8 | Missing You

5.3K 509 18
                                    

Walau beban diperutnya semakin berat tapi semangat Jennie tidak pernah pupus mengumpulkan uang demi buah hatinya.

"Jen, ayo makan pizza bareng. Enak loh!" Ajak Jessica yang baru tiba menenteng 3 box pizza.

"Kajja" malah yang lain bersorak gembira.

"Bukan kalian yang aku tawarkan" Jessica mendengus pelan dan berdecak kesal.

"Saya gak suka pizza buk" jawab Jennie menyengir polos sembari menggaruk pangkal hidungnya.

"Wae? Ini sumpah enak banget! Kamu harus cobain" Jessica menyuapkan sepotong pizza ke mulut Jennie yang mau ngomong.

"Otte, enak kan?" Jennie terdiam tak bisa berkata-kata. Perlahan mulutnya mengunyah pizza tersebut tanpa sadar.

Dulu dia sangat membenci makanan asal Italia itu namun sekarang justru berbanding terbalik.

Ditengah lamunan, Jessica meletakkan sekotak pizza utuh beserta hamburger, chiken, salad dan yogurt di meja Jennie.

"Astaga Buk, mengapa banyak sekali?" Kaget Jennie melihat banyaknya makanan di hadapannya.

"Gapapa, biar kenyang"

"Saya udah kenyang buk, lihat tuh" Jennie menunjuk perutnya dengan menunduk membuat mereka tertawa.

"Kamu kenyang atau nggak sama aja keliatannya tuh perut Jen"

"Ish, ibuk gak adil masa kita sekotak bersama" protes Nayeon berdecak sebal.

"Terus Jennie juga dikasih banyak lagi kita kan juga mau" timpal Doyoung ikut merengek pada sang atasan.

"Kalau mau kek gitu juga kalian harus hamil dulu" jawab Jessica enteng membuat mereka mendengus pelan.

Mendengar itu Jennie yang pada dasarnya sensitif jadi gak enak.

"Kalian kalau mau sini, aku gak bakal bisa habisinnya sendirian" diam-diam Jessica tersenyum tipis. Itulah yang ia suka dari Jennie. gadis itu selalu memikirkan orang lain.

"Buat salad sama yogurt jangan dimakan. itu khusus buat Jennie" sahut Jessica dibalas acungan jempol oleh mereka.

Tiba-tiba Park Jimin sang manajer keluar dari ruangannya.

"Ada acara apaan nih"

"Cuman makan-makan" Jessica menjawab.

"Kenapa semua makanan ada padanya" Jimin mendelik sinis Jennie yang sedang di gerubungi oleh para karyawan.

"Kalau kau mau nih, makan punyaku" sela Jessica yang mengerti dengan ketidaksukaan Jimin.

Pria bertubuh pendek itu tak mengindahkan ucapan Jessica. Ia mendekati Jennie lalu menarik kasar tangan wanita itu hingga tanpa sengaja perutnya terbentur meja.

"Akh..."

"Gak usah ngedrama. kerjakan pekerjaan mu sana!" Jennie merintih kesakitan sembari mengulum bibirnya.

"Yak! Apa-apaan kau Jimin" Jessica mendorong kasar tubuh Jimin supaya menjauh dari Jennie.

"Perutmu sakit?" Jennie mengangguk. Jessica mendudukkan Jennie di kursi sambil terus mengusap perutnya.

"Cih, selain wanita penghibur kau juga seorang penipu. Kau dibayar bukan untuk bermalas-malasan" gerutu Jimin mengomel dengan tangan bersedekap dada membuat Jessica naik pitam.

"Masalahmu apa sih Jimin! Kau lupa kalau disini akulah bosnya. jadi jangan sok bossy gitu deh"

"Sudah buk, saya gapapa" ucap Jennie melerai perdebatan mereka.

"Mau ku antar ke rumah sakit" Jennie menggeleng.

"Cuman kram dikit kok buk" Jessica beralih menatap tajam Jimin.

"Ku perhatikan semakin lama kau semakin kasar Jimin, ada apa denganmu" Jimin sudah lama bekerja dengannya dan ia tidak pernah melihat sifatnya kasar begini.

"Ibuk nanya?"

"Semenjak wanita ini datang kau memperlakukannya seperti ratu. Kau pikir aku tidak tahu kalau kau sering memberi uang lebih padanya" Jennie menunduk malu. ia tidak bermaksud memanfaatkan kehamilannya untuk mengemis belas kasihan.

"Seharusnya kau adil pada karyawan lain bukan berat sebelah" sambungnya. Ungkapannya terdengar ambigu di pendengaran mereka.

"Oh, jadi kini kau sudah sangat hebat sampai bisa mengomentari kepemimpinan ku disini ya?" Suara Jessica yang datar membuat bulu kuduk mereka berdiri.

"Aku berlaku seperti itu setelah berdiskusi dengan yang lain dan mereka tidak masalah dan soal uang itu memang sengaja aku kasih untuk biaya lahirannya. KAU PIKIR BIAYA HIDUP DI KOREA MURAH APA"

"Maaf pak, kami tidak keberatan sama sekali soal itu karena kita sudah menganggap Jennie keluarga" sela Yeri.

"Iya, jadi bapak gak usah sok peduli. Bilang aja bapak iri pengen ditambah gaji" sahut Nayeon dihadiahi tawa oleh mereka.

Terkadang Jennie juga merasa demikian tapi dia bersyukur jika mereka memakluminya dan tidak iri kepadanya.

Selepas Jimin pergi mereka melanjutkan acara makan-makannya namun kali ini Jennie sudah tidak selera lagi.

"Udah jangan dipikirin, kita gak marah kok lagian tadi kita cuman becanda" ucap Nayeon mengerti dengan keterdiaman Jennie.

"Maaf" mereka menggeleng dan memberikan Jennie pelukan hangat.

"Aku bersyukur bertemu kalian orang-orang baik" batin Jennie.

                               ~•••~
 
Di dalam ruangan kebesarannya seorang CEO muda duduk dengan anggun di kursi kerja sambil berbincang dengan anak buahnya.

"Apa kau masih belum menemukan keberadaan adikku" pria bertubuh atletis itu menggeleng.

"Nomornya diganti nona jadi kami sulit melacaknya" Jisoo muak terus-menerus mendengar alasan sialan itu. Yang dia mau sekarang hasilnya bukan alasan.

"Apa kau tidak punya alasan lain, aku muak mendengarnya setiap hari" sifat Jisoo yang selalu ingin kemauannya dituruti itu menurun dari Hyunbin.

"Kami akan berusaha sebaik mungkin nona" Jisoo menghela napas lalu menyuruhnya keluar.

Karena otaknya yang sedang tidak mau diajak kerjasama Jisoo memutuskan pulang dan mencari Jennie sendiri.

"Mau kemana nak?" Tanya Yejin dari dapur.

"Mencari Jennie Eomma" Hyunbin yang kebetulan disana segera menghentikan langkahnya.

"Berhentilah mencarinya Jisoo atau Appa akan membunuhnya" ancam Hyunbin membuat mata Jisoo dan Yejin terbelalak.

"Kau kenapa sih Appa, dari dulu ku perhatikan kau selalu menyakiti dirinya" Hyunbin dan Yejin sama-sama diam.

"Apa yang dia lakukan tidak pernah benar di matamu walau ia sudah berusaha keras melakukan apa yang kau inginkan" Jisoo menarik napas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Jennie seperti ini karena ku. pria yang menodainya adalah mantan kekasihku asal kalian tahu"

"Dia sengaja berbohong demi menyelamatkan keluarga ini dari ancaman pria gila itu dan kini ia menghilang tanpa jejak. Aku takut dia kenapa-napa" teriak Jisoo mengeluarkan seluruh kesakitan yang selama ini ia pendam sendiri.

"Cukup kalian pisahkan kami tapi jangan melarangku untuk bertemu dengannya" Yejin dengan cepat memeluk putri sulungnya yang terisak. Air matanya pun mulai menetes mendengar ucapan Jisoo mengenai si bungsu.

"Jennie-ya kau dimana nak?"



TBC

The Best Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang