JC. 10

13.9K 1K 39
                                    

Zio menatap dirinya di pantulan cermin toilet dengan tatapan datar. Sungguh, dirinya masih belum mengerti dengan takdirnya ini.

"Abel siapa? Di novel gak ada nama Abel," Ucap pemuda itu.

Alurnya benar-benar berubah drastis. Bahkan ini diluar dugaan. Zio semakin pusing dan kesal secara bersamaan. Ingin menerima takdirnya tapi tak rela. Zio benar-benar tak betah di novel ini meski memiliki teman yang sebaik Leon dan lainnya.

"Gue bingung,"

"Gue gak mau di dunia novel sialan ini!"

"Gue kangen Ibu sama Bapa, kangen Lastri juga," Lirih pemuda itu lalu menundukkan kepalanya dengan air mata yang ikut jatuh.

Tanpa Zio sadari seseorang mendengar ucapan aneh yang dilontarkan pemuda tampan itu. Dunia Novel? Zio benar-benar gila. Pikir seseorang itu.

"Zi,  lo belum sembuh total," Lirih seseorang itu dengan menatap Zio sendu.

"Kayaknya kita harus bawa lo ke psikolog,"  Lanjut seseorang itu, setelah itu dirinya pergi saat tak sengaja Zio menatapnya lewat kaca.

"Shitt."
___

Zio serta teman-temannya tengah berada dikantin sembari membahas tentang Yuda salah satu sahabat Zio.

"Yuda sekarang kuliah diluar negeri," Ujar Bisma yang dapat anggukan dari yang lainnya.

"Bener sekali," Sahut Akmal.

"Jangan dipaksa ingat Zi, nanti lo bisa kenalan ulang sama Yuda," Ujar Jack yang tak ingin sepupunya kesakitan lagi.

Zio mengangguk meski tak mengerti sama sekali. Dirinya memang tak mengenal Yuda karena dia bukan Zio tapi Jinni.

Zio berpikir sejenak, apa dia harus bertanya pada mereka tentang Abel? Mungkin mereka tau.

Sebelum berbicara Zio menatap sekitar yang terlihat sedikit sepi karena waktu istirahat memang tinggal 5 menit lagi.

"Kenapa Zi?" Tanya Leon saat melihat gelagat Zio yang sepertinya ingin berbicara.

Zio menatap Leon lalu menatap yang lainnya.

Sebelum berbicara ia menghela napasnya pelan. "Lo semua tau Abel siapa?"

Deg! Jantung mereka berdetak lebih cepat saat pertanyaan itu yang keluar dari mulut Zio.

Hening. Mereka sama sekali tak menjawab pertanyaan Zio. Mereka bingung, jelas mereka tak diizinkan untuk membahas wanita itu tanpa seizin keluarganya.

"Kok diem? Tolong kasih tau gue, gue sering mimpiin tu cewek. G-gue kesakitan setiap d--" Zio tak melanjutkan perkataannya. Sepertinya teman-temannya tak akan menjawab.

"Gue pergi," Zio memutuskan untuk pergi.

Setelah itu Zio pergi meninggalkan keempatnya yang masih diam dengan tatapan sendunya.

"Zio kayaknya harus tau," Celetuk Akmal.

"Ya, tapi kita tidak ada hak untuk menjelaskan," Balas Bisma.

Jack menatap teman-temannya lalu menggeleng. "Dokter bilang kemungkinan besar amnesia Zio permanen. Dan kita sekeluarga sepakat gak akan membahas tentang Abel lagi, kita akan memulai lembaran baru untuk Zio. Sudah cukup dua tahun ini Zio menderita. Kita semua seneng Zio amnesia dengan itu dia melupakan semuanya asal jangan ada yang bahas tentang Abel dan dua tahun kebelakang!"

Mereka mengangguk mengerti. Sebenarnya mereka merasa kasihan pada pemuda itu. Mereka yakin jika bayang-bayang masa lalu belum hilang dari Zio meski pemuda itu hilang ingatan.

JADI COWOK? [SELESAI✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang