Di pagi hari yang cerah seorang ibu muda duduk di balkon jendela ditemani secangkir teh hangat. Ada banyak sekali masalah yang berkeliaran di benaknya. salah satunya adalah masalah ekonomi.
Keuangannya mulai menipis sementara dia tidak memiliki pekerjaan lagi setelah keluar dari cafe.
Untungnya Jennie berbakat dalam urusan dapur. jadi, dia bisa memanfaatkan keahliannya itu untuk mencari uang.
"Huuwaa~" tangisan bayi bergema diseluruh penjuru ruangan membuat Jennie terperanjat kaget. Buru-buru mematikan kompor lalu beranjak menemui si kecil.
Ketika sampai, Lisa sudah berganti posisi menjadi tengkurap sambil mengemut jempol mungilnya.
"Kiyowo" gemas Jennie menahan dirinya dari mencubit pipi gembulnya.
Mendengar suara sang ibu, bayi manis itu terbangun lalu merentangkan tangannya ke atas sebagai pertanda ingin di gendong.
"Ngapain tuh" kata Jennie pura-pura gak tahu.
"Eng" lenguh Lisa memasang wajah polosnya. Mata bulat hazelnya terbuka sempurna menatap lekat indahnya pahatan wajah sang ibu.
"Iya-iya Mommy gendong" makhluk kecil nan imut itu berhenti menangis setelah berada dalam dekapan Jennie.
"Mau uyyu atau mandi dulu?" Tanya Jennie sambil membuka gorden jendela agar cahaya matahari dan udara masuk.
Seolah mengerti. Ia menepuk-nepuk dada Jennie tanda ingin menyusu. Sehabis menyusu, Jennie memandikan Lisa barulah ia makan dan mengerjakan pekerjaan rumah.
"Main sendiri ya, Mommy mau cuci baju dulu" Jennie memberikan boneka beruang buatannya untuk dimainkan Lisa supaya tidak bosan menunggunya.
Baru saja ia meletakkan Lisa di box bayi. Bel apartemen nya ditekan oleh seseorang.
"Sebentar" kata Jennie berjalan hendak membukakan pintu.
"Unnie" gumam Jennie mendapati sang kakak di ambang pintu bersama bayinya.
"Sampai kapan aku berdiri disini. Kau tidak membiarkanku masuk" ketus Jisoo membuyarkan lamunannya.
"Hehe, silahkan masuk Unnie. Aku terpesona. Kau sangat cantik hari ini" kata pujian terlontar dibibir ranum berbentuk ceri itu. Ia tak bisa membohongi kalau kakaknya itu memiliki kecantikan bak Aphrodite, Dewi Yunani terindah dalam mitologi.
Pipi Jisoo bersemu kemerahan seperti kepiting rebus mendapat pujian dari adiknya.
"Kim Jisoo gitu loh" katanya mengibas rambut sampai kena ke muka Jennie.
"Nyesel juga gue muji"
"MWO?"
"Ani" geleng Jennie cepat menyengir kuda.
"Lisa-ya" Jisoo berteriak mencari keponakanya.
"Li, - hmmp" Jennie membungkam mulut Jisoo.
"Berisik! Rumahku bukan hutan" tatapan tajam menghunus matanya membuat Jisoo menelan ludah.
"Dimana Lisa"
"Di kamar, main. Boleh aku minta tolong jagain sebentar Unn aku mau cuci baju" pinta Jennie dijawab anggukan kepala dari sang kakak.
Habis mandi pintu rumahnya di gedor brutal dari luar.
Ceklek
"Bayar uang kontrakanmu Jennie. Kalau tidak angkat kaki sekarang juga"
"Gimana ya buk, aku benar-benar gak pegang uang sekarang" ungkap Jennie gelisah.
"Dari kemarin-kemarin itu mulu alasan kamu. Aku sudah berbaik hati memberikanmu waktu selama ini tapi kau semakin melunjak ku biarkan" marah Ahjumma itu.
Setelahnya Jisoo datang dari belakang karena mendengar suara keributan.
"Ada apa ini?" Bingung Jisoo.
"Dia belum membayar uang kontrakannya selama 2 bulan" kata Ahjumma itu menunjuk Jennie sementara yang ditunjuk menunduk takut.
"Berapa semuanya?"
"10 juta dan 15 juta untuk bulan ini" Jisoo tampak kesusahan meraih dompetnya karena kini ia sedang menggendong baby Lisa.
"Ini ku bayar untuk 2 tahun ke depan" Jennie seketika menganga dan spontan mengangkat kepalanya.
"Gitu dong!" Senang Ahjumma itu mengibas uang tersebut. Melirik sinis Jennie sekilas lalu berbalik angkuh menjauhi pekarangan.
"Unnie mian. Kalau aku sudah punya uang akan ku ganti. Seluruh tabunganku habis untuk biaya lahiran" jelas Jennie sebelum Jisoo salah paham ataupun marah.
"Tidak perlu diganti. Kau ini seperti orang asing saja. Aku ini kakakmu. kau adalah tanggung jawabku jadi jangan sungkan seperti itu. Arrachi?" Jennie mengangguk kecil dan membalas senyuman kakaknya.
Mereka balik ke dalam dan duduk di sofa.
"Selama aku tidak ada, apa kau baik-baik saja" tanya Jisoo. Entah apa maksudnya menanyakan itu tiba-tiba.
"Aku belajar banyak setelah pergi dari rumah Unnie" senyum Jennie menyakitkan. Ia bertemu berbagai macam jenis watak manusia dan kehidupan luar yang benar-benar keras.
"Aku bekerja di cafe setelah memecahkan banyak piring di tiga restoran berbeda dan berakhir di pecat"
"Sempat menyerah melawan dunia. namun akhirnya aku bangkit lagi mengingat Lisa yang masih membutuhkanku"
"Unnie, makasih tidak membenciku" pungkas Jennie melempar senyuman. Senyuman luka yang Jisoo rasakan.
Untuk sesaat Jisoo kehilangan kata-kata. Perasaan bersalah menyergap dirinya di segala arah kala mengingat pelaku di balik bencana ini.
"Aku sungguh tak menyangka kau dijerat dalam lingkaran hitam yang ku buat. Aku menyesal pernah menjadikan pria itu kekasihku. Maafkan aku Jennie-ya"
"Anniya" Jennie menggeleng menyangkal cepat ucapan Jisoo.
"Unnie walaupun ini berat tapi aku senang karena adanya baby Lisa. Semuanya diluar kendali kita ini takdir yang harus ku jalani Unnie" Jennie tak bisa melihat kakaknya terus menerus dihantui rasa bersalah.
"Seharusnya malam itu kau menghubungiku agar aku bisa menjemputmu"
"Waktu itu aku, -"
TBC
Part selanjutnya tentang malam Jennie di perkosa secara bergilir.
Anyway di chapter sebelumnya kenapa kalian kesal sama si Hyunbin? padahal dulu waktu masih di draf Hyunbin lebih kejam lagi ku buat. dan Jennie gak bakal bahagia sebelum Lisa besar tapi Tenang aja dia bakal jadi CEO kok bahkan lebih sukses dari ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mom ✓
FanfictionJennie Kim putri bungsu keluarga Kim yang harus menanggung aib seumur hidupnya akibat ulah pria bejat yang telah menodainya Akankah ia mampu melewati ini semua atau justru menyerah dengan keadaan. Highest Ranking 🏆 #1 in Jennie (2/3/23) #1 in Chae...