ლ 5 ; Lampu Hijau

1K 172 11
                                    

Untuk kali kedua Mia menginjakkan kakinya disini, di teras rumah Januar. Dengan perasaan yang campur aduk, Mia mengetuk pintu utama rumah itu beberapa kali, berharap sang pemilik rumah segera keluar untuk menemuinya.

Seperti apa yang diharapkan, pintu itu terbuka tetapi menampilkan sosok berbeda dari pertama kali dia kesini. Pasti itu yang namanya Tante Rosi. Cantik sekali.

"Loh, Mia ya? Akhirnya ketemu juga."

Dengan antusias, Rosi memeluk Mia seperti anak sendiri yang sudah lama tak bertemu. Padahal mereka berdua baru pertama kali bertatap muka seperti ini.

Mia yang canggung pun tak bisa berbuat apapun selain diam, sambil matanya melirik ke dalam rumah.

Setelah beberapa detik berlalu, Rosi melepaskan pelukannya. "Aduh, maaf ya Mia. Tante malah main peluk aja."

Mia tertawa canggung sambil mengusap tengkuknya. "Gapapa, Tante."

"Oh ya, kamu ngapain hari Minggu pagi-pagi kesini? Sekarang kan nggak ada jadwal les."

"Aku kesini ada urusan sama Januar, Tante. Januar nya ada?"

Hm. Januar.

Rosi kira mereka berdua sudah cukup akrab untuk saling memanggil dengan nama pendek, ternyata memang baru saling mengenal.

"Ada, masih tidur kayaknya."

Jam segini masih tidur????? Batin Mia berteriak.

"Sebentar ya, Tante panggilin dulu. Kamu masuk aja ke dalam, ada Yuki lagi main lego."

Mia tersenyum tipis lalu mengangguk, dia lalu menghampiri Yuki yang tengah sibuk menyusun legonya sambil menunggu Janu keluar dari kamar.

"Kakak cantik?!"

Sama seperti bundanya, Yuki segera memeluk Mia ketika tahu kalau 'kakak cantik'nya itu ada disini. Mia sempat mengira kalau love language mereka adalah act of service. Ini baru bunda dan adiknya yang memeluknya, jangan sampaiㅡ

"Duh, mikirin apa gue," gumam Mia pelan.

"Kak, main lego bareng aku yuk!"

Seperti biasa, Mia hanya bisa menyanggupi meskipun dirinya kesini hanya untuk bertemu Janu barang sebentar. Ada hal penting yang harus dia sampaikan kepada cowok itu.

Sudah 20 menit berlalu, tapi Mia belum juga melihat batang hidung Januar, padahal Rosi tadi bilang tunggu sebentar lagi.

"Kamu udah sarapan? Mau sarapan dulu nggak?" tanya Rosi yang memang sejak tadi mengobrol dengannya di ruang keluarga.

Mia menggeleng pelan. "Nggak usah, Tante. Nanti aku sarapan di rumah aja bareng Papa."

Rosi mengangguk paham. "Kalau... maaf, Mama kamu masih ada?"

Bicara soal mamanya, Mia hanya tersenyum tipis menanggapinya. Bahkan dia sendiri pun tak tahu dimana keberadaan perempuan itu, apakah masih hidup atau... entahlah, yang jelas Mia sudah tak mau lagi mencari tahu.

Melihat reaksi Mia yang kurang nyaman, Rosi kemudian menggenggam lengan Mia lalu mengusapnya pelan. "Maaf ya, Tante nggak bermaksudㅡ"

"Nggak usah minta maaf, Tante. Aku gapapa."

Hati Rosi menghangat ketika melihat senyuman Mia, entah kenapa. Gadis itu terlihat lugu, tapi menahan beban begitu berat di pundaknya. Yang dia tahu, Mia itu anak tunggal yang hanya tinggal bersama dengan papanya.

Sama halnya dengan Janu yang hanya tinggal bersama orangtua tunggal dan satu adiknya.

"Lo ngapain ke rumah gue?"

Attention ; WolfiebearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang