Beberapa bulan kemudian
Sekarang Jennie tidak lagi bekerja sebagai pelukis. dia mempunyai perusahaan sendiri yang ia bangun setengah tahun yang lalu.
"Lili jagain Zean ya, Mommy mau meeting dan jangan keluar dari ruangan ini sebelum Mommy kembali" peringat Jennie sebelum meninggalkan anak-anaknya di ruangan.
"Nde Mom, uyyu nya"
"Itu di dalam tas baby kalau dedeknya nangis langsung dikasih aja" Lisa lagi-lagi mengangguk paham.
Jennie terpaksa membawa mereka bekerja karena dia tidak ingin menitipkan anak-anaknya pada baby sitter.
"Kalau ada apa-apa Lili bisa keluar dengan kartu ini dan tanyakan Mommy pada Aunty di depan ruangan ini, oke" ruangan Jennie menggunakan kartu untuk membuka pintunya.
"Ote"
Dengan berat hati ia meninggalkan kedua bocah itu tanpa pengawasan orang dewasa. Pintunya dia kunci dari luar supaya tidak ada yang masuk mengganggu kenyamanan mereka.
Ketika menunggu lift, Jennie bertemu dengan kenalan lamanya.
"Jennie?" Jennie menolehkan kepalanya. Gadis yang menyapanya itu mengamati penampilan Jennie dari atas sampai bawah.
"Lo udah lahiran?" Jennie memutar matanya jengah sambil melangkah memasuki lift.
"Menurut Lo" balas Jennie malas.
"Diliat dari perut Lo yang kempes kayaknya udah" Jennie tidak menanggapinya lagi. malas membuang tenaga meladeni gadis jangkung itu.
Karena Jennie cuman diam gadis itu mencari topik lain agar suasana diantara mereka tidak secanggung ini.
"Lo juga kerja disini Jen?"
"Hum"
"Sama dong, gue baru mau lamar. Doain gue diterima jadi sekretaris CEO" Jennie tersenyum penuh arti mendengar ucapannya.
"Lo masih marah sama gue?" Ucapnya mendadak sendu. Raut wajahnya berubah 180° dari sebelumnya yang begitu ceria.
"Gue minta maaf udah jadi sahabat buruk buat Lo" belum sempat Jennie menjawab liftnya keburu sampai hingga mereka terpaksa berpisah jalan.
"Lo tambah dingin Jen" lirih gadis itu mengamati punggung mungil Jennie yang kian menjauh.
.
.
.
Ditempat lain, para calon sekretaris CEO tengah berbaris dan menyiapkan penampilan untuk di wawancara.
Tiba saatnya nama dia dipanggil gadis itu memasuki ruangan dengan hati berdebar kencang. Sang CEO melemparkan beberapa pertanyaan untuk menguji kemampuannya. Setelah semua diwawancarai ia memilih siapa kandidat yang berhak menempati posisi sebagai sekretarisnya.
"Setelah ku seleksi, orang yang akan menjadi sekretaris ku adalah" jantung mereka berpacu lebih cepat hingga kursi CEO itu berbalik menghadap mereka semuanya menganga.
"Jennie" gumam gadis tadi.
"Park Sooyoung" kata Jennie disambut tepukan tangan oleh yang lain sedangkan Joy melongo.
.
.
.
"Kenapa kau memilihku" protes Joy yang kini mengekori Jennie menuju ruangannya.
"Dipilih salah gak dipilih lebih salah" gumam Jennie geleng-geleng kepala.
Tiit
Ceklek
"Mommy" seru Lisa riang melihat Mommy nya datang.
"Hai sayang, kalian baik-baik saja kan" Lisa mengangguk lucu. Pandangan Jennie beralih pada si bungsu yang lagi tengkurap di tengah kasur.
"Baby" panggil Jennie. Zean celingak-celinguk mencari suara Mommy nya.
"Mommy disini sayang" ia memutar tubuhnya menatap Jennie dengan tatapan polosnya lalu merangkak mendekati sang ibu.
Menyadari ada orang lain disini Lisa menyuruh Joy duduk.
"Duduklah Onty"
"Nde" canggung Joy menunggu Jennie selesai dengan urusan bayinya.
"Tah mam" tangan Zean menjalar di dada Jennie. sang ibu yang mengerti hanya tersenyum lembut.
"Haus banget ya nak" iba Jennie melihat Zean menghisap rakus dadanya.
Menyadari ada yang memperhatikannya Jennie mendongak mendapati Lisa yang menatapnya lekat.
"Lili juga boleh kok tapi harus tidur ya, Mommy banyak kerjaan" ia menarik kepala Lisa menuju dada sebelahnya lagi.
"Tangannya sayang" tangan usil Lisa bermain diwajah Zean.
Beberapa menit menyusu. Jennie menarik dadanya dari mulut mereka kemudian meletakkannya di kasur.
"Sebenarnya apa yang terjadi malam itu" tanya Joy membuka suara ditengah keheningan mereka.
Jennie menghela napas kemudian menceritakannya tanpa menambah maupun menguranginya.
"Kenapa gak bilang sama gue dari dulu"
"Karena aku takut berita itu menyebar dan dikeluarkan dari sekolah"
"Dan gimana bayi ini sampai tercipta lagi" tanya Joy membuat Jennie memukul pelan lengannya.
"Dia melakukan hal yang sama malam itu di apartemenku. Memang kedengaran tidak masuk akal tapi aku langsung hamil sebulan setelahnya"
"Gue juga pernah dengar kalau cuma melakukan sekali gak bakal hamil tapi di Lo kok beda ya"
"Ya mana ku tau, mungkin ini cobaan untukku atau ada sesuatu dibalik ini yang disiapkan tuhan untukku" jawab Jennie sambil menatap buah hatinya yang terlelap damai.
"Terus tu cowok sampai sekarang ganggu Lo?"
"Nee, dia menginginkan hak asuh mereka karena istrinya mandul" Joy langsung tertawa terbahak-bahak.
"Karma" ucapnya disela tawa.
"Oh ya maafin gue ya. Waktu itu gue kemakan omongan orang dan ikut mencap Lo buruk sebelum mendengar penjelasan dari Lo"
"Udahlah, semuanya udah terjadi" mendengar itu Joy sedikit lega walaupun ia tahu Jennie belum sepenuhnya memaafkan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mom ✓
FanficJennie Kim putri bungsu keluarga Kim yang harus menanggung aib seumur hidupnya akibat ulah pria bejat yang telah menodainya Akankah ia mampu melewati ini semua atau justru menyerah dengan keadaan. Highest Ranking 🏆 #1 in Jennie (2/3/23) #1 in Chae...