11. Full Moon

8K 1.1K 160
                                    

"Jangan pergi kemana pun dan berkeliaran, mengerti?"

Keempat remaja tersebut mengangguk.

"Aku sudah membeli banyak cemilan, jika kurang cukup pesan antar saja, oke?"

Keempat remaja tersebut mengangguk lagi.

"Jangan keluar—"

"Sayang, sudah cukup. Mereka mengerti," suara lembut dari pria dewasa lainnya terdengar memotong perkataan pria dewasa pertama.

"Tapi, aku masih tetaplah khawtir, Woojae. Aku masih trauma dengan kejadian mereka tersesat di Central Park tempo lalu," Kim Doyoung—salah satu orang tua si kembar Jung—menatap keempat remaja yg masih duduk manis di sofa mereka depan televisi ruang tengah.

"Aku mengerti kau khawatir, sayang. Tapi, kejadian mereka tersesat bukanlah kesalahan mereka," Jung Jaehyun—kepala keluarga dirumah itu—berjalan lengkap dengan seragam kepolisiannya. Ya, dia memiliki shift malam hari ini.

Doyoung mendesah. "Kenapa kita berdua memiliki shift malam yg sama, sih? Tak bisakah kau suruh bawahanmu saja? Jadi kau bisa menjaga mereka," Doyoung menatap Jaehyun yg hanya tersenyum dengan lesung pipi terlihat.

Jaehyun berjalan dan merengkuh Doyoung ke pelukannya, ia tahu suaminya itu khawatir setengah mati. "Tenanglah, sayang. Mereka akan baik-baik saja. Percayalah pada mereka, oke? Lagipula disini ada Renjun yg siap melapor jika sesuatu berjalan salah. Iya kan, Renjun?" Jaehyun menoleh menatap Renjun, yg dibalas dengan anggukan cepat oleh Renjun.

Doyoung mendorong Jaehyun dan merapikan seragam perawatnya. "Tapi tetap saja, aku khawatir," gerutu Doyoung. Jaehyun hanya tersenyum dan melirik keempat pemuda yg sedari tadi hanya diam memperhatikan mereka.

"Kalian tidak akan melakukan apa pun, kan?" tanya Jaehyun.

Keempat pemuda tersebut menggeleng bersamaan. "Lihat, kan? Tidak apa-apa. Mereka hanya akan mengerjakan tugas kelompok setelah ini. What could've go wrong?"

"Terakhir kau bilang seperti itu mereka tersesat di hutan," balas Doyoung sengit. Lalu ia menoleh dan berjalan keempat pemuda yg masih diam. Doyoung mengecup putra kembarnya satu persatu lalu mengacak rambut dua pemuda lainnya.

"Berhati-hatilah, oke? Aku bersumpah akan mengirim kalian berdua ke Busan jika sesuatu terjadi," mata Doyoung memicing tajam pada kedua putra kembarnya, yg cukup membuat nyali Jeno dan Jaemin menciut seketika. Karena mereka berdua tahu bahwa Doyoung serius.

"Katakan kalian berjanji," tambah Doyoung.

"K—kami berjanji," ujar si kembar bersamaan.

Doyoung mengangguk puas lalu setelah memberi keempat remaja tersebut tatapan memperingati terakhir kali, ia pergi diikuti Jaehyun yg mengedipkan matanya pada mereka. Setelah keempat remaja tersebut yakin bahwa Jaehyun dan Doyoung benar-benar pergi, mereka menghela nafas lega bersamaan. "Guys," mulai Jeno. Ketiga pasang mata lain menatap Jeno.

"Shall we?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Oke, wow. What the fuck?"

Jaemin menatap benda-benda aneh yg tergeletak di tengah lantai ruang televisi mereka. "Language, but I agree tho. What the hell," tambah Jeno, ia menoleh kepada saudara kembarnya yg memiliki ekspresi serupa dengannya.

Ya, bagaimana tidak? Karena benda-benda aneh di depan mereka adalah rantai tebal yg entah berapa meter panjangnya, dan juga borgol yg tersambung ke rantai tersebut. Rantai dan borgol tersebut ada dua buah yg menjelaskan bahwa itu memang digunakan untuk si kembar.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang