"You're a werewolf."
Park Jisung terdiam selama beberpa detik. Ia rasanya tak yakin apa yg barusan ia dengar. Werewolf? Mana mungkin, kan? Di dunia ini mana ada makhluk-makhluk semacam itu.
Namun sesuatu yg aneh terjadi pada tubuhnya. Entah mengapa, kehangatan yg terjadi pada dadanya kembali terasa. Menyebar dan menggerogoti seluruh tubuhnya. Seolah sesuatu dalam dirinya setuju bahwa ia adalah makhluk yg disebutkan barusan.
Jisung termenung secara beberapa saat. Namun kepalanya tak membiarkannya untuk beristirahat. Setelah mendengar tiga kalimat yg diucapkan oleh pria dibelakang Jeno barusan, kepalanya semakin berdenging nyaring karena hantaman suara yg bertubi-tubi.
"Argh!"
Refleks Jisung menutup kedua telinganya. Kedua matanya terpejam dengan erat. Nafasnya memburu dan ia seketika merasa sesak. Seolah ia terserang panik yg tak mampu terbendung.
Namun Jisung tersentak kaget saat merasakan sebuah telapak tangan mengelus surai biru terangnya, dan saat itu juga, semua ketakutan, rasa panik, kebingungan serta bebannya terangkat. Kedua netra keemasannya terangkat bertemu dengan dua bola mata berwarna merah cemerlang tepat di hadapannya.
"You'll be okay. You have us."
Seolah pemuda di hadapan Jisung mengerti dan mampu membaca fikirannya saja. Suara kekehan terdengar dari Jeno, membuat Jisung mengalihkan atensinya pada pemuda yg berdiri agak di belakang Jaemin.
"Ini akan terdengar sangat aneh. Namun aku lebih baik jujur. Kami memang mampu merasakan perasaanmu dan membaca fikiranmu," ujar Jeno.
Jisung mengerjap. "B—bagai...mana—" namun ia menyetop dirinya sendiri. Perasaannya masih berkecamuk dan ia tak tahu apakah ia ingin tahu, sebenarnya.
"Kau harus tahu. Masih banyak yg perlu kami beritahukan kepadamu," Jeno kembali berbicara. Jisung berjengit kaget. Ia agaknya sedikit merasa ngeri karena Jeno dengan spontan membaca fikiran di kepalanya. Suara tawa rendah Jeno kembali terdengar.
"Jisung-ah, begini," Jaemin berbisik.
Atensi Jisung teralihkan kepada pemuda yg tepat di depannya. Ia menatap Jaemin tepat di dua bolamata merah cemerlangnya. Entahlah apa yg terjadi. Namun bagi Jisung, tiap kali ia menatap kedalam warna bolamata tersebut, ia merasa yakin ia baik-baik saja. Entah itu milik Jaemin atau Jeno.
"Aku yakin serigalamu sudah setuju dan mengakui kami berdua," Jaemin menunjuk dirinya sendiri serta Jeno. "sebagai Alpha-nya. Karena itu reaksimu sama sekali tak kaget dan kau tak berusaha untuk memberontak." tambahnya.
Dan seolah menyetujui, Jisung merasa ia ingin mendekati Jaemin dan mengeluskan kepalanya seperti anak anjing kepada induknya.
Okay, what the fuck.
Suara tawa terdengar lagi bersama dengan tapak kaki, yg mengatakan bahwa Jeno ikut mendekat dan berjongkok di sebelah Jaemin. Tangan Jeno terulur dan mengacak poni lembab Jisung. Dan Jisung, merasakan kehangatan yg sama. Ia bahkan seolah ingin terus dielus hingga tertidur.
"Oke, jadi..." Jaemin kembali berbicara dan berdeham. "Aku rasa, kita sudah sampai pada titik penjelasan, kan? Tidakkah kau penasaran bagaimana kau bisa berakhir menjadi werewolf?"
Dan seolah sebuah kotak pandora terbuka di kepalanya, Jisung membelalak. Dan mendadak ia mengingat apa yg terjadi dalam beberapa jam ke belakang. Semuanya.
Semuanya berputar bagai rol film berulang-ulang. Dimana ia yg awalnya diseret oleh beberapa jocks angkatan sephomore year, dan bagaimana mereka tiba-tiba memukulinya dan menjadikannya samsak tinju tanpa alasan yg jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANINES
FanfictionTeen Wolf AU. Or not really. -JAEMREN -NOHYUCK Update tiap......kapan ya👀