Cuaca cerah di pagi hari ini membuat Janu berjalan riang menuju ke kelasnya. Dengan sepatu baru pemberian Bundanya yang masih mengkilap dan juga penampilan barunya yang membuat siapapun terkagum.
Berbekal jaket yang tersampir di lengan kanannya, Janu sesekali menebar pesona kepada adik kelas yang dilewatinya, tak jarang kakak kelas juga yang jadi korban kedipan mautnya.
Sambil bersenandung ria, Janu mengecek ponselnya yang sejak tadi berbunyi. Lalu dalam sekejap mata, suasana cerah di hatinya berubah menjadi abu-abu dan mungkin sebentar lagi akan menghitam. Raut wajahnya berubah keruh, mata serigalanya pun memicing dan melirik ke sekeliling.
"HAIDAR!!!!!!"
Sang tuan nama yang baru saja hendak masuk kelas, tak jadi melangkah ketika melihat Janu mendekatinya. Dengan secepat kilat dia berlari menjauhi Janu yang sedang mengamuk seperti banteng.
Dua orang yang kalau disatukan seperti anjing dan kucing itu saling berkejaran di koridor, bahkan hingga ke lantai dua. Setiap orang yang dilewatinya tentu sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini, tetapi tetap saja ada yang masih keheranan dengan tingkah dua makhluk kelebihan kalsium itu.
"HAIDAR, TANGGUNG JAWAB NGGAK LO!"
"GUE NGGAK TAU APA-APA SUMPAH, JAN!"
"HALAH, LO KALAU NGGAK TAU APA-APA NGAPAIN MALAH LARI?"
"Eh, iya juga ya."
Haidar menghentikan langkahnya ketika sudah mencapai ujung koridor, lalu berbalik menatap Janu yang kelelahan akibat mengejarnya. Sementara dirinya sendiri terlihat masih segar bugar dengan nafas yang masih teratur.
"Capek, goblok, ngejar lo pagi-pagi!" sembur Janu sambil memukul-mukul dadanya.
Haidar tertawa kecil kemudian merangkul Janu. "Lagian lo ngapain ngejar gue? Pasti karena hutang cilok kemarin kan? Tenang aja, pasti gue bayar lah."
Janu menepis lengan Haidar yang bertengger di bahunya ketika teringat kembali foto dirinya yang hanya menggunakan kolor berwarna merah muda viral di grup kelas. "Lo kan yang ngirim foto itu ke grup kelas? Ngaku lo!"
Tak terima dituduh begitu, Haidar menggertakkan giginya. "Bukan gue! Gue aja baru tau foto itu tadi pagi, dan gue juga tau pasti lo bakal nuduh gue perkara ini. Tapi sumpah bukan gue, Jan! Gue berani jadian sama Wulan kalau ketauan bohong."
Janu melotot tajam menyadari ucapan Haidar barusan. "BERARTI BENER LO DONG, ANJING?!"
"Hehe."
Lagi-lagi adegan kejar-kejaran itu terjadi, tetapi kali ini Haidar menemukan korban baru untuk tempat berlindungnya.
"Lo ngapain di belakang gue sih?" tanya cewek yang bukunya hampir berterbangan karena ulah Haidar.
"Diem, Mi. Gue lagi dikejar banteng PDIP."
Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS itu kini mengalami krisis di tengah dua cowok aneh yang selalu membuat keributan di sekolah.
Padahal baik tubuh Haidar maupun Janu jauh lebih tinggi ketimbang dirinya, tapi bisa-bisanya Haidar menjadikannya tempat persembunyian dari Janu.
Sementara itu Janu yang sudah ada dihadapan Mia untuk menangkap Haidar, mendadak oleng ketika sebuah tubuh tepat menubruk dadanya hingga menyebabkan kedua orang itu terjatuh bersamaan.
Bahkan yang lebih parah, ada sebuah benda kenyal nan basah yang tanpa sengaja mendarat di pipi kanannya hingga membuat sekujur tubuh Janu membeku.
Janu bahkan hanya bisa mengerjapkan mata ketika cewek itu berdiri lalu berlari menjauhi kerumunan yang entah sejak kapan mengelilingi mereka berduaㅡralatㅡbertiga dengan Haidar yang masih cengengesan tanpa ingat dosa.
Masih dengan posisi telentang, Janu mengusap pipinya dan seketika juga rasa itu muncul kembali. Bibir itu... bibir cewek itu... Mia... Bayangan Mia si cewek galak terus menghantui pikirannya. Benar-benar diluar dugaan Mia yang akan melakukan ini kepadanya.
Cewek itu pasti benar-benar sedang mengamuk sekarang, dan sepertinya mulai hari ini hidup Janu tak akan bisa tenang untuk selamanya.
💌💌💌
KAMU SEDANG MEMBACA
Attention ; Wolfiebear
FanfictionJanuar Pradipta adalah siswa biasa yang hanya datang ke sekolah untuk menunggu bel pulang. Suatu hari dia tak sengaja 'dipertemukan' dengan Mia Amaretta, Sang Bendahara OSIS, dengan cara yang tidak terduga. © Luzinoona, 2022.