27. Beads

4.5K 862 383
                                    

Renjun mengerang pelan.

Kepalanya terasa pusing, bagai ia baru saja di pukul dengan palu Thor. Ha, ia hanya bisa mendefinisikan bagaimana palu milik superhero masa kanak-kanaknya karena filmnya yg sudah ia tonton. Ia tak mampu berfikir karena semuanya nampak sangat buram.

Kepalanya bagai dipenuhi debu. Oh, atau segumpal asap dan kabut tebal. Namun anehnya ia tetap mampu mendengar sekitarnya dengan sangat baik. Pembicaraan orang-orang yg berlalu lalang di sekelilingnya.

Ia menangkap beberapa kalimat mereka, namun beberapa dari mereka memakai bahasa Jepang dan aksen bahasa Mandarin yg terlalu cepat sehingga ia tak mampu menangkap dengan jelas.

Sebenarnya sudah beberapa jam semenjak ia terbangun. Namun ia kembali dipaksa kehilangan kesadaran karena sempat memberontak.

Saat ia terbangun, Renjun tahu bahwa dirinya bukanlah dirinya. Ah, Renjun masih seorang Renjun, hanya saja ia tahu bahwa tubuhnya sudah bertransformasi menjadi sesosok dalam bagian makhluk mitologi.

Karena dua manik yg ditelannya kemarin.

Dan efek manik kedua yg ia telan berbeda dengan efek manik pertama. Renjun kembali mengerang. Tangannya sudah mati rasa menjalar hingga ke bahu. Karena kedua pergelangan tangannya diikat dengan rantai dan digantung di atas kepalanya.

Jika Renjun ingin jujur, seluruh tubuhnya terasa sakit. Namun yg paling menyakitkan adalah dadanya. Ia merasa ada sebuah lubang menganga lebar di dalam dadanya dan ia tak tahu apa yg membuat ia merasa seperti itu. Semuanya terasa hampa. Ia tak mampu merasakan apa pun.

Tubuhnya sudah tidak terasa seperti terpanggang lagi. Justru, setelah ia menelan manik kedua, tubuhnya terasa sedingin es. Renjun bahkan seolah mampu merasakan energi yg sangat kuat mengalir pada dirinya. Dan jika ia telisik, energi tersebut mengalir dengan lembut bagai arus air yg tenang di bawah air terjun.

Dan lucunya, energi bagai air tersebut menyatu dan blending bersama perasaan terbakar pada tubuhnya beberapa waktu. Seolah mereka mengarungi jalan yg sama, melebar, menjalar dan menyebar ke seluruh tubuh Renjun.

Bahkan Renjun mampu merasakan panas dan dingin yg menyatu tersebut hingga ke ujung jari-jari kaki dan tangannya. Memang nampak aneh, karena bagaimana pun perumpamaan air dan api yg menyatu tak akan pernah masuk dalam logika.

Namun, itulah yg terjadi pada tubuh Renjun sekarang. Panas dan dingin, air dan api, terbakar dan membeku, kedua energi tersebut bagai menyatu dan saling merengkuh satu sama lain. Seolah kedua elemen tersebut saling memberi kekuatan satu sama lain. Yg menciptakan ledakan luar biasa di dalam tubuh Renjun.

Bukan ledakan yg membahayakan atau apa. Namun bagai ledakan atau mungkin lebih tepatnya percikan api yg hangat pada musim dingin. Sejuk, nyaman, dan Renjun merasa ia sedang berada di hamparan salju namun tubuhnya terbungkus berlapis-lapis selimut tebal yg menghangatkan.

Sekali lagi, memang terasa aneh.

Terlebih jika ia menguraikan kondisi tubuhnya saat ini. Ia tentu tak bisa mengabaikan rasa perih menusuk di punggungnya. Luka robek yg melebar dan memanjang akibat cambukan wanita jalang saat ia mencoba untuk memberontak kali pertama.

Ah, ya. Renjun itu disiksa.

Sebenarnya, jika ia tidak mencoba melawan dan memberontak, ia tak akan dalam kondisi sekarang ini. Namun Renjun itu keras kepala, tak ingin menurut, apalagi menuruti keinginan orang-orang yg dengan beraninya membawanya kabur setelah ia melepaskan dirinya dari Jaemin barang sebentar.

Ah, iya. Jaemin, his mate.

Or was. Jujur, Renjun sudah tidak tahu lagi.

Sudah beberapa jam Renjun mencoba untuk tidak memikirkan Jaemin. Tapi tentu saja hal tersebut adalah task yg sulit bagi Renjun. Karena sembilan puluh persen isi kepala seorang Huang Renjun hanyalah Jung Jaemin semata. Atau mungkin seluruh isi kepalanya hanyalah mengurai tentang bagaimana ia memuja Jung Jaemin, hingga tak ada sisa tempat lain untuk memikirkan apa pun. Bahkan untuk dirinya sendiri.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang