12. Full Moon 2.0

7.4K 1K 177
                                    

Jeno mengerti apa yg sedang mereka bicarakan.

Tulang.

Ya, tulang dalam hal tulang manusia. Jeno tidak tahu kenapa dia tidak bersusah payaj untuk memperhatikan tentang tulang sebelumnya—bahwa tulang begitu lembut dan rapuh, sangat mudah untuk di patahkan dan dihancurkan dalam sekali genggam. Ada sekitar dua ratusan jumlah tulang didalam tubuh manusia, rasanya. Jika Jeno tidak melupakan pelajaran biologinya. Dan memikirkan tulang tersebut, membawa Jeno kepada pemuda yg berada di depannya, Lee Donghyuck.

Entah kenapa mendadak ia membayangkan bagaimana rasanya meremas atau bahkan hanya sekedar merasakan tulang Donghyuck dalam genggamannya. Dan di kepalanya terbayang ia mencengkeram Donghyuck, lalu menikmati setiap ia meremas dan menghancurkannya berkeping-keping dalam kungkungan jari Jeno. Jeno masih terus memperhatikan Donghyuck secara intens, membuat Donghyuck mengangkat wajahnya dan menatap balik.

"Jeno?" panggil Donghyuck.

Dan dalam kedipan mata sedetik setelahnya, Jeno kembali dan ingat siapa dirinya. Rasionalnya kembali dan membersihkan otaknya dari insting animalistiknya juga dari fikirannya untuk melompat keluar dari jendela dan melolong.

Dia adalah Jung Jeno, dan dia tidak akan pernah menyakiti Lee Donghyuck. Ia lebih baik mati daripada menyakiti pemuda di depannya.

Tapi dia ingin menyakiti alpha yg merubahnya sekarang. Ia mendadak ingin mencari alpha tersebut dan menghancurkannya. Geraman tanpa sadar ia keluarkan. Karena alpha tersebut menggigitnya dan Jaemin. Dan menjadikan mereka berdua beta.

Sebenarnya, jika kalian bertanya, Jeno benci ini. Dia benci karena ia dalam sekali dihidupnya, tak bisa mengontrol dirinya sendiri. Dia kesal dan rasa marah tersebut membuatnya menggeram lagi untuk yg ke sekian. Ia bersyukur ia dan Jaemin tidak berada dalam ruangan yg sama. Karena ia, sebagai kakak, tak ingin Jaemin melihatnya dalam sisi lemah. Jika Jeno lemah, lalu siapa yg akan menjadi sandaran Jaemin? Ah, ia bersumpah ia akan mencabik alpha yang—

"Jeno?" panggil Donghyuck lagi.

Nampaknya Jeno tanpa sengaja menggeram lagi. Jeno menangkap ekspresi khawatir Donghyuck, dan ia segera mengalihkan pandangannya. "Menjauhlah," ujarnya dibarengi dengan geraman lain. Dan sebenarnya ini adalah perintah Jeno dalam beberapa jam ke belakang. Entah sudah berapa kali ia menyuruh Donghyuck untuk menjauhinya. Disaat rasionalnya masih bisa kembali.

"Tidak," jawab Donghyuck tajam. Yang, entah sudah keberapa kali setiap kali Jeno menyuruhnya pergi.

"Hyuck, aku bisa saja membunuhmu."

"Kau dirantai," jawab Donghyuck santai, lalu ia kembali mengangkat ponselnya dan kembali bermain game yg tadi sempat ia jeda. Donghyuck melirik, "dan kau tidak akan membunuhku."

"Kenapa tidak?" tantang Jeno.

Donghyuck mengangkat wajahnya lagi lalu tersenyum miring, terlihat misterius. Dan Jeno mengerjap beberapa kali. Ia merasa Donghyuck seolah mencemoohnya, atau bahkan menertawainya? Itu, jika emosi Donghyuck sekarang ia tangkap dengan benar.

"Aku tak akan membiarkanmu," Donghyuck mendengus pelan, lalu merubah posisinya menjadi berbaring. "Tenanglah, wolf-boy, you have a very looong night," Donghyuck menyanyikan perkataannya.

Jeno mengerjap lagi. Entah kenapa tiba-tiba saja ia membayangkan Donghyuck berkata seperti itu dalam skenario yg berbeda. Seperti Donghyuck yg mengambil alih permainan mereka—

Okay, what the fuck.

Dia tidak hanya hilang rasionalitas, namun hormon remajanya pun ikut menanjak? Fuck full moon. Fuck his hormones. Dan fuck kepada alpha yg merubahnya menjadi seperti ini. Ia terdengar seperti karung hormon berjalan karena membayangkan Donghyuck melingkarkan kakinya di ping—

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang