25. Farewell

5.7K 905 345
                                    

Noted; again, you are all welcome. Haha. Enjoy the story!

••••

Renjun dan Donghyuck memacu kedua tungkai mereka dengan cepat.

Mereka tak akan membiarkan kedua Alpha kembar tersebut messed up dan bertransformasi di tempat umum semacam ini. Kedua Omega muda tersebut celingukan dan sedikit lega karena kawasan kompleks perumahan tersebut agak lengang dan sepi.

Kedua Omega tersebut sangat ketika melihat kedua Alpha tersebut yg sudah setengah hampir bertransformasi. Keempat taring panjang sudah mencuat dibalik bibir masing-masing, cakar-cakar yg sangat tajam pun memanjang, dan bulu-bulu halus berbeda warna mulai tumbuh di seluruh tubuh mereka.

Kedua Omega tersebut menarik dan mencoba menahan kedua Alpha yg sudah di butakan oleh amarah. "Hentikan! Kalian harus menguasai diri kalian!" Renjun berseru. Kedua tangannya menahan Jaemin yg seolah menuli dan tak mempedulikan seruan Renjun.

"Jeno-ya, kau tak bisa lakukan ini!  Kau harus sadar!" Donghyuck mengguncang tubuh yg lebih besar darinya itu namun sama seperti Jaemin, Jeno nampak menuli.

Bolamata merah cemerlang mereka terfokus kepada rumah kecil minimalis milik orang tua Park Jisung di depan mereka. Kedua bolamata mereka seolah berkabut dan mereka seolah siap menghancurkan dan memporak-porandakan rumah di depan mereka.

Kedua Omega tersebut jelas mampu merasakan kemurkaan kedua Alpha yg menghantam mereka seperti ombak yg menerjang karang. Dan emosi mereka ikut terpengaruh karena mereka pun ikut merasakan kemurkaan yg tak tertahankan.

Namun kedua Omega muda tersebut tahu bahwa mereka harus mempertahankan fikiran mereka agar tetap lurus juga harus tetap mempertahankan rasional. Kedua Omega tersebut saling melirik dan mengangguk bersamaan.

Donghyuck melangkah duluan, kemudian menggenggam erat telapak tangan Jeno, dan garis-garis hitam bagai akar akar tipis mulai bermunculan dan menjalar di lengan Donghyuck, lalu menjalar ke telapak tangan Jeno.

Jeno tersentak seketika. Donghyuck memejamkan matanya erat dan menghisap semua emosi yg berada pada diri Jeno tanpa sisa, hingga Donghyuck merasakan seluruh tubuhnya tremor.

Ternyata seburuk itulah kemurkaan dari sang Alpha.

Jeno mengerjapkan matanya beberapa kali dan merasakan seluruh emosi dan kemurkaannya menguap seketika. Dan saat ia menunduk, ia melihat tangan Donghyuck yg dengan garis-garis hitam mengelilingi telapak tangan mereka. Ah, Jeno mengerti.

Jeno merasakan getaran pada bahu Donghyuck dan tanpa fikir panjang, Jeno menarik Donghyuck ke dalam pelukannya. Setidaknya ia mencoba untuk menenangkan Donghyuck yg syok karena menghisap habis amarahnya.

Jeno melepaskan genggaman tangan mereka dan merengkuh erat pemuda berkulit kecokelatan tersebut dan mengelus punggungnya.

"Are you feeling okay, now?" suara Donghyuck terdengar agak buram, karena wajahnya menekan pada tulang selangka Jeno. Meski pun Donghyuck masih merasakan efek emosi Jeno pada dirinya, ia masih sempat untuk mengkhawatirkan Jeno.

Maka Jeno mengeratkan pelukannya Jeno mengangguk dan mengacak surai milik Donghyuck. "Yeah, thanks to you, I'm back to my senses."

Di sisi lain, Renjun berlari mendahului Jaemin dan berdiri beberapa jengkal darinya, untuk menghalangi Jaemin.

"Nana, berhenti. Hentikan amarahmu," titah Renjun pelan.

Namun sekali lagi, Jaemin seolah menuli. Bahkan kedua bolamata merah cemerlangnya tak menatap Renjun. Ia terfokus kepada rumah di depan mereka. Yg ada di dalam fikirannya hanyalah hancurkan, hancurkan, tolong Beta, tolong Beta.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang