20 | Not Hate

3.5K 362 24
                                    

Di pagi harinya Jennie berlari kecil ke kamar mandi memuntahkan sesuatu. bersamaan dengan itu Jisoo masuk membawa nampan berisi bubur ayam. Ia meletakkan nampan itu dulu di nakas lalu menghampiri Jennie.

"Apa kau tidak meminum obatnya secara teratur" omel Jisoo namun tetap mengusap punggung adiknya.

"Sudah Unnie" jawab Jennie lemas. Detik berikutnya ia terkulai lemas dan langsung ditangkap Jisoo.

"Yak!" Pekik Jisoo memapah tubuh Jennie ke kasur kemudian menghubungi dokter Jung. dokter pribadi keluarga.

"Gimana kondisi adik saya dok? Apa demamnya semakin parah dan perlu di rawat di rumah sakit" tanya Jisoo bertubi-tubi.

Dokter itu mengalungkan stetoskopnya di leher dan tersenyum.

"Tidak ada yang serius hal ini wajar terjadi,-"

"Terjadi kenapa?" Jisoo memotong ucapannya dengan cepat. Pikirannya begitu kalut mendapati Jennie sering muntah-muntah dan pusing.

"Dengar dulu penjelasan saya Jisoo"

"Jennie saat ini sedang mengandung. Kehamilannya sudah masuk 4 Minggu" rahang Jisoo terjatuh. Tubuhnya mendadak kaku atas apa yang ia dengar barusan.

"Mwo?" Dokter Jung mengangguk.

"Saya lihat janinnya lemah akibat stress dan pola makan yang tidak teratur dan ini vitamin yang harus dia minum agar janinnya sehat dan kuat" Jisoo menerimanya masih dengan wajah keterkejutannya.

"Waktu itu kau bilang ia hanya demam biasa tapi kenapa bisa" heran Jisoo mencerna semuanya.

"Memang waktu itu saya belum menyadarinya Jisoo karena mungkin janin itu bersembunyi di rahim ibunya" penjelasan dokter itu tambah membuat kepala Jisoo pusing.

"Sembunyi gimana?"

"Bayi akan berusaha bersembunyi dalam rahim ibunya saat ia tahu kehamilan itu tidak diingkan sejak awal" mendengar hal itu hati Jisoo berdenyut ngilu. Cobaan apalagi kali ini.

Setelah mengantarkan dokter Jung ke pintu depan Jisoo balik ke kamar Jennie dan menunggunya sampai sadar.

Melihat adiknya sudah sadar Jisoo langsung mencercanya dengan pertanyaan.

"Coba jelaskan padaku, apa maksudnya ini" Jennie mengerutkan keningnya. Pusing dikepalanya masih belum hilang dan Jisoo malah berteriak padanya.

"Dengan siapa lagi kau berhubungan sampai hamil lagi hah" suara Jisoo meninggi membuat Jennie terkejut. Bukan karena suara Jisoo tapi karena ucapannya.

"Apa sekarang kau menganggapku wanita murahan Unnie" air mata Jennie lolos begitu saja dan Jisoo mengalah. Ia berusaha meredam emosinya.

"Katakan pada Unnie bagaimana ini bisa terjadi" tanyanya lembut.

"Taehyung kembali memperkosaku Unnie" Jisoo terdiam tanpa kata. Bibirnya mendadak kelu.

"Yang dikatakan Appa benar bahwa aku perempuan bodoh. Bagaimana bisa aku terjatuh lagi di lubang yang sama" Jennie menggigit kuat bibir bawahnya yang bergetar menahan tangis.

Jisoo tersentak kala Jennie memukul kuat perutnya dengan isak tangis yang menggema.

"Jennie-ya hentikan!" Jisoo menahan tangan adiknya.

"Aku tidak menginginkannya Unnie" racau Jennie berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Jisoo.

"Lantas kau ingin membunuhnya! Kau ingin menjadi ibu yang buruk?" tegas Jisoo menampar keras pipi Jennie agar sadar.

"Percuma aku mempertahankannya jika ujung-ujungnya mereka diambil dariku Unnie" Jisoo menguatkan hatinya agar tidak ikut menangis.

"Tidak akan ada yang bisa mengambil mereka sekalipun pria itu Jennie. percaya pada Unnie" Jisoo menangkup wajah mungil Jennie agar Jennie tahu betapa sungguh-sungguhnya ia mengucapkan itu.

The Best Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang