Chapter : XXXVI

1.6K 209 8
                                    

"Apa yang kau bicarakan?!" Haechan meremat pundak Renjun.

Padahal Haechan lah yang akan berperan sebagai orang yang penting dalam pemusnahan kutukan itu. Namun, Haechan sudah terlanjur menyayanginya.

Bukan

Mereka semua sudah terlanjur mencintai dan menyayangi bocah ini.

Padahal sedari awal, mereka berniat untuk memusnahkan kutukan itu dari hari pertama mereka mendapat kesempatan untuk bertemu Renjun.
Namun, entah kenapa mereka merasa tidak tega jika harus membunuh bayi.
Mereka pikir, dengan membiarkannya selama beberapa tahun akan membuatnya mudah untuk membunuh anak itu karena sudah agak dewasa.

Justru sekarang menjadi sangat sulit karena mereka merasakan dilema yang besar.
Jangankan membunuh, melihatnya menangis saja sudah membuat mereka ketar-ketir.

"Bagaimana kau bisa berkata seperti itu dengan mudah?"

Renjun melepaskan tangan Haechan yang memegang pundaknya.

"Aku tidak mau melukai siapapun dan aku tidak mau menjadi orang yang akan membunuh kalian.. aku tidak mau menjadi ancaman.." Renjun menunduk, membayangkan bagaimana jadinya jika ia membunuh ketujuh pria yang dicintainya itu sangatlah menyakitkan.

"Lebih baik aku mati daripada hidup sendiri diatas bumi yang sudah kuhancurkan"

Mereka terdiam mendengar ucapan dari Renjun.

"Hyung.. aku sudah mengetahui semuanya.." tak terasa setetes air bening telah jatuh menuruni pipi Renjun.

"Aku juga tau apa yang akan terjadi jika kalian tidak memusnahkan aku" ujar Renjun dengan air mata yang mengalir dengan deras.

"Renjun, kita bisa mencari cara lain"

"Cara apa!? Apa hyung tidak ingat!? Semua luka yang ada di tubuh kalian...itu...karena aku kan? Bukan karena jatuh atau kecelakaan... hyung... Sudah cukup.. Aku lelah.." ucap Renjun terisak membuat Doyoung yang barusaja berucap langsung bungkam.

"Aku lelah harus melukai banyak orang.." gumam Renjun, ia tahu kalau ia sempat kehilangan kendali dan melukai para hyungnya. Dia juga ingat saat ia melukai banyak orang di kota Wylophozy.

Seluruh tubuhnya benar-benar tidak dapat ia kendalikan. Perasaan dendamnya yang mendalam terus mendorongnya untuk melakukan nafsu kemarahannya.

"Hyung... Lakukan ini untukku"

"Renjun—"

"Lakukan!!" Renjun merasa bahwa dadanya sesak.
Perasaan yang sama.
Jantungnya yang terasa nyeri, disertai helaan napasnya yang terasa menyesakkan.

"Lakukan untukku...ibu ku... Dan untuk kalian..."

"Renjun!" Haechan dengan refleknya langsung menarik Renjun yang secara tiba-tiba pingsan.

~[]~

"Bagaimana ini Hyung..." Haechan, Jaemin dan Jeno sudah tidak dapat lagi menahan kesedihannya.

Ini terlalu berat dan sulit.

"Apa benar-benar tidak ada cara lain hyung?" Tanya Mark kepada ketiga iblis tertua, namun ia tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya karena mereka tidak tahu haru menjawab apa.

"Aku akan menemui pendeta Donghae" ujar Doyoung membuat mereka menoleh secara bersamaan.

"Apa maksudmu!?" Taeyong mengguncang tubuh Doyoung, memastikan bahwa iblis yang lebih muda darinya itu tidak sedang mengigau.

My Pretty PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang