Noted; anu— warning. Ada sedikit anu🌚 dan anu👀. Okay, enjoy!
••••
Jaemin menarik pergelangan tangan Renjun dan berlari dengan kecepatan tinggi menjauhi Jeno dan Donghyuck yg berlawanan arah dengan mereka.
Perasaan itu kembali. Perasaan dimana alpha muda tersebut merasa ada sesuatu yg salah dan aneh. Perasaan yg tadi datang saat ia menemani Renjun di kelas umumnya, yg sempat terlupakan sejenak karena ledakan barusan.
Ia menggenggam erat tangan Renjun karena ia memiliki firasat buruk seketika. Renjun membalas genggamannya sama eratnya dan tersenyum menatapnya. Cukup untuk menenangkan kemelut yg melingkupi dirinya seketika.
Jaemin berjalan dengan cepat sesuai insting alphanya. Ia mengikuti alur dan memblok semua inderanya yg lain karena ia harus fokus mencari asal ledakan tersebut.
DUAR!
Refleks, Jaemin menarik Renjun ke pelukannya dan ia merapatkan diri ke dinding lalu bertahan selama beberapa detik saat getaran berlangsung. Ia tahu istingnya semakin menendang dengan kuat. Namun aroma manis yg di keluarkan dari Renjun cukup membuatnya untuk tenang barang sejenak.
Jaemin mengernyit pelan saat telinganya menangkap suara sirine ambulance serta mobil polisi yg bersahut-sahutan menuju ke sekolah mereka akibat ledakan. Mungkin ada sekitar dua mobil ambulance dan empat atau lebih mobil polisi. Mungkin ayahnya juga berada disana.
Setelah getaran yg terasa seperti gempa bumi tersebut berhenti, Jaemin meregangkan pelukannya pada Renjun dan mengecek keadaan omega mungil tersebut apakah ada goresan atau tidak.
"Baik-baik saja?" tanya Jaemin pada Renjun. Kedua netra obsidiannya masih memperhatikan seluruh sisi tubuh Renjun. Renjun mengangguk. Jaemin menggenggam tangannya lagi lalu mereka kembali berjalan. Melawan arus para siswa serta guru-guru yg cepat-cepat hendak keluar melindungi diri untuk di evakuasi.
Ponsel Jaemin bergetar di sakunya dan ia memberikannya kepada Renjun untuk membukanya karena ia sibuk menyibak beberapa orang dan merapatkan Renjun padanya agar tidak terbawa arus dan tertabrak siswa lainnya.
Renjun menerima ponsel Jaemin dengan bingung. Ia memiringkan kepalanya tanpa mengutarakan maksudnya, namun Jaemin menangkapnya. "Buka dan lihat siapa yg mengirim pesan, sedari tadi terus bergetar. Kurasa itu penting," ujar Jaemin, lalu menarik pinggang Renjun lebih merapat kepadanya karena segerombolan siswa freshmen berlari kencang ke arah mereka. "Aku tidak tahu password ponselmu," gumam Renjun lalu menunjukkan layar ponsel Jaemin dengan kode password yg terpampang.
"Ulang tahunmu," jawab Jaemin, lalu menggandeng Renjun berbelok ke koridor loker milik senior year. Renjun mengerjap bingung. "Huh?"
"Password ponselku adalah ulang tahunmu."
Renjun kembali mengerjap. "Kau tahu tanggal ulang tahunku?" mendadak otaknya buntu dan entah kenapa ia merasa pipinya merona. Saat mereka melintas di salah satu ruang kelas dan terdapat sebuah kaca jendela, pipi Renjun memang sangat merah. Merona dengan ujung hidungnya lebih gelap.
"Kenapa sangat kaget? Sebagai pasangan, tentu aku harus tahu segalanya tentangmu," tambah Jaemin santai, dengan sedikit senyum merekah di wajah tampannya. Renjun bungkam, jantungnya berdebum dengan irama 'boom-boom-boom-boom-boom' yg bisa didengar jelas oleh Jaemin karena ia kemudian terkekeh dengan mengeratkan genggaman tangannya.
Jaemin kembali melirik Renjun. "Jangan-jangan kau tak tahu tanggal ulang tahunku?"
Renjun tersentak dan berhenti seketika. Kedua netra serupa rubahnya melebar. "Ti—tidak—"
KAMU SEDANG MEMBACA
CANINES
FanfictionTeen Wolf AU. Or not really. -JAEMREN -NOHYUCK Update tiap......kapan ya👀