"Rindu itu tercipta oleh hati, bukan oleh jarak. Kamu merindukannya bukan karena dia jauh darimu, akan tetapi karena dia sudah berada dihatimu."
Tubagus Ramadhan Ali Assyaiqoti
.
.
.Assalamu'alaikum
Happy reading, Dears.***
Banyak senyum yang terpancar di wajah semua orang, banyak cinta yang akan didapatkan oleh setiap orang yang baru berpulang dan siap menikmati obsesi semua anggota cemara. Curahan kasih sayang sebagai pengobat rindu selalu ada dalam tiap detiknya, mumpung sang pelaku rindu sedang berada dihadapan mereka. Dimanapun mereka mengadu nasib, para perantau selalu merindukan saat-saat seperti ini, pulang kampung berjama'ah.
Rama menuruni kendaraan yang ditumpanginya, menengadah ke atas dan menjangkau sekeliling lewat kedua matanya. Angin yang berhembus seakan memeluk raganya yang baru kembali ke kampung halaman setelah sekian lama. Ya, Rama memang pantas mendapati julukan sebagai kuncen kobong karena ia seperti Bang Thoyyib yang memang jarang pulang. Pandangan Rama teralihkan ke arah pangkalan ojek, ia mendekati kerumunan tukang ojek yang menunggu calon penumpangnya.
Biasanya ada yang menjemputnya di terminal, akan tetapi Rama sudah berpolitik dengan keluarga pondok pesantren NIA agar tidak ada yang mengabari keluarganya. Rama ingin memberikan kejutan.
"Mau kemana, Den ...." tanya pria paruh baya itu, orang-orang memanggilnya pak Joko. Dahi pria tua itu tiba-tiba mengerut ketika mereka semakin dekat. Rama dibuat heran sekaligus bingung.
"Rama, Pak."
"Astaghfirullah, Rama putra kyai Hj. Abdul Bakri?" Pak Joko berdecak kagum terhadap sosok dihadapannya.
"Sumuhun ...." angguk Rama.
"Mari saya antar, Rama. Kau pasti mau pulang ke rumah," tawar Pak Joko.
"Bapak tahu rumah saya?"
Pria tua itu terkekeh geli, "siapa yang tidak tahu tokoh termahsyur di wilayah ini, Rama. Bapak juga masih ingat bagaimana kamu diwaktu kecil, suka kesal kalau kita panggil gus."
Rama tertawa kecil, bahkan sampai sekarang pun ia masih agak sungkan jika dipanggil gus. Perbincangan berlanjut sampai garis finish, mereka kini telah sampai di gafura kampung tempat Rama tinggal.
"Sampe sini saja, Pak," ucap Rama.
"Loh, tidak sekalian saya antar ke rumah?"
"Tidak usah, pak, syukron katsir." Rama mengambil dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang sebagai ongkos kepada bapak tersebut. Namun, ia mendapat penolakan secara halus.
"Tidak usah, Rama," tolak Pak Joko.
"Jangan tolak rezeki, pak." Rama meraih tangan pak Joko dan menaruh uang ongkos pemberiannya, "ambil saja kembaliannya, ana terburu-buru," lanjutnya.
"Terimakasih, gus ...." lirih pak Joko.
"Rama, pak. Kalau begitu saya permisi, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."
'Adem sekali anak ini,' puji pak Joko dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara di Dinding Asrama
Fiksi Penggemar~Prolog~ {{Aku adalah Aku}} Mikaila Asmarani Azzahra, nama indah pemberian orang tuanya itu memiliki kepribadian yang berbeda dari teman-temannya dan lingkungan yang mayoritas penduduknya ekstrovert. Introvert girl, julukan yang tepat buat karakter...