Annyeong🌸
Hari ini kita ketemu lagi dengan Ian dan Anya! Silakan ambil posisi ternyaman kalian sebelum baca bab ini, karena bab ini dua kali lebih panjang dari bab-bab sebelumnya💃
Jangan lupa vote dan komen yang buaanyaaakkk!!
Selamat membaca❤
•••
Sesuai dengan rencana yang sudah disusun jauh-jauh hari, di malam tahun baru ini, aku mengajak mama dan papa untuk barbeque-an di rumah tante Intan. Mama dan papa yang sudah lama tidak berkumpul dengan keluarga Atmaja tentu langsung menerima ajakanku meski pagi tadi mereka baru tiba di Indonesia.
Malam tahun baru bertepatan dengan malam minggu. Besok libur. Tentu saja sejak sore tadi jalanan sudah dipadati oleh berbagai macam kendaraan. Tempat-tempat hiburan pun tak luput dari lautan manusia.
Hampir seluruh manusia di muka bumi ini selalu excited menyambut tahun baru. Termasuk aku, yang sudah membuat resolusi untuk tahun depan.
Sejujurnya Andra mengajakku keluar bersamanya di malam tahun baru ini. Katanya akan asyik kalau dia membawaku untuk menyaksikan pertunjukan kembang api. Sayangnya, aku sudah lebih dulu membuat janji dengan tante Intan dan terpaksa harus menolaknya.
Setelah tiga hari yang lalu kami melakukan kencan pertama, aku dan Andra sudah mulai menanjaki tahap saling memberi kabar. Meski tak bisa chatting atau telepon secara intens karena pekerjaan yang cukup sibuk, kami tetap menyempatkan untuk bertukar kabar.
Sejauh ini, tak ada masalah sama sekali dengan Andra. Pendekatan kami berjalan dengan lancar tanpa gangguan dari siapa pun, termasuk Ian.
Ya, saat aku sedang makan malam bersama Andra, Ian tidak beranjak dari posisinya. Dia tidak menghampiriku sama sekali meski chat-nya datang bertubi-tubi selama aku dinner.
Betapa bersyukurnya aku pada saat itu karena Ian tidak merusak momen kencan pertamaku dengan Andra.
Keesokan harinya, Ian juga tidak muncul di hadapanku sama sekali. Aku bahkan tahu dari tante Intan kalau dia sedang ada tugas di luar kota dan sampai saat ini belum kembali. Kayaknya, sih, dia ngambek gara-gara chat berbentuk keponya itu tidak kutanggapi sama sekali.
Sampai detik ini, aku belum ada berinteraksi dengannya lagi. Belasan chat yang kukirim ke dia pun tak kunjung mendapat balasan.
Ngambeknya Ian kali ini agak parah sepertinya. Tapi biarlah, nanti juga baik sendiri. Ian, kan, otaknya kadang suka korslet nggak jelas.
“Ian pulangnya kapan, Tan?” Aku bertanya pada tante Intan saat sedang membantunya menyiapkan beberapa bumbu untuk bakaran kami nanti.
Sejak sore tadi, aku dan keluargaku memang sudah berada di rumah tante Intan. Saat ini, para perempuan sedang menyiapkan tetek-bengek untuk barbeque-an di dapur—kecuali Lana yang sedang asyik menonton acara musik K-Pop di ruang santai. Sementara para pria berkumpul di halaman belakang rumah.
“Katanya lagi di jalan, Nya.”
“Sombong banget Si Ian, Tan, nggak ada ngabari aku sama sekali,” aduku dengan bibir yang mengerucut.
Tante Intan terkekeh. “Pasti lagi ngambek, tuh, sama kamu.”
Aku mengangguk semangat, menyetujui ucapan tante Intan masih dengan wajah yang memberengut.
Ngambeknya Ian memang sangat khas sekali sampai-sampai orang-orang di sekitarnya mudah untuk menebaknya.
“Ngambek-ngambekan mulu. Udah kayak orang pacaran aja.” Mbak Tiara yang sedang memotong-motong bawang ikut menimpali, memberi senyum jailnya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy (Best) Friend
Romance[TAMAT - CERITA MASIH LENGKAP] Julian, atau yang akrab disapa Ian, sudah menyandang gelar sebagai playboy sejak berada di bangku SMA. Kebiasaannya yang suka gonta-ganti pacar bukan hal baru lagi dan terus berlangsung sampai sekarang. Namun, apa jad...