Ilusi Aamir Jinni

48 18 5
                                    

Negara terkecil di dunia adalah hatiku, karena penghuninya cuma kamu.

~Rama~


Assalamu'alaikum
Happy reading, dears.

🏀🏀🏀

(...)

Mikaila celingukan, ia melayangkan pandangan ke arah sekitar. Hal itu membuat Attar heran.

"Tadi mereka ada di sini ...." cemas Mikaila setelah keduanya sampai ke tempat yang ia tuju.

"Mereka? Mereka siapa?" heran Attar.

"Keluargaku ...." pekik Mikaila.

Attar tertawa lepas mendengarnya, "jadi menurutmu, mereka akan mengubah realita dan mewujudkan ekspektasimu? Paman Fathan bilang mereka tidak bisa kemari," tawanya mengejek diiringi cairan bening yang berasal dari bulir matanya, sebenarnya Attar merasa iba dengan kondisi Mikaila saat ini.

Mikaila mendelik, ia tak berikan respon apapun karena fokusnya hanya tertuju pada keluarganya. Ia menatap kursi panjang itu dengan tatapan kosong.

'Tapi ana melihat mereka dan menemuinya barusan, dan ... akhwat itu. Siapa dia?'

Mikaila terduduk di kursi panjang yang berada tak jauh dari tempatnya berpijak. Attar pun duduk di sampingnya. Ia terisak dan tanpa sadar Attar memberikan bahunya   sebagai tempat gadis itu bersandar yang langsung direspon baik oleh Mikaila.

"Ana dipatahkan realita, kau menang Paman," isak Mikaila.

Attar menoleh heran, "Kapan kita taruhan?" decak Attar.

Mikaila mengangkat kepalanya seraya tersenyum datar, "Afwan, maksudku ... Paman Fathan," pekiknya.

Flashback on

Mikaila mengikuti arah telunjuk sang akhwat. Gadis itu terkejut bukan main, bola matanya berbinar dan tetesannya berjatuhan membasahi pipinya.

"Mama! Bapak! Malika! Mike! Kalian ... di sini?" Decaknya pada diri sendiri.

Ia kembali menoleh kepada sang akhwat, orang itu hanya menangguk seraya tersenyum membenarkan dugaan Mikaila.

Bahagianya tak dapat terukir oleh kata-kata. Tanpa menghiraukan sekitarnya gadis itu segera berlarian menuruni satu persatu anak tangga. Rindu terbayarkan tuntas oleh pertemuan sekaligus penjemputannya kembali ke rumah.

'Kemana gadis itu?' gumamnya dalam hati.

Dalam keanehan, tampak sekumpulan orang-orang tersayangnya sudah berada tepat dihadapannya. Kini, manik indahnya tengah beradu dengan beberapa pasang retina yang berkaca. Mikaila berdiri mematung dan menikmati pemandangan dihadapannya, ia tidak percaya semua ini terjadi.

Detik kemudian salah satu diantara mereka melayangkan kakinya dan mulai melangkah, ia hendak meraih tubuh perempuan bersarung itu.

"Mikaila ...." lirih wanita itu yang langsung meraih tubuh gadisnya.

"Mama ...." didekapnya tubuh sang ibunda diiringi tangisan rindu yang menggelora.

Dalam hangatnya pelukan, Mikaila memandangi satu persatu keluarganya. Mike yang sok kuat akhirnya membasahi kedua matanya, dan si kecil Malika yang semakin bertambah tinggi saja. Mikaila merentangkan kedua tangannya agar pelukan virtual itu terrealisasikan.

Asmara di Dinding AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang