9 | Giving Birth

5.8K 526 8
                                    

Menjelang persalinan tiba, Jennie sudah sering merasakan mulas. Ia juga sudah berhenti bekerja dari cafe sebulan yang lalu.

"Cah, semuanya sudah siap" seru Jennie selesai mendekorasi kamarnya untuk si baby karena apartemen ini hanya memiliki satu kamar.

"Awh"

"Perutku sudah sering mulas. apa artinya aku akan segera melahirkan" gumamnya sembari meringis.

Ia berencana akan menginap di rumah sakit mengingat HPL nya adalah besok. Uang dan segala kebutuhan bayi sudah ia siapkan jauh-jauh hari dan kini saatnya berangkat.

Tidak masalah jika ia harus mengeluarkan budget lebih mahal asalkan anaknya lahir dengan selamat.

Sesampai di rumah sakit Jennie langsung diberikan layanan kesehatan oleh tim medis dan malam itu juga kontraksinya mulai menyerang.

"Eomma, Appa, Unnie doakan aku dan bayiku agar selamat melewati ini" batin Jennie ditengah gempuran gelombang cinta.

"Jangan panik ya buk. jika ibu menuruti arahan kami maka persalinannya akan lancar" kata dokter wanita yang membantu proses persalinannya.

"Sakit" lirih Jennie.

Rasa sakit menjalar dari pinggang ke perutnya tidak berhenti menyerang. Sesuatu dibawah sana terus menekan area sensitifnya untuk berusaha mencari jalan keluar.

Tepat pukul 4 subuh pembukaan Jennie lengkap. Detik itu juga jantungnya berdebar cepat namun sebisa mungkin agar tetap tenang.

"Buka lebar-lebar kakinya Bu" kedua perawat bertugas memegangi kaki Jennie sekaligus melihat jalan lahir.

"Ketika kontraksi datang doronglah dengan kuat" aba-aba dokter di depan kakinya.

Tangannya bergerak gelisah guna mencari sesuatu untuk berpegangan guna melampiaskan rasa sakitnya.

"Aku tidak menduga rasa sakitnya sehebat ini"

"Atur napas dan jangan panik. Mengejan lah lebih kuat" Jennie menatap perutnya yang naik turun seirama dengan napasnya.

Wajahnya basah bercucuran keringat tetapi usahanya belum membuahkan hasil sedikitpun.

"Enngghh..."

"Iya bagus, jangan ditutup kakinya" perawat membuka lebar kaki Jennie yang terus dia tutup. Jennie mulai lemah. Tenaganya terkuras habis untuk mengejan.

"Berikan air sus" titah sang dokter.

Berjuang sendirian melahirkan anak tanpa di dampingi suami ataupun keluarga membuat Jennie meneteskan air matanya.

Tenaga Jennie kian melemah hingga langit-langit rumah sakit mulai memburam di pandangannya.

Sang dokter mengode perawat agar menepuk pipi Jennie untuk menyadarkan.

Bagian bawahnya terasa panas karena kepala sang anak tertahan di jalan lahir.

"Sakit sekali" erang Jennie tertahan diangguki dokter dan perawat.

"Arra, sedikit lagi ia akan lahir buk. Jadi, ayo semangat dorong terus" semangat Bu dokter membuat Jennie sedikit merasa jauh lebih baik.

"Aku tidak sanggup" geleng Jennie lemas. Jennie menyerah. ia tidak sanggup lagi. Tenaganya sudah habis untuk mengejan. Ia tidak bisa melanjutkan.

"Bisa, ibu pasti bisa. Ayo dicoba lagi" inilah tugasnya dokter kandungan. Menyemangati pasien yang hampir menyerah seperti Jennie sudah sering ia temukan.

"You can do it Jen" batinnya.

Ia menarik napas panjang lalu menggunakan sisa tenaganya untuk mengeluarkan sang anak ada dalam perutnya.

The Best Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang