28. Skulk

4.7K 854 452
                                    

Noted; hai~ aku janji mau double up kan ya, okay. Tapi update yg kedua bakalan sore atau malem, so tunggu ya!  Dan oh— siapa itu di multi media👀. Anyway, enjoy!

••••

"You know something, don't you?"

Pertanyaan berbahasa Inggris dengan aksen Korea yg kental tersebut terlontar dari bilah bibir Kim Doyoung, yg mana ditujukan kepada seseorang yg sedari tadi baru saja sampai kembali ke kota New York. Namun agaknya pertanyaan tersebut terdengar lebih seperti pernyataan, atau yah, tekanan.

Sicheng hanya diam. Ia masih terduduk di antara suaminya—Nakamoto Yuta—dan Taeyong Lee, yg juga akhirnya ikut diajak berdiskusi perihal kebenaran syok tentang anak- anak mereka yg belum terungkap.

Mereka semua berkumpul di ruang tengah tempat menonton televisi di apartemen The Jungs. Tak ada hal spesial sebenarnya, kenapa mereka memilih berkumpul disana. Hanya karena sejak mereka angkat kaki dari bandara untuk menenangkan Jaemin, mereka tanpa aba-aba segera mengambil langkah dan berhenti di apartemen tengah Manhattan tersebut. Jadi sebenarnya semua hanya kebetulan saja.

Sicheng dan suaminya, Yuta, baru saja sampai sekitar satu jam yg lalu. Dan sejak saat itu, tak banyak kata yg di ucapkan oleh Sicheng, hanya ya, tidak dan kemudian anggukan serta gelengan. Alih-alih ia ingin menyampaikan satu kalimat penuh. Sicheng hanya mampu menerawang. Kedua intan kembarnya yg serupa dengan milik Renjun itu hanya mampu melihat ke jalanan sibuk tepat di depan apartemen.

Lalu Taeyong dan Johnny menyusul. Mereka datang setelah pekerjaan Johnny selesai. Dan waktu memang sudah menunjukkan sore hari. Matahari pun nampaknya perlahan akan tenggelam. Dan berarti, dua dua hari Renjun di bawa pergi oleh orang-orang tak dikenal.

Doyoung sudah menyiapkan camilan seadanya, teh dan juga meminjamkan Johnny pakaian Jaehyun untuk berganti agar lebih nyaman. Dan mereka duduk dengan posisi membentuk lingkaran saling berhadapan.

Mereka sepakat, bahwa anak-anak mereka lebih baik tak ikut mendengar—pun itu tak berlaku untuk Jeno dan Jisung, serta Hansol juga Jungwoo—tetapi kedua remaja tersebut menurut dan berkumpul di kamar Jaemin, untuk membantu Hansol dan Jungwoo yg mencoba untuk membuat sebuah racikan obat agar setidaknya Jaemin tak bisa merasakan sakit lagi. Heck, morfin pun tak mempan untuk meredakan rasa sakit di sekujur tubuh Jaemin. Alih-alih untuk menghilangkan.

Jadi, pada orang dewasa berkumpul, dan ketika Jaehyun membuka suaranya dan ia menjelaskan dengan sangat hati-hati, mereka mendapat reaksi berbeda-beda dari tiap orang tua disana.

Tentu, yg paling mengerti dan tenang akan selalu Taeyong. Pria tampan itu terdiam, mencerna dan mencoba mengkalkulasi segala hal di kepalanya setelah ia melihat keadaan Jaemin yg memang agaknya tidak wajar bagi mata telanjang. Namun sebisa Mungkin Taeyong mengerti. Ia tahu, sejak awal.

Katakanlah intuisi orang tua, ia tahu. Ia tahu bahwa di malam hilangnya keempat remaja tersebut, ia tahu ada yg tidak beres. Juga beberapa hal yg nampak tidak wajar. Seperti; bagaimana bisa mereka tanpa sengaja bertemu dengan Hansol dan Jungwoo yg kebetulan juga berkemah? Atau bagaimana bisa mereka kembali tanpa luka gores sedikit pun? Pun mereka hanya tersesat, setidaknya rasa cemas dan panik karena menghilang harusnya menjadi hal yg lazim untuk anak-anak usia mereka.

Namun, tidak. Keempat remaja tersebut berekspresi biasa, seperti tak ada yg terjadi. Seperti mereka tak pernah menghilang di tengah hutan, pun itu hanyalah Central Park. Terlebih ia jelas memperhatikan putra bungsunya yg kembali seperti dirinya yg biasa. Tak ada trauma, tak ada ketakutan. Nihil.

Namun Taeyong tak pernah benar-benar untuk mengatakannya dengan lugas tentang perasaannya. Ia menyimpannya dalam hati saja. Jika keempat remaja tersebut baik-baik saja tanpa adanya keluhan, ia bisa apa.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang