian, abis dikejar setan mana?" Tanyanya dengan menghadap ke Jeno.

"Hah.. hahhh... Cerita... Nyaaa.. panjang, minta air dong.. hauus nih!" Dengan meletakan tasnya di samping bangku.

"Nih. Makanya jangan suka ngelamun di pohon jambu, di ganggu kan sama penunggunya. Ahahahaha!!" Ketawanya renyah.

"Iya, tapi bikin gua kesel plus nyebelin" dengan menatap ke arah pemuda yang berjalan ke arahnya- tepatnya bangkunya yang disebelah Jeno.

"Aya kitu jurik yang nyebelin sampe bikin manusia kesel kea lo?" Pikirnya random.

"Udah lah sun, kaga penting ngbahas setan kea gitu" ucapnya dengan melirik ke samping.

"Owwh, okey. Eeh- tapi Jen. Masa si jurik ngajakin gua makan kemaren, mana tengah malem. Terus juga dia ngomong random sama gua Jen!" Ujarnya antusias. Biasalah ngerumpi dulu sebelum ada dosen.


Dan obrolan itu masih berlanjut karena Jeno juga anaknya penasaran dengan cerita dari teman sekelasnya- Kim Sunwoo. mereka melanjutkan mengobrol di via messenger dengan mengabaikan ceramahan dari dosen Jung.


***


Sampai di jam istirahat, mereka berkumpul di tempat biasa dan kali ini Sunwoo bergabung karena tak ada kelas tambahan seperti biasa.

Kim Sunwoo sudah cukup dekat dengan Jeno apalagi dengan yang lain, namun sunwoo sudah tahu keluarga Jeno tanpa Jeno tahu. Karena rumah yang mereka tinggalkan adalah rumah sewaan milik mendiang bibinya dari ibunya, dan ia tahu keluarga Jeno karena sempat bertemu dengan sang ibu Jeno- Taeyong.

Saat itu Jeno tak ada dirumah karena kerja dan dari itulah Sunwoo memutuskan untuk berteman dengan Jeno, bukan untuk mengasihi Jeno tapi ia malu dengan Jeno yang sudah bisa menjadi tulang punggung keluarga kecilnya.

Ia juga anak dari singel parent karena kedua orangtuanya cerai, cukup sedih menjadi anak broken home dan menjadi bergantung pada sang ibu yang sekaligus menjadi seorang ayah secara bersamaan.

'jeno itu, bagaikan malaikat tak bersayap. Ia mampu berjuang sendirian dengan masalah yang ia tanggung sendiri. Ia sudah kehilangan sosok sang pahlawan hidupnya dan orang terpercayanya, pamannya yang ia sayangi namun membodohi dirinya. Belum lagi ia harus mendengar penyakit yang membuat usia ibunya berkurang.

Tak tahu pasti, namun ia juga pasti di tindas oleh orang-orang yang sok kuasa itu di gang dekat rumahnya. Makian dari si pria tua gemuk yang tak tahu diri pemilik cafe Jeno kerja. Sungguh Jen, ingin sekali ku peluk dirimu saat kau terluka. Aku akan menjadi teman yang selalu ada disaat kau susah Jen! Kau tak sendirian di dunia ini jen' -Sunwoo

--oo0O0oo--

To be continued...

My Rainbow | JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang