Yang dulunya dipisahkan sekarang kembali di pertemukan. Rindu yang menggebu kini telah terbayarkan. Tak ada kata yang dapat melukiskan betapa bahagianya Jisoo saat ini. Orang yang ia cari kini sudah berada di depannya.
"Unnie sudah biarkan saja nanti aku kerjain" Jisoo dari tadi sibuk mengerjakan pekerjaan rumah sang adik. hitung-hitung untuk meringankan kerjanya karena Jennie baru habis lahiran.
"Tidak Jen, kau belum pulih jadi biarkan aku membantumu" Jennie menghela napas pasrah. Jika sudah begitu ia tidak dapat lagi melarang kakaknya.
Usai makan siang mereka berbincang santai di sofa depan tv membicarakan banyak hal dan saling melepas rindu.
Tujuan Jisoo datang ke Busan awalnya untuk memantau perkembangan proyek tapi malah gak sengaja bertemu Jennie.
Mungkin Tuhan telah menjawab semua doa-doa yang selalu ia panjatkan setiap harinya.
"Jennie-ya"
Setelah sempat terjadi hening panjang akhirnya Jisoo membuka suara.
"Hum"
"Aku punya apartemen di Seoul. apa tidak sebaiknya kau tinggal disana saja biar dekat sama mansion" Jennie menggeleng. Tentu saja ia menolak. untuk apa dia ke Busan jika pada akhirnya akan kembali ke Seoul.
"Aku datang ke sini untuk bersembunyi agar tidak ada satupun orang yang mengenaliku Unnie. Hidup dengan identitas baru membuatku sulit menantang dunia" jelas Jennie panjang lebar sembari menatap lurus pada tv mati.
Siang beranjak sore dan sore berganti malam. Semakin malam merangkak semakin dalam pokok bahasan mereka. Jennie dengan lukanya dan Jisoo dengan rasa bersalahnya.
"Mianhae" otomatis Jennie menolehkan kepala hingga mata kucingnya tepat menabrak mata sang kakak.
"Aku kakak paling buruk di dunia" wajah cantik dijuluki Dewi Korea oleh netizen itu tertunduk sedih.
"You're great sister" Jawab Jennie melemparkan gummy smile menawannya.
"Aku memang iri karena kau selalu mendapat perhatian lebih tetapi aku tidak marah. Aku sadar kalau lahirnya aku adalah sebuah masalah" mata Jisoo mulai berkaca-kaca memandang side profile Jennie yang penuh luka.
"Masa kecil suram ku kini terulang kembali. Nini yang malang" sambungnya sambil memejamkan mata.
Jisoo menyeka cepat buliran mata yang berjatuhan kemudian merangkul bahu Jennie ke dalam pelukan.
"Ku yakin setelah ini hanya kebahagian yang hadir dalam hidupmu" ucapan Jisoo Jennie aminkan di dalam hati.
Untuk saat ini ia kesampingkan semua pertanyaan di benaknya. biarkan malam ini mereka habiskan dengan pelukan.
Pandangan Jisoo tak sengaja menangkap baby Lisa yang tertidur manis diatas kasur.
"Dia gak rewel ya" Jennie ikut menoleh ke belakang lalu tersenyum tanpa menjawab ucapan sang kakak.
"Btw ku perhatikan wajahnya mirip laki-laki itu. apa kau tidak membencinya Jen" Jennie menghela napas. Ia membenci pria itu tapi tidak dengan Lisa.
"Lisa gak salah Unnie. tidak sepantasnya aku membencinya hanya karena itu. Aku tidak ingin anakku tumbuh sepertiku" Jisoo tersenyum kecut diselingi rasa bangga oleh sikap dewasa sang adik.
"Apa kau mengalami baby blues beberapa hari ini" alis Jennie bertaut mendengar pertanyaan Jisoo.
"Aku baru hari ini melahirkan Unn" Jisoo sontak membulatkan mata. Tadinya ia pikir Jennie sudah menginap beberapa hari di rumah sakit sepertinya dulu.
"Jika aku terlalu lama di sana maka biayanya juga semakin mahal" sambung Jennie menjawab keterkejutan sang kakak.
Tiba-tiba dering telepon dari Jisoo berbunyi memecah kesenyapan.
"Wae?" Jawab Jisoo malas.
"Kau dimana Jisoo ini sudah tengah malam" Jisoo bisa mendengar nada khawatir dari suara diseberang sana.
"Pekerjaanku banyak disini Appa. jangan mengaturku. aku bukan anak kecil lagi" Jisoo memutus panggilan sepihak. Hyunbin terlalu mengekangnya padahal ia bukan anak-anak yang terus diawasi.
Jennie melirik jam dinding yang ternyata sudah menunjukkan pukul 12 malam. Saking larutnya dalam perbincangan mereka sampai lupa waktu.
"Appa benar Unnie. kau harus pulang. kasihan Chaeyoung menunggumu di rumah"
"Chaeyoung? Darimana kau tahu nama putriku Chaeyoung" Jennie menjitak pelan kening jisoo.
"Kan di tayangkan di tv" Jisoo cengengesan sambil menggaruk tengkuk lehernya.
"Aku ingin membawanya ke sini untuk bertemu dengan baby Lisa tapi masalahnya adalah Eomma dan Appa" geram Jisoo berpangku tangan membuat Jennie terkekeh.
"Gak usah lebay gitu napa Unn. Jijik aku ngeliatnya" raut jijik Jennie pasang di muka Jisoo. Dengan cekatan jari panjang Jisoo menggelitiki perut Jennie.
"Aaa Unnie stop perutku kram" Jisoo otomatis menghentikan aksinya. Baru ingat kalau Jennie habis melahirkan.
"Makanya jangan nakal" cibir Jisoo.
"Aku malas banget pulang"
"Kau harus pulang Unnie! Sekarang kau memiliki buntut bukan gadis lagi"
"Kau pikir aku BABI!" sergah Jisoo tak terima.
"Maksudnya keluarga, pabbo!" Jisoo yang ingin berteriak langsung Jennie bekap menggunakan bantal sofa.
"Sstt" Jennie menempelkan telunjuk dibibirnya sambil melirik Lisa.
"Aku ngantuk Jen nanti kalau aku kecelakaan gimana"
"Unnie, gak boleh ngomong gitu" Jisoo memutar matanya setelah dihadiahi tatapan mematikan dari si kucing.
"Kan ada supir yang nganterin" akhirnya dengan terpaksa Jisoo pulang.
"Besok aku datang lagi" Jennie tersenyum dan melambaikan tangan pada mobil Jisoo yang mulai menjauh.
Sesampainya di mansion, Jisoo menyuruh sopir yang mengantarnya tadi untuk tutup mulut mengenai pertemuannya dengan Jennie.
"Jangan bilang pada Appa ataupun Eomma kalau aku bertemu dengan Jennie hari ini" pak supir itu meneguk ludah dan mengangguk pelan.
~•••~
Hari berikutnya Jisoo datang membawa segala kebutuhan bayi Jennie yang masih kurang dan membawa makanan sampai hari-hari selanjutnya. Baik ayah maupun ibunya tidak tahu kalau selama ini Jisoo diam-diam menemui sang adik hingga,
"Kurang ajar! Berani sekali anak itu membohongiku" bentak Hyunbin menggebu-gebu. Ia baru tahu setelah memaksa supir pribadi Jisoo buka mulut mengenai aktivitas anaknya diluar.
"Apa aku mendidikmu menjadi seorang pembohong" tatapan intimidasi Hyunbin menyambut tubuh lelah Kim Jisoo.
"Apaan sih" acuhnya mengabaikan tua bangka itu di ruang tengah.
"Kau pikir aku tidak tahu kalau kau menemui jalang itu" Jisoo seketika menghentikan langkahnya tanpa berbalik badan.
"Awas kau" lirikan tajam Jisoo membuat si supir menundukkan kepala.
"Terus kenapa, apa masalahnya? Apa itu merugikanmu" Hyunbin menahan tangannya agar tidak melukai putri kesayangannya.
"Sudah berapa kali ku katakan jauhi pelacur sialan itu"
"ADIKKU BUKAN PELACUR!" Jisoo menjawab tak kalah keras dari suara ayahnya.
"Kau tidak tahu apa-apa Hyunbin-ssi. Jadi berhentilah mencampuri urusanku" Jisoo melangkah dengan amarah menuju kamarnya.
"Anak itu" Hyunbin mengusap kasar wajahnya.
"Sudahlah Yeoubo biarkan Jisoo tenang terlebih dahulu" bujuk Yejin mengusap punggung tangan sang suami.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Mom ✓
FanfictionJennie Kim putri bungsu keluarga Kim yang harus menanggung aib seumur hidupnya akibat ulah pria bejat yang telah menodainya Akankah ia mampu melewati ini semua atau justru menyerah dengan keadaan. Highest Ranking 🏆 #1 in Jennie (2/3/23) #1 in Chae...