Chapter : XXVII

1.7K 243 14
                                    

Renjun melangkahkan kakinya di atas.. awan?
Entahlah, Renjun pun tidak tahu.

Ia bingung saat bangun di antara awan putih dikelilingi oleh beberapa orang berpakaian putih.

Apa aku sudah mati?

Renjun melihat sebuah kerajaan dengan dindingnya yang berwarna putih dan seseorang berpakaian putih yang tengah berdiri dengan senyuman ke arahnya.

Renjun berjalan mendekatinya.

"Qiuren putraku, kemarilah"

Renjun menurut, ia segera mendekati pria itu.

Saat kakinya melangkah di antara anak tangga berwarna putih itu, langit seolah menyambutnya. Mata Renjun keseluruhan berubah menjadi biru dan tiba-tiba ia sudah mengenakan hanfu putih. Sebuah mahkota kristal berwarna putih kebiruan bersinar muncul di kepalanya.

"Pangeran telah datang, berikan hormat kalian kepadanya" ujar dewa Ji Ran membuat orang-orang berpakaian putih itu langsung membungkuk memberi hormat kepada Renjun.

Dewa Ji Ran tersenyum melihat wajah terkejut Renjun.

"Selamat datang pangeran cahaya, dewa memberkatimu" ujarnya.

Burung-burung beterbangan seolah ikut senang dan menyambut kedatangan Renjun.

Renjun terpaku melihat seekor kuda berwarna putih dengan sayap yang ia yakini bahwa kuda itu adalah pegasus.

Tiba-tiba saja langit berubah gelap disertai suara gemuruh membuat Renjun jadi bingung sendiri.

"Sayangku, Renjun, kemarilah"

Dewa Ji Ran berdiri memandangi sosok pria yang baru saja datang dengan teleportasi.

Renjun dapat merasakan sebuah perang dingin yang terjadi diantara aliran darahnya yang mengalir.

"Aku akan memberitahukan semua jawaban atas pertanyaanmu, kemarilah sayangku"

Renjun tiba-tiba merasa ngilu dan panas. Entah apa yang terjadi, kakinya seolah melangkah dengan sendirinya mendekati Dewa Fu Yen yang tengah berdiri menatapnya dengan tajam.

Dewa Ji Ran memanggil namanya dengan halus, membuat setengah jiwa dari Renjun menolak untuk mendekati dewa kegelapan itu.

"Jangan menjadi orang bodoh yang mengabdikan dirimu untuk hal yang pada akhirnya tidak akan kau dapatkan Renjun" ujar Dewa Fu Yen sembari terus menarik jiwa Renjun agar ikut bersamanya.

"Sayangku Qiuren, sebesar apapun dendammu, jangan mengikuti kegelapan yang akan membawamu ke dalam penyesalan"

Renjun berbalik menatap Dewa Ji Ran yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya.

"Renjun, asal kau tahu, ibumu telah dibuang dengan hina oleh cahaya. Padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun"

"Ibu?" Renjun menoleh menatap Dewa Fu Yen yang juga sudah berdiri di belakangnya.

"Ya, ibumu"

"Selalu ada resiko di setiap perbuatan, ibumu telah melakukan kesalahan—"

"Lihatlah, dia menuduh ibumu. Padahal ibumu tidak diperlakukan dengan adil"

"Tetaplah berada dalam cahaya" dewa Ji Ran mengulurkan tangannya.

"Jangan dengarkan ucapan bodoh itu, ikutlah bersamaku. Tegakkan keadilan bagi kau dan ibumu" dewa Fu Yen juga mengulurkan tangannya.

Terjadi perdebatan diantara setengah jiwa Renjun yang masih menginginkan jalan cahaya dan setengah jiwa Renjun yang entah kenapa merasakan dendam yg kuat. Padahal, Renjun sendiri tidak tau apa dan kenapa ia merasa dendam.

My Pretty PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang