Chapter : XXXVII

1.6K 213 26
                                    

Kilatan mata berwarna coklat itu nampak menyorot tajam menatap sosok pria berambut pirang di depannya.

Darllius bangkit, tubuhnya yang telah lemas itu tampak berusaha untuk mempertahankan posisi berdirinya.

"Renjun?" Darllius menatap tak percaya sosok putranya itu.
Bagaimana tidak?

Renjun muncul dengan aura gelap yang terasa sangat mengancam.

Hajun menatap sosok anak bermata coklat itu.

"Tidak sia-sia aku melakukan pemberontakan"

Renjun menatap tajam Hajun. Rasa marahnya kian memuncak saat pria itu merangkul Darllius dengan senyum smirk.

"Tidak usah setegang ini, bukankah kita ini keluarga?"

"Tutup mulutmu!!" Renjun tidak bergerak namun asap berbentuk anak panah berwarna hitam muncul dan langsung menusuk tepat di dada kiri Hajun.

Renjun meraih tangan Darllius, wajahnya nampak menatap sosok sang ibu dengan cemas.

"Mama tidak apa-apa?"

Darllius justru terlihat khawatir melihat Renjun.

"Renjun, kita pergi saja ya. Aku tidak apa-apa, ayo pergi"

"Tidak"

Tatapan lembut itu kembali menyorot tajam menandakan bahwa ia tidak mau melepaskan pria yang berstatus sebagai ayah kandungnya itu.

"Renjun, kumohon.. aku serius, tolong"

"Mundurlah, mama tidak usah ikut campur" Renjun memberikan isyarat agar Darllius mundur.

"Renjun, dengarkan aku!"

"Diam mama!"

Renjun sedikit mendorong Darllius. Dan tentu saja tubuh Darllius yang masih lemas karena terkena efek sihir dari Hajun itu sedikit terdorong ke belakang.

Renjun kembali menatap dengan tajam Hajun sementara yang ditatap hanya diam.

"Kau ini anak yang suka membangkang ternyata.. aku ini ayahmu, dan kau mau mencelakai ayahmu?"

"Diam kau bajingan!!" Aura gelap dan mencekam semakin menjadi-jadi. Langit tiba-tiba menjadi mendung dengan disertai suara gemuruh.

Hajun menghilang dan muncul lagi di samping Darllius.
Entah sengaja atau tidak, Hajun menarik tengkuk Darllius dan mencium bibirnya dengan gerakan secepat angin.

Renjun yang melihatnya bergerak tak kalah cepat. Menarik Hajun dan membantingnya ke tanah.

Puluhan anak panah berwarna hitam muncul di atas tubuh Hajun yang sudah terbaring.

"Beraninya kau!!" Anak panah itu berjatuhan dan menusuk setiap bagian tubuh Hajun.

Darah berceceran disertai suara ringisan dari si pemilik darah.

"Renjun!! Cukup!!" Darllius berusaha menyadarkan Renjun, sayang sekali, angin itu terlalu kencang hingga membuatnya sulit untuk berjalan.

Tidak

Tak akan ada yang tidak mungkin untuk seorang ibu memperjuangkan sesuatu jika menyangkut anaknya.

Bruk

"Renjun sadarlah!!" Darllius menatap punggung putranya.

"Kumohon.. jangan biarkan dirimu binasa ditangannya! Ini hanya ilusi! Dia hanya ingin memancingmu! Kumohon hentikan! Dengarkan aku! Dengarkan ibumu ini!!.."

Bruk

[][]

Drap drap drap

My Pretty PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang