"Jaemin-ah, ayo bangun."
Jaemin mengerang dan menutup kepalanya dengan selimut dan berbalik tertelungkup, kembali tertidur.
"Jaemin-ah, bangun, kau akan terlambat sekolah."
Ketukan itu terdengar lagi bersama dengan suara appa-nya. Jaemin tidak berkutik. Jaemin masih tertelungkup dan memeluk erat boneka Ryan dan menenggelamkan wajahnya di bantalnya, mencoba kembali tidur.
"JUNG JAEMIN, BANGUN SEKARANG JUGA!"
Jaemin terlonjak dan segera terbangun karena yg tadinya ketukan di pintunya hanya terjadi beberapa kali, sekarang sudah menjadi ketukan brutal seolah appa-nya siap menghancurkan pintu kapan saja—atau memang itulah yg akan dilakukannya, mendengar dialek Gyeong-sang yg sangat kental dari appa-nya(mengingatkan Jaemin kepada kampung halaman) membuat Jaemin meringis. Appa-nya selalu menggunakan dialek jika sudah naik pitam, meski pun itu tanpa sadar.
Jaemin segera bangkit seketika dan memutar kunci lalu membuka pintu, yang sedikit banyak di sesali Jaemin. Karena Kim Doyoung berdiri disana dengan kedua tangannya berada di pinggang dan matanya nyalang siap memangsa.
Holy shit.
Jaemin nyengir seketika. "Selamat pagi, appa." Mata Doyoung menyipit tajam, membuat rambut-rambut halus Jaemin meremang seketika. Doyoung maju dan segera menarik telinga Jaemin membuat Jaemin memekik dan mengaduh lalu Doyoung menyeret Jaemin ke kamar mandi dan mendorongnya masuk.
"Cepatlah mandi. Jeno dan abeoji sudah menunggu sarapan." Lalu pintu kamar mandi ditutup. Jaemin terdiam sejenak, kemudian menguap dan menggaruk dada dan belakang kepalanya. Lalu memulai rutinitas paginya.
Setelah selesai, Jaemin segera menuju dapur untuk sarapan dan melihat Jeno yg sedang mengelus bulu Bongsik—salah satu kucing mereka—dan kemudian Jeno bersin. Jaemin tersenyum geli. Jaemin sampai sekarang masih tidak mengerti terhadap saudara kembarnya itu. Jeno jelas-jelas alergi terhadap bulu kucing sejak lahir, namun Jeno kerap kali membawa kucing-kucing liar itu kerumah. Jaemin ingat saat itu usia mereka sekitar sepuluh tahun.
"Jeno-ya, appa akan memarahimu kalau kau membawa kucing itu kerumah. Kau itu alergi," Jaemin kecil mengernyit menatap Jeno yg sudah memeluk anak kucing berwarna putih dan corak abu-abu.
"Tapi-tapi, Jaemin-ah, kucingnya—" Jeno bersin "—kasihan. Lihat dia—" Jeno bersin lagi "—dia kelaparan." Lalu bersin lagi.
Jaemin menggeleng. "Bagaimana kalau alergimu bertambah buruk, Jeno-ya? Kau kan benci rumah sakit." Jaemin mengingatkan Jeno—yg sudah bersin lagi—dan berjongkok ikut mengelus kepala kucing itu. Jeno tampak berfikir tapi kemudian menggeleng. "Aku tidak ingin meninggalkannya sendirian disini." Bersin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANINES
FanfictionTeen Wolf AU. Or not really. -JAEMREN -NOHYUCK Update tiap......kapan ya👀