41 | The True Story

2.7K 387 9
                                    

Habis bertemu klien Jennie pulang ke apartemen lebih cepat. Atensi Lisa dan ketiga sahabatnya terusik tatkala mendengar derap langkah kaki di pintu depan.

Orang itu Jennie, ia pulang dengan langkah sempoyongan sampai menabrak pintu dan meja. Keliatannya mabuk jika diliat dari cara jalannya.

Brugh

Jennie pingsan di lantai. bergegas Lisa lari menghampirinya.

"Uh, bau banget" Lisa mengibaskan hidungnya saat aroma alkohol begitu menyengat menusuk hidungnya.

"Mommy Lo habis minum kayaknya Li" tandas Mina.

"Gak kayak biasanya dia kek gini, pasti ada masalah nih" monolog Lisa.

"Dia teler karena meminum setengah bir" tawa dokter Jeon setelah memeriksa Jennie. Jennie bukan tipe peminum, ia hanya sanggup meminum seteguk alkohol lebih dari itu dia terkapar.

"Apa ada hal lain dok?" Tanya Lisa khawatir melirik Jennie terbaring lemah di ranjang dengan wajah pucat.

"Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya drop, untuk saat ini biarkan dia istirahat" dokter Jeon pamit undur diri meninggalkan keempat gadis itu.

"Engh" lenguh Jennie membuka matanya perlahan.

"Lisa" gumam Jennie memicingkan matanya lalu merubah posisinya bersandar pada kepala kasur.

"Kenapa Mommy mabuk-mabukkan"

"I-itu" gugup Jennie menunduk dalam-dalam.

"Itu apa? Bukannya Mommy yang ngelarang keras kita buat jauhin minuman haram itu tapi sekarang malah Mommy yang ngelakuinnya"

Lisa gak suka liat ibunya lemah kek gini. Dia hapal betul sifat Jennie yang kalau lagi punya masalah pasti alkohol jadi pelariannya.

"M-mianhae" setetes noda merah jatuh ke selimut putih Jennie membuat Lisa dengan cepat mengangkat wajah sang ibu.

"Astaga" Lisa lekas mengambil tisu untuk mengelap darahnya.

"Mommy gak pernah berubah ya" sendu Lisa kecewa.

"Aku sudah besar Mom jadi jangan menyembunyikan apapun lagi dariku"

"Lisa-ya" suara Jennie terdengar bergetar dengan tatapan nelangsa.

"Arra" jawab Lisa membawa tubuh Jennie dalam dekapannya. Detik itu juga tangisan Jennie pecah menggenggam kuat baju bagian belakang putrinya.

Kalau saja dia gak memaksa Zean bicara sudah pasti Lisa gak bakal tahu sampai sekarang.

.

.

.

Malam harinya sesuai janji Lisa, Zean mendatangi kamar kakaknya. Terlihat punggung tegak Lisa tengah membelakanginya dibalkon kamar.

"Noona" Lisa spontan menoleh ke samping.

"Apa yang ingin kau katakan" tanya Zean to the point karena kakaknya itu malah melamun memandang hamparan hijau bunga di taman belakang mereka.

Angin dingin berhembus kencang menerbangkan rambut panjangnya yang terurai. Kecantikan Lisa bersinar dibawah cahaya rembulan. Bulu-bulu halus di kulitnya berdiri akibat terlalu lama diluar.

Lisa mulai menceritakan cerita yang pernah Jennie ceritakan padanya dengan Zean yang menyimak. Kedua tangannya terkepal erat disisi tubuh begitu Lisa selesai bercerita.

"Mommy hamil kamu saat usiaku baru 15 bulan" lanjut Lisa melirik adiknya sekilas lalu beralih langit malam.

Zean masih mendengarkan cerita kakaknya dengan seksama. Tak berniat untuk menyela ataupun bertanya.

The Best Mom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang