Kejutan Terhebat

66 21 25
                                    

"Aku ingin pulang ke kampung halaman tapi lupa halaman berapa."

~Aamiiir Jinni~

.
.
.

Assalamu'alaikum, Dears.
Happy reading and i hope you're enjoy with me, Ok?
.
.
.

***
Pagi yang cerah, banyak kendaraan berlalu lalang hingga berhenti dan memenuhi area parkir pondok pesantren.

Cuaca hari ini seirama dengan beberapa senyum semangat yang terbit dari seluruh santri yang hari ini dan besok serempak di temui keluarganya, rindu yang menggebu akan terbayar tuntas.

Menjelang haflah, keluarga wali santri memenuhi undangan panitia penyelenggara untuk hadir dan menyaksikan acara tahunan yang menimbulkan banyak kesan tersendiri. Panitia penyelenggara termasuk Rama sibuk melayani para tamu.

Seorang gadis dengan tas punggung besarnya menerbitkan senyuman dibawah teriknya sinar matahari. Ia mengulum senyumnya dengan manik mata berkaca ketika memandangi gerbang yayasan.

Bukan tanpa alasan, lingkungan yayasan ramai akan kehadiran orang tua wali santri dari berbagai daerah dari sabang sampai merauke. Bersama keluarga besarnya, ia mengawali langkahnya dengan kaki kanan.

"Ahlan wa sahlan fii al-ma'hadi, silahkan masuk, staf kami akan mengantarkan ibu dan bapak ke tempat tujuan," sambut Rama dengan keramah tamahan.

Gadis bermasker di antara kerumunan kaum ibu dan bapak membuatnya menabung banyak tanda tanya besar yang mungkin ia akan lontarkan nanti, di tambah ketika gadis itu menyebut namanya.

"Syukron, akhi Rama," ujarnya santun.

Rama melongo, masker kain yang menutupi wajah gadis itu membuatnya merutuki dirinya sendiri.

***

Karena penyambutan anggota keluarga, beberapa orang hanya melihat gadis itu sekilas tanpa mengenal atau menyapanya. Ia melangkah menuju kamar paling ujung lantai atas.

"Assalamu'alaikum ...." sahutnya setibanya di kamar.

"Wa'alaikumsalam ...." sambut suara serempak dari dalam.

Karena kebetulan penghuni asrama Aisyah sedang berkumpul hangat bersama keluarganya di kamar, beberapa orang sibuk dengan keluarganya.

Hanya beberapa lainnya yang menyambut kedatangan gadis itu dan persilahkan masuk walau mereka belum mengenalnya.

Aktifitas terhenti ketika sang gadis dan beberapa orang di belakangnya menapaki langkah demi langkah menuju ruangan dalam kamar Aisyah.

"Bu, ini lemariku, duduklah. Itu tikarnya," gadis itu menunjuk tikar yang masih tergulung dan ayahnya mengambilnya.

"Aku akan menemui teman-temanku," sambungnya.

Bola mata sang gadis terfokus pada salah satu penghuni berkhimar lebar yang sibuk menata buku-bukunya di lemari, dialah Asma. Asma tercengang dan merasa kikuk. Ia berjalan perlahan mendekati gadis itu.

"Kaifa halluk, ukhti Asma?"

Asma tak bergeming, ia terus melayangkan bola matanya menatap balik gadis di hadapannya dari ujung khimar sampai ujung kaki. Asma sulit mengenal sosok gadis itu dengan wajah yang masih tertutup masker kain yang masih dia kenakan.

Asmara di Dinding AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang