35. Lacuna

1.9K 341 114
                                    

Donghyuck mengerjapkan matanya.

Ia memejamkan kembali matanya beberapa detik, kemudian membukanya lagi namun pandangannya tetaplah sama. Buram, blur, seolah ia benar-benar sedang berada di bawah air. Ia tak mengerti apa yg telah terjadi. Apakah ia telah kehilangan pandangannya setelah ia diserang coyote?

Namun, Donghyuck sendiri tak yakin ketika ia diserang ratusan coyote, hal itu hanyalah mimpi dan imajinasinya saja atau bukan. Jika bukan imajinasinya, namun Donghyuck tak merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia hanya merasa tubuhnya lembek, kakinya seperti jeli dan ia tak bisa merasakan ujung jari-jarinya.

Tetapi jika hal itu benar adanya, maka apa yg terjadi pada Jeno dan Jisung? Dimana mereka? Apakah Luhan membawa mereka? Donghyuck benar-benar pusing memikirkan hal ini.

Entah sudah berapa lama ia terbaring dalam posisi yg sama. Tertelungkup, dan kepalanya menyandar pada matras lembut dibawahnya. Ia bisa merasakan getaran dari dorongan yg membawanya, yg dibawa ole seorang pria bernama Mingyu. Dibawa kemana pun ia tak memiliki petunjuk.

Ia beberapa kali mencoba menangkap dan mencerna percakapan yg terjadi antara pria bernama Mingyu dan seorang lelaki dengan suara bariton yg ramah; mencoba mencari petunjuk siapa mereka, atau dimana dia dan apa yg terjadi, apa saja. Namun nihil. Donghyuck tak mampu menangkap apa pun karena ia tak mengerti barang sedikit pun percakapan mereka karena sepenuhnya menggunakan bahasa Korea.

Donghyuck merasa mereka sengaja bercakap-cakap seperti itu seolah mereka tahu bahwa Donghyuck payah berbahasa Korea.

Donghyuck juga telah mencoba untuk bertanya. Membuka bibirnya, atau menggerakkan lidah dan semacamnya. Apa pun yg bisa membuatnya mengeluarkan suara selain kaingan lemah. Namun tetap tidak bisa, yg ia keluarkan hanyalah suara kaingan atau pun rintihan lemah seperti anak anjing yg kelaparan.

Wait.

Donghyuck mencoba mengeluarkan suara lagi namun sama, suara lirihan lemah terdengar. Exactly like puppy.

What the hell.

Donghyuck masih mencerna apa yg terjadi pada otaknya, ketika ia merasakan dorongan tersebut berhenti. Donghyuck mengitari pandangannya lagi namun tetap tak mampu melihat dengan jelas. Sangat kabur, dan ia hanya bisa mengenali beberapa siluet yg ia yakini sebagai siluet manusia. Ada beberapa siluet namun ia tak bisa melihat apakah pria atau wanita. Yg ia tahu, siluet itu berbentuk manusia. Semoga ia tak salah.

"Ini dia, safe and sound."

Donghyuck merasa telinganya bergerak mendengar suara Mingyu berbahasa Inggris. Akhirnya. Namun Donghyuck tak bisa melihat dia berbicara pada siapa. Kepada temannya yg bersuara bariton, atau kepada pria bersuara bass bernama Wonwoo. Atau orang lain lagi, ia tak tahu. Dan itu membuat frustasi.

"Aku berhutang budi kepada kalian semua."

Donghyuck ingin mengumpat karena balasan kalimat tersebut menggunakan bahasa Korea, namun ia membeku ketika mendengar suara itu.

Suara yg sangat, sangat familiar.

"Kau akan terus berhutang budi kepada kami terus-menerus. Kau tahu itu. Kau tidak akan selamanya bisa melepaskan nalurimu.."

Suara asing menimpali, dan kemudian decakan. Donghyuck tidak pernah mendengar suara ini sebelumnya, namun ia memutuskan untuk memerhatikan. Meskipun ia tak terlalu mengerti, ia menangkap satu dua kata yg ia tahu.

"Aku tahu, Jungkook-ah. Tapi aku harus." Suara familiar itu lagi, namun otak Donghyuck mendadak macet untuk mengingat siapa pemilik suara ini. Bukan hanya penglihatannya seolah berada dibawah air, otaknya pun seolah tenggelam dan tersumbat.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang