31. As A Whole -1

5.4K 878 348
                                    

"Bagaimana keadaannya? Apa ia sudah membaik?"

Kim Doyoung bertanya kepada dua orang di depannya; Hansol dan Jungwoo. Kedua Beta senior tersebut serentak menoleh dan tak ada jawaban pasti dari keduanya.

"Jaemin sudah tidak merasa kesakitan lagi. Namun bukan berarti ia akan sadar cepat atau lambat. Kita tidak tahu apa yg terjadi di alam bawah sadarnya, apa yg terjadi antara ia dan juga serigalanya," ujar Hansol. Ia meletakkan mangkuk berisi racikan obat-obatan yg di dapatkan oleh Jungwoo.

Doyoung menghela nafas. Ia khawatir, tentu saja. Ia berjalan ke dekat putra bungsunya dan mengusap poninya yg lembab karena keringat dingin yg terus mengalir. "Apa tidak ada cara untuk memanggilnya? Seperti... Apa yg sering ia lakukan bersama Jeno, telepati seperti itu," Doyoung menoleh kembali menatap Hansol dan Jungwoo.

Hansol dan Jungwoo saling melirik lalu menggeleng. "Kita tidak tahu bagaimana cara kita akan memanggilnya. Ada cara pun, aku ragu itu akan berhasil. Jaemin berada dalam kondisi ini karena terpisah dari pasangannya. Ia merasakan pasangannya di siksa dan ia tak mampu melakukan apa pun karena ikatan mereka membuat mereka merasakan hal yg sama. Kita sudah mencoba Jeno untuk memanggilnya, kan, kemarin? Namun tetap tak berhasil. Karena kurasa saat ini, kemungkinan paling besar dalam membangunkan Jaemin adalah pasangannya berada di dekatnya," jelas Hansol panjang lebar.

Doyoung mendesah dan mengelus kembali dahi Jaemin. "Dan keadaan Jaemin yg buruk ini karena Renjun yg... yg parah?" ucap Doyoung dengan suara bergetar. Ia memejamkan matanya mengusir bayang-bayang seorang Renjun, remaja usia tujuh belas tahun yg mungil disiksa dan- Doyoung tak mampu lagi memikirkannya.

"Kemungkinan besar, iya. Faktanya adalah tanda-tanda di tubuh Jaemin yg kita lihat kemarin," Hansol bergumam lemah.

Doyoung teringat saat kemarin mereka menenggelamkan tubuh Jaemin di dalam air dingin berisi balok es karena suhunya yg menanjak hingga empat puluh lima derajat. Mereka melucuti seluruh badannya hingga menyisakan pakaian dalam dan Jeno memegangi Jaemin yg masih tak sadarkan diri ke dalam bak berisi air dan balok es dengan suhu minus.

Dan saat tubuh Jaemin terlihat, mereka semua jelas memiliki hati patah yg sama. Pertama adalah luka empat garis memanjang yg sudah mengering di dada Jaemin, yg sudah membentuk bekas berwarna merah muda kemerahan. Luka tersebut sudah tidak berdarah basah lagi, namun tetap saja, hanya dengan melihat bekasnya semua orang akan meringis perih. Luka yg di buat oleh Jaemin sendiri menggunakan cakarnya, karena dadanya yg terasa sesak dan sakit tak tertahankan.

Lalu kemudian garis merah memanjang di punggungnya yg kerap kali timbul dan menghilang, juga garis ruam kebiruan di pergelangan tangannya yg juga timbul dan menghilang. Semua itu hanyalah ruam-ruam yg tidak permanen yg hanya muncul sekilas-sekilas.

Karena tanda-tanda tersebut aslinya adalah tanda dari tubuh Renjun.

Dan tanda serta ruam semacam itu kerap timbul dan menghilang di sekujur tubuh Jaemin. Namun yg paling sering adalah garis merah di punggung Jaemin yg memanjang dan melebar hingga ke pinggulnya. Garis yg merupakan hasil dari cambukan.

Sicheng dan Yuta sudah tak sanggup melihat tubuh lemas Jaemin saat itu. Karena, hanya dengan tubuh Jaemin, mereka mampu mengetahui apa yg di terima oleh putra bungsu mereka. Tubuh Jaemin bergetar dan mengejang setiap kali sebuah tanda baru muncul, bagaimana dengan Renjun yg benar-benar menerima siksaan tersebut dalam tubuh kecilnya? Orang tua mana yg sanggup membayangkan anak mereka di siksa tanpa ampun?

Yuta sudah hampir beberapa kali memanggil SWAT lagi, jika tidak di hentikan oleh Jaehyun dan Johnny. Mereka sudah bilang, yg menyembunyikan Renjun adalah Rubah Merah berekor sembilan, bagaimana pun mereka berusaha, mereka tak akan berhasil. Dan satu-satunya harapan memang bertanya pada hunter bernama Wu Yifan.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang