8. This Madness

8.4K 1.1K 118
                                    

Jaemin mengedipkan matanya beberapa kali saat cahaya menerpa dan menusuk matanya.

Kepalanya terasa sakit, namun anehnya tubuhnya terasa enteng. Telinganya mendengar kicauan burung di ujung jalan, lalu aroma aspal yg basah, dan suara pejalan kaki. Hidungnya juga mencium aroma pewangi seprai yg ditidurinya, pengharum ruangan yg beraroma citrus dan mencium aroma terbakar dan asap yg sangat menyengat dari dapur. Jaemin yakin itu adalah aroma daging panggang yg gosong. Hidung Jaemin mengerut.

...wait.

Kicau burung? Aspal? Pengharum ruangan?What the hell. Jaemin tidak pernah sekali pun mendengar atau memperhatikan detil setelah ia bangun dari tidurnya di pagi hari. Dan apa pula aroma daging panggang yg gosong itu?

Jaemin segera bangkit namun tubuhnya malah melayang beberapa meter dan membuatnya berdiri tepat di tengah ruangan dengan wajah tercengang. Jaemin memperhatikan seluruh ruangan setengah detik dan sadar bahwa ia bukanlah kamarnya. Tunggu.

Setengah detik?!

Jaemin terkesiap dan seketika badannya melompat lagi dan jatuh terduduk. Menatap ruangan bercat coklat lembut dan asing di hadapannya. Dimana dia? Apa yg terjadi? Dimana Jeno—

"Jaemin-ie?"

Jaemin melompat kaget. Dan saat itu matanya bersirobok dengan mata coklat yg serupa dengannya, detik berikutnya ia hendak menuju ke pemilik mata, namun lagi-lagi tubuhnya sudah bergerak sendiri dan ia sudah berada di atas Jeno.

"J-Jeno-ya—"

Namun Jaemin berhenti mendadak ketika mendengar hembusan nafas dan detak jantung yg bersahut-sahutan. Tidak mungkin detak jantungnya sendiri berdetak ratusan kali dalam satu menit, kan? Ini pasti detak jantung milik Jeno dan— Jaemin memucat melihat Donghyuck dan Renjun yg terbaring di tempat tidur king sized di sebelah mereka.

Jaemin memperhatikan wajah Renjun dengan bibirnya yg sedikit terbuka dan Jaemin bisa melihat hembusan embun hangat dari dua belah bibir tersebut meskipun sangat tipis dan transparan. Lalu Donghyuck yg memiliki tahi lalat di leher kirinya, dan ujung jari-jari Donghyuck yg bergerak refleks di alam bawah sadarnya.

Jaemin meneguk ludah dan menoleh menatap Jeno.

Jeno sudah menatapnya duluan dan wajahnya memiring tujuh puluh lima derajat sempurna. Alis Jeno yg simetris, matanya berbentuk bulan sabit dengan bulu mata lebat yg membingkai, hidungnya yg menukik tajam dan sempurna, bibirnya yg Jaemin sadari sedikit lebih tebal dan tulang pipinya yg terpahat sempurna beserta tahi lalatnya di sebelah kanan. Jaemin sadar bahwa Jeno benar-benar terbagi antara Doyoung dan Jaehyun—

Jaemin terkesiap lagi.

Kenapa dia malah memperhatikan wajah Jeno? Oke, Jaemin akui. Sejak lahir hingga sekarang, baru kali ini Jaemin benar-benar memperhatikan wajah saudaranya secara mendetil. Mendadak Jaemin merasa ngeri. Itulah masalahnya. Selama ini dia tidak pernah peduli pada hal detil. Lalu kenapa sekarang—

"Jaemin-ah? Kau baik-baik saja?"

Jaemin berjengit dan segera menutup kedua telinganya dan hendak menjauh dari Jeno. Namun sekali lagi tubuhnya bergerak sendiri dan ia benar-benar menjauh dari Jeno hingga jatuh terjungkal ke lantai.

"Jaemin-ah?"

"Argh! Bisakah kau berbicara pelan-pelan, Jeno-ya?" Jaemin menggertakkan giginya. Dia merasa telinganya berdenging.

CANINESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang